Jangankan Beras, Beli Tiwul pun Sudah Tak Mampu
 
http://www.portalinfaq.org/g02x01_article_view.php?article_id=233
 
Kemiskinan nampaknya makin menunjukkan taringnya di bumi persada yang dikenal Gemah Ripah Loh Jinawe ini. Rasa-rasanya peer kita memang makin panjang bila kita semua ’terdiam’ melihat kenyataan ini. Bila kita masih bisa tidur nyenyak sementara saudara-saudara kita di berbagai pelosok kelaparan seperti ini, bukankah pantas rasanya kita mempertanyakan keimanan kita?
 
Paceklik yang melanda Lampung makin meluas. Selain tiwul, warga miskin di daerah ini terpaksa makan jagung yang lebih murah seperti yang ditemukan di Kecamatan Kalirejo dan Kecamatan Sendangagung, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
Penelusuran SH di desa-desa yang berlokasi di kedua kecamatan itu sepanjang Sabtu (26/1) lalu, menemukan hampir semua warga desa sudah mencampur nasi dengan tiwul dan jagung untuk dimakan.
Di Desa Sendangrejo, misalnya, hampir 80 persen penduduk desa yang berjumlah 800 KK lebih itu mengkonsumsi tiwul dan jagung sebagai pengganti beras yang harganya kini Rp 3.400/kg. Seperti diakui Ismanto, warga desa tersebut, belakangan ini warga mulai beralih mengkonsumsi jagung yang harganya Rp 800/kg karena tiwul pun sulit dan mahal yakni Rp 2.000/kg. ”Oyek juga sudah sulit mas, karena tidak banyak warga yang menanam singkong. Jadi kebanyakan warga membeli jagung yang saat ini lagi musim panen. Namun rasanya tidak seenak oyek,” ujarnya ketika ditemui di rumahnya Dusun II, akhir pekan lalu.
Hambali, tetangga Ismanto mengaku memang jagung selain kurang enak juga tenaga yang dihasilkan kurang. ”Jadi kalau makan nasi jagung kurang kuat mencangkul,” ungkapnya. Namun jika persediaan tiwul habis maka ia bersama istri dan kedua anaknya terpaksa makan jagung. Apalagi belakangan harga tiwul juga mahal yakni Rp 1.600/kg.
Dalam memasak tiwul, istrinya, Aminah mencampur 1 kg tiwul dengan 1 canting (satu kaleng susu kental manis-Red) beras. Lalu nasi campuran yang disebut uleng oleh warga setempat itu dimakan dengan sayur daun singkong dan kangkung, tanpa sambal karena tidak mampu membeli cabai yang harganya Rp 6.500/kg. Hambali mengaku keluarganya sudah makan nasi oyek sejak krisis tahun 1998. Kemudian ia mendapat jatah beras OP yang terakhir diterima bulan November lalu sebanyak 2,5 kg seharga Rp 2.500. Sejak itulah ia bersama keluarganya makan seadanya karena penghasilannya dari menderas kelapa dan buruh tidak mencukupi untuk membeli beras. Kasiati, masih warga desa yang sama mengaku, sejak harga beras mahal ia bersama keluarganya mengurangi porsi makan guna menghemat beras, sementara ia tidak kuat menumbuk jagung untuk dikonsumsi. Ibu dari tiga anak ini sangat menyayangkan kenapa dua bulan terakhir ini jatah beras operasi pasar sudah tidak turun. ”Terakhir jatah beras OP turun bulan Desember lalu. Tapi itu pun hanya untuk para orang tua-tua dan janda, jadi saya tidak kebagian,” akunya. Srinung, istri Kades Sendangrejo Suhada mengakui jika sebagian warga desanya terpaksa mengkonsumsi oyek karena tidak mampu membeli beras. ”Mereka itu kebanyakan bekerja sebagai buruh tani dan tukang deras kelapa,” tuturnya. Bahkan tidak saja warga desanya, tapi desa-desa tetangga seperti Desa Sendangmulya, Sendangagung, Sendangmukti, Sendangasri, Sendangdadi, dan Sendangasih juga mengkonsumsi oyek pada saat paceklik sekarang ini.
Menunggu Beras OP Ia juga mengakui beras OP terakhir turun bulan Desember lalu. Namun warga yang menerima tidak penuh 20 kg/KK karena dibagi rata kepada warga lainnya yang tidak terdaftar sementara juga miskin akibat paceklik. Kami menunggu beras OP lagi. Penjelasan istri kades tersebut didukung oleh Nasilah, warga Desa Sendangdadi. Belakangan ini makin banyak warga yang terpaksa makan oyek karena sudah tidak mampu membeli beras. Bagi mereka beras hanya sebagai pencampur saja dengan perbandingan 2 kg oyek dicampur 1 canting beras. Nasi oyek ini dimakan dengan ikan asin dan sayur singkong dicampur garam. Ia mengakui memang sejak kecil makan oyek tapi tidak sepanjang tahun seperti sejak krisis tiga tahun lalu. ”Kalau dulu kita makan uleng hanya kira-kira tiga atau empat bulan pada saat paceklik saja. Tapi belakangan ini sudah sepanjang tahun dan ketika paceklik ini warga yang makan oyek bertambah banyak,” ungkapnya. Buktinya hanya dalam jangka dua jam saja ia bisa menjual 50 kg oyek di Pasar Sendangagung, Jumat sebelumnya. ”Memang belakangan ini makin banyak yang beli sementara oyek makin susah karena tidak banyak yang menanam singkong,” akunya.
Oyek dibelinya dari warga Rp 1.500/kg, kemudian dijual di pasar Rp 1.800/kg. Tokoh pemuda Desa Sendangdadi, Nang Suwono memperkirakan paceklik baru akan berakhir bulan April mendatang karena saat ini petani baru mulai menanam padi. Ia memprediksikan puncak paceklik akan terjadi bulan Maret karena stok singkong mulai menipis, dan saat itu tentu makin banyak warga yang beralih ke jagung karena selain murah juga stoknya masih banyak karena saat ini mulai panen. Sebelumnya, dilaporkan sebagian warga Desa Pedalaman Kotabatu, Kecamatan Padangratu, Kabupaten Lampung Tengah, dan Desa Pancawarna, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Tulangbawang juga mengkonsumsi tiwul. ”Saya sekarang sudah mulai makan nasi oyek,” ungkap seorang warga Kotabatu, baru-baru ini. Demikian pula di Desa Kualapenet, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Sebagian besar warga nelayan yang banyak menghuni desa ini terpaksa mencampur beras dengan tiwul sebelum dimasak sebagai upaya menghemat beras yang menipis menyusul melonjak tajamnya harga beras sebulan belakangan ini. Warga setempat mengaku, setelah kemarau panjang tahun 1996 lalu, baru sekarang lah mereka terpaksa mencampur beras dengan oyek. Bahkan, sekitar 30% dari 350 keluarga di Desa Pekon Atar Lebar, Kecamatan Wonosobo, Tanggamus mengalami rawan pangan dan rawan daya beli. Kondisi ini sudah berlangsung lama. Untuk bertahan hidup warga yang tinggal di dusun yang berjarak sekitar tujuh km dan jalan raya Wonosobo itu mengandalkan singkong dan keladi (talas). Tidak terkecuali, di Kecamatan Ulubelu, masih di Kabupaten Tanggamus warga mulai mengurangi makan dari tiga kali menjadi dua kali sehari. Menurut Damani, warga setempat, kini harga beras di desanya mencapai Rp3.400/kg, padahal daerah ini hanya berjarak sekitar 30 km dari sentra padi Lampung di Kecamatan Talangpadang. Pacekliknya warga daerah yang berada di punggung Bukit Barisan itu terjadi sejak jatuhnya harga kopi yang menjadi hasil utama warga di sini. ”Kini harga kopi di desa kami cuma Rp 2.500/kg, tidak cukup untuk membeli sekilo beras,” ungkap Damani yang memiliki 1,5 ha kebun kopi ini. Lagi pula saat ini kopi sedang tidak berbuah, maka makin lengkaplah penderitaan warga yang sempat menikmati mahalnya harga kopi tahun 1998 lalu yang mencapai Rp 15 ribu/kg.
TIWUL WARGA JATIM : Ratusan kepala keluarga di Kecamatan Ngariboyo, Parang, Bonjol, dan Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terpaksa makan tiwul karena persediaan beras menipis. Kondisi ini sudah berlangsung sejak tiga bulan silam, menyusul kemarau panjang. Sementara areal persawahan di beberapa kecamatan lain juga gagal dipanen karena terserang hama. Demikian pemantauan wartawan di Magetan, baru-baru ini.
Suratno, warga setempat mengatakan, keadaan seperti ini selalu berulang dari tahun ke tahun setiap musim kemarau tiba. Untungnya, dia masih memiliki persediaan beras meski jumlahnya terbatas. Beras itu hanya diperuntukkan untuk tamu dan anak-anak mereka. Saat ini, Suratno dan ratusan kepala keluarga lain mengharapkan bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin) dari pemerintah. Terakhir, pemerintah menyalurkan raskin, tiga bulan silam, dengan jatah 10 kilogram per KK. Menanggapi hal ini, staf Hubungan Masyarakat Pemerintah Daerah Magetan Hendi berjanji segera mengirim raskin ke daerah yang rawan pangan.
 
Program Qurban Nasional Portalinfaq mungkin akan menjadi ’penawar kerinduan’ perut warga sebagian negri ini yang makin terdera oleh himpitan hidup mereka. Salurkan Qurban anda kepada saudara-saudara kita di daerah-daerah tersebut. Setidaknya mereka bisa tersenyum di hari raya Idul Adha ini dengan bantuan daging qurban anda. ( Sumber berita dari Sinar Harapan dan SCTV, tambahan narasi Portalinfaq ).
www.portalinfaq.org
Layanan Zakat Online
 

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke