Dear Mbak Ida,

Bagi saya pribadi hal itu tidak janggal. Bisa jadi awalnya tuan 
rumah sudah mengundang yang di luar untuk masuk, tetapi yang di luar 
menolak, dengan basa-basi "gak usah lah, biar di luar aja, lebih 
nyaman". Dan ini sering saya alami di rumah saya sebelumnya.

Tetapi memang rumah lebih nyaman kalau tidak berpagar, seperti rumah 
saya sekarang. Interaksi dengan tetangga lebih mudah terjadi, 
sekalipun saya dan isteri jarang di rumah karena bekerja, tetapi 
setidaknya anak2, pada sore hari, mudah untuk main-main bersama 
anak2 tetangga.

Salam


--- In idakrisnashow@yahoogroups.com, "Ida arimurti" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Dimana Karakter Diri Kita?!
>  
> Cukup heran saya melihat sebuah pemandangan di depan mata saya 
pagi itu.
> Saya melihat seorang tuan rumah kira-kira seumuran saya berdiri di 
sisi
> dalam pagar rumahnya, sebuah pagar besi terali ornamen, setinggi
> kira-kira dua setengah meter. Sementara saat itu dia sebenarnya 
sedang
> asyik bercakap-cakap dengan seseorang yang berdiri di luar pagar 
yang
> tampaknya adalah tetangganya sendiri. Heran saya dibuatnya, karena
> menurut saya memang cukup aneh, seseorang bercakap-cakap akrab, 
satu di
> dalam pagar, satunya di luar pagar, bahkan pintu pagar pun terlihat
> masih tergembok rapat!
>  
> Hari itu adalah hari Minggu pagi kira-kira beberapa minggu yang 
lalu,
> dimana saat itu saya tengah mengajak anak saya untuk sekedar putar-
putar
> mengendarai sepeda motor, mengitari kompleks perumahan tetangga 
yang
> berada tak jauh dari kompleks perumahan tempat saya tinggal. 
Perumahan
> itu memang agak beda dengan perumahan tempat saya tinggal, dimana 
kesan
> mewah dan individual jauh lebih terasa dibanding lingkungan sekitar
> rumah saya. Tapi
> se-`individual-
> individual'-nya perilaku orang-orang di kompleks tersebut, saya 
pikir
> tetaplah janggal potret kejadian yang saya lihat pagi itu.
>  
> Sejak kecil saya selalu diajarkan untuk selalu bersikap baik pada 
setiap
> orang. Sampai sekarang pun saya tetap melihat hal itu sebagai 
sebuah
> sikap etika mendasar yang seharusnya menjadi sikap semua orang di 
muka
> bumi ini. Bahkan ketika kita hidup di jaman sekarang pun, dimana 
kita
> hidup di jaman yang tidak mudah kita begitu saja percaya kepada 
setiap
> orang, tetap saya selalu berusaha untuk berprasangka baik kepada 
setiap
> orang yang saya temui, bahkan kepada orang yang belum saya kenal
> sekalipun. Paling tidak kepadanya tetap kita tebarkan senyum, dan
> menghormati dia sebagai sesama manusia, walaupun untuk kondisi 
tertentu
> tetap harus waspada dengan segala kemungkinan.
>  
> Tapi mungkin juga, potret yang saya lihat pada minggu pagi itu 
adalah
> potret sebuah hidup bertetangga yang saking akrabnya sehingga
> batas-batas etika tidak perlu dipikirkan. Sang tuan rumah tidak 
perlu
> mempersilahkan sang tetangga masuk, dan sang tetangga di luar 
pagar pun
> maklum adanya, karena dia mungkin juga akan bersikap sama bila ada
> tetangga yang sekedar berkunjung menyapa ke rumahnya, ..entahlah,
> mungkin juga..?!
>  
> Saya hanya khawatir, apa yang saya lihat di atas adalah salah satu
> indikasi akan ungkapan `Tujuh Dosa' yang pernah disampaikan oleh 
Mahatma
> Gandhi, yaitu salah satunya terdefinisi sebagai `Pengetahuan tanpa
> karakter'.. Dan itu sedang menjangkiti bangsa kita!
>  
> Melihat strata ekonomi kompleks perumahan yang saya lewati pagi 
itu,
> jelas para penghuninya adalah termasuk kelas ekonomi menengah ke 
atas.
> Artinya sangat dimungkinkan mereka adalah orang-orang 
berpendidikan.
> Walaupun ada ungkapan orang kaya belum tentu orang pintar, tapi 
paling
> tidak sebagian besar penghuni perumahan tersebut bisa jadi seorang
> pengusaha, para manager perusahaan, dokter mungkin, insinyur, atau
> dosen, pengacara. Dan semua predikat yang saya sebutkan tadi, 
pastilah
> orang-orang yang mengenyam pendidikan -sehingga memiliki 
pengetahuan-.
>  
> Hanya saja, seperti yang diungkapkan Gandhi, bahwa orang yang
> berpengetahuan bisa jadi sedikit -atau bahkan tidak- memiliki 
karakter.
> Sehingga dia menganggapnya menjadi dosa ketika ada orang yang
> berpengetahuan justru tidak memiliki karakter.
>  
> Dan salah satu pembeda antara orang yang memiliki karakter dan 
tidak
> adalah pada kemampuan orang yang secara jelas dapat `melihat' apa
> misi-nya hidup di dunia ini (seperti istilah `hasil akhir' dari 
sebuah
> tindakan yang pernah saya ungkapkan pada artikel sebelumnya), dan 
sadar
> apakah misi-nya tersebut sejalan dengan nilai-nilai universal 
sebagai
> hakekat hidup manusia di dunia ini.
>  
> Ada sebuah pengertian dimana sebuah tindakan atau penciptaan
> sebaiknyalah terjadi melalui dua tahap. Yang pertama adalah Mental
> Creation, yang arti sederhananya adalah sebuah rencana, dari sebuah
> rencana yang sederhana sekedar diangan-angan -seperti misal jalan 
mana
> yang harus ditempuh ketika akan pergi ke suatu kota-, sampai sebuah
> rencana kompleks yang harus dibantu dengan diwujudkan secara 
tertulis,
> gambar, model, prototype. Yang kedua disebut sebagai Phisical 
Creation,
> yaitu dengan melakukan apa yang sudah direncanakan. Dan salah satu
> langkah yang harus dilalui pada proses berencana (mental creation),
> adalah menerawang, mencoba mendefinisikan secara jelah `hasil 
akhir'
> yang seharusnya terjadi dari tindakan atau penciptaan yang akan
> dilakukan.
>  
> Secara `makro', yang terjadi secara kolektif pada bangsa kita bisa 
kita
> rasakan kondisi `perilaku' pengetahuan tanpa karakter ini. Begitu
> mengakarnya perilaku korupsi, sedikitnya kepekaan empati antar 
sesama
> manusia terutama pada saudara-saudara kita yang hidup di kota-kota
> besar, tingkat sopan-santun pengendara kendaraan di jalanan yang 
menurut
> saya cukup menyedihkan.
>  
> Sampai hal-hal `mikro', bila kita melihat sambil berkaca pada diri 
dan
> keluarga kita, seperti kemauan kita untuk selalu mempertanyakan 
misi
> kita alias `hasil akhir' yang kita inginkan pada setiap keputusan
> tindakan kita, kemauan kita untuk selalu belajar dan berubah dalam
> rangka perbaikan diri dan keluarga. Kemauan kita menjadi panutan 
bagi
> orang-orang disekitar kita terutama bagi anak-anak kita untuk 
menjadi
> contoh yang baik.
>  
> Kekhawatiran saya Minggu pagi itu terhadap apa yang saya lihat 
bisa jadi
> memang bukanlah apa-apa, sesuatu yang mungkin saya terlalu 
berlebihan
> dalam memikirkannya. Tapi dilain pihak, bisa jadi pemandangan 
tersebut
> adalah sebuah fenomena dimana seolah saat ini orang `hanya' 
menjalani
> hidup di dunia ini, bekerja, mencari uang, menghidupi keluarga,
> membesarkan anak, tanpa `penglihatan' yang cukup tajam terhadap apa
> `hasil akhir' yang ingin dicapai dari semua ini, yang dapat 
menuntun
> setiap langkah tindakan dan pengambilan keputusan yang memiliki
> nilai-nilai yang jelas dan konsisten.
>  
> Karena bagaimana pun juga masih sulit bagi saya menemukan nilai-
nilai
> yang dapat diambil dari sebuah pemandangan tentang dua orang yang
> berbincang berakrab-akrab, sambil secara fisik keduanya dipisahkan 
oleh
> terali pagar besi menjulang!
>  
> Dan apa yang saya lihat tersebut membuat saya kembali berkaca 
kepada
> diri, dimana lagi terdapat `kejanggalan-kejanggalan' dalam kita 
memimpin
> diri dan orang-orang disekitar kita untuk menjalani hidup selalu 
menjadi
> lebih baik. `Kejanggalan' yang mungkin tanpa kita sadar ditengah
> rutinitas keseharian kita, terlalu sibuk untuk selalu menanyakan
> `Mission Statement' kita masing-masing, sehingga kita biarkan hal 
itu
> ada, tetap selalu kita lakukan, sehingga lama kelamaan tanpa sadar
> mem-faith a compli `kejanggalan'. Membiarkannya dan menganggapnya
> sehingga seolah bukan lagi menjadi sesuatu yang `janggal'.
>  
> Dan cermin yang saya lihat ternyata memperlihatkan begitu banyak
> perilaku `janggal' kita yang sudah menjadi hal yang biasa. Ketika 
lampu
> traffic-light kuning menjelang merah, di depan anak-anak kita 
justru
> kita memperlihatkan perilaku tancap gas, dan kita anggap itu 
sebagi hal
> biasa. Hanya karena kesalah-pahaman kecil dengan seseorang, secara
> sengaja kita justru seolah memperlihatkan ego kita dengan 
memperlihatkan
> perilaku marah di depan banyak orang. Bersikap semena-mena dengan
> pembantu rumah tangga kita di rumah. Ketika suatu saat kita sadar 
bahwa
> kita melakukan kesalahan terhadap anak kecil, begitu berat kata 
maaf itu
> diucapkan. Termasuk diantaranya menganggap biasa `menjamu' 
tetangga kita
> sendiri.diluar pagar!
>  
> Karakter memang tidak bisa dibangun dalam semalam, terlebih bagi
> diantara kita yang kurang begitu peka dan merasa bahwa dirinya 
sudah
> cukup memiliki karakter.
>  
> Kita bisa jadi mulai merasakan memiliki pengetahuan yang cukup 
sehingga
> bisa membuat hidup ini menjadi lebih mudah. Tapi tanpa ketajaman
> `penglihatan' kita akan `hasil akhir' yang ingin kita capai dari 
setiap
> sendi kehidupan kita sehingga menjadikan hidup lebih terarah, saya
> khawatir apa yang disindirkan Gandhi dengan manusia berpengetahuan 
tanpa
> karakter kita biarkan tumbuh pada setiap individu bangsa ini.
>  
> Nah, ketika anda melihat beberapa `kejanggalan' yang saya paparkan 
di
> atas, dan sependapat dengan saya bahwa hal itu memanglah sebuah
> `kejanggalan', apa yang masih kita tunggu untuk sekedar merenung 
`hasil
> akhir' apa yang ingin kita capai ? Sehingga generasi anak-anak kita
> cukup memiliki karakter untuk bisa melihat `kejanggalan' dalam
> kehidupannya adalah memang sebuah `kejanggalan'.
>  
> Sumber: Dimana Karakter Diri Kita.?! oleh Pitoyo Amrih
>







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Over 1 billion served! The most music videos on the web.
Click to Watch now!
http://us.click.yahoo.com/xmKGzA/IARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke