Mba'k Ida.... saya pernah dengar cerita dari Bapak2 tua.... dalam
perjalanan...
dia bilang ....

"Dek tau gak kenapa Jepang bisa maju setelah ancur berantakan di Bom Atom
oleh Amerika.  ...?
trus dia jawab sendiri
"setelah kalah perang Kaisar Jepang menyuruh untuk mencari berapa banyak
guru yang tersisa di Jepang"
"Kumpulkan mereka dan kirim mereka ke Amerika untuk belajar dan membangun
kembali Jepang "

kalo di indonesia kan  beda .... mereka yang punya keahlian yang baik
dibidang masing2 terkadang di diamkan saja.
setelah orang tersebut di bajak sama negara lain baru menyesal ....
"Yah kenapa dia tidak kita karyakan ya......"
bagaimana putra-putri indonesia yang sudah berprestasi .... ya kebanyakan
hanya sekedar seremonial saja dimuka setelah itu ???????

beda kelas dengan.... maaf nich ... ya... KDI, AFI,Indonesia Idol   yang
gemanya sampai seluruh negeri Indonesia tau.



On 1/29/06, Ida arimurti <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Indonesia, bangsa yang bodoh?
> Oleh Mar'ie Muhammad
> Mantan Menteri Keuangan
>
> Judul tulisan ini memang sengaja dibuat provokatif, tetapi bukan
> bermaksud
> mengerdilkan bangsa Indonesia, apalagi menghina, jauh dari itu. Judul
> tulisan ini dibuat menyengat dan dapat dikonotasikan ne-gatif justru
> untuk
> membangkitkan semangat bangsa ini dari ketelodoran, berbagai mitos yang
> meninabobokan, dan berbagai pujian yang akan me-lemahkan dan menempatkan
>
> kita dalam posisi serba puas.
>
> Ada pula para ahli pikir kita yang berani menyimpulkan bahwa Indonesia
> adalah bangsa yang kalah (loosing nation). Mereka membandingkan dengan
> berbagai ukuran sesaat dan jangka pendek dengan bangsa lain yang telah
> melejit ke depan, seperti China dan Vietnam.
>
> Indonesia mungkin kalah dalam pertempuran tetapi saya sangat yakin
> bangsa
> ini akan memenangkan peperangan. Dahulu kemajuan suatu bangsa diukur
> secara
> sempit dengan kriteria ekonomi, seperti tingkat pertumbuhan dan
> pendapatan
> per kapita.
>
> Ukuran seperti ini sudah usang dan telah terjadi pergeseran paradigma
> yang
> fundamental. Jika yang diambil sebagai ukuran sekadar pendapatan per
> kapita,
> maka negara seperti Brunei Darussalam dan banyak negara di Timur Tengah
> yang
> kaya minyak dan berpenduduk sedikit, pasti dapat dikategorikan sebagai
> negara maju. Tetapi sebenarnya tidak demikian.
>
> Di negara-negara itu tingkat buta huruf penduduknya masih tinggi,
> kendati
> mereka sekarang berusaha-dengan kekayaan alam yang melimpah
> ruah-mengejar
> ketinggalan dan memberikan prioritas tinggi pada pendidikan, termasuk
> bagi
> kaum wanitanya.
>
> Hal yang menarik di sini, justru negara yang bebas membuka diri terhadap
>
> dunia luar, seperti Uni Emirat Arab, tampaknya akan meninggalkan
> tetangganya
> dalam perkembangan ekonomi dan sumber daya manusia. Perkembangan ekonomi
>
> negara itu diusahakan tidak tergantung lagi kepada sumber daya alam.
>
> Sekarang ukuran yang dipakai untuk mengukur kemajuan suatu bangsa adalah
>
> sumber daya manusia. Jepang dan Jerman, misalnya, yang babak belur
> setelah
> Perang Dunia II, dalam waktu 10 tahun bangkit kembali. Ini karena mereka
>
> memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, bersatu padu, dan
> bekerja keras untuk membangun kembali masyarakat dan bangsa mereka.
>
> Demikian pula Vietnam. Prasarana ekonomi negara ini hancur berantakan
> akibat
> pemboman yang dilakukan pesawat Amerika Serikat selama perang. Dengan
> semangat yang sama seperti Jepang, Vietnam telah bangkit kembali dan
> dalam
> beberapa hal sudah mengalahkan Indonesia.
>
> Kategori kemajuan
>
> Sekarang suatu bangsa dan masyarakat dibagi dalam empat kategori. Yaitu,
>
> bangsa yang sangat pandai dan cerdik, bangsa yang sedang, bangsa kurang
> pandai dan cerdik, dan bangsa yang bodoh.
>
> Singapura, negeri kepulauan yang tidak memiliki apa-apa kecuali
> pelayanan
> yang first class dalam semua hal, dimasukkan ke dalam kategori pertama.
> Kita
> tentu dapat berargumentasi, mengurus Singapura yang berpenduduk sama
> dengan
> Jakarta Barat, jauh lebih mudah.
>
> Argumentasi seperti ini dapat meninabobokan kita. Jangan lupa, Singapura
>
> punya apa, kecuali letaknya yang strategis, dan sekali lagi negara
> pemberi
> pelayanan jasa yang nomor wahid.
>
> Kita suka menggunakan ukuran dengan negara yang lebih mundur dari
> Indonesia,
> seperti banyak negara di Afrika. Pandangan seperti ini merayap pula di
> kalangan elit, sehingga kita kemudian berpuas diri.
>
> Kita harus membiasakan diri membandingkan dengan negara yang lebih maju.
>
> Tidak usah jauh-jauh, dengan negara sekawasan, seperti Thailand,
> Vietnam,
> dan Malaysia.
>
> Kesalahan lain yang sudah mendarah-daging adalah kita mudah terperangkap
>
> pada mitos-mitos, seperti mitos sejarah bahwa bangsa Indonesia adalah
> bangsa
> besar, karena itu namanya saja sudah Indonesia Raya. Kita lalu bicara
> tentang kejayaan Majapahit, Mataram, dan entah apa lagi.
>
> Kita juga suka berbicara tentang kekayaan alam yang melimpah ruah dan
> itu
> tidak salah. Tetapi kenyataan telah menunjukkan bahwa kemajuan suatu
> bangsa
> dan masyarakat bukan karena kekayaan alam. Lihat Jepang yang tidak punya
>
> apa-apa.
>
> Kekayaan alam akan sangat berarti jika kita olah secara benar. Jadi,
> kunci
> kemajuan suatu bangsa adalah kepemimpinan dan manajemen. Inovasi,
> kepandaian, dan kelihaian menyerap teknologi dari bangsa lain yang lebih
>
> maju seraya mengembangkan teknologi yang ada dalam diri mereka sendiri
> dan
> ini biasa yang disebut teknologi tepat guna.
>
> Bagaimana bangsa ini?
>
> Hingga kini kita pasti tidak berani mengatakan bahwa Indonesia termasuk
> kategori pertama sebagai bangsa yang sangat cerdik dan pandai. Tetapi
> jika
> dikatakan bahwa bangsa ini termasuk bangsa yang bodoh, itu juga
> keterlaluan.
>
> Mungkin bangsa ini berada pada tahapan bangsa dan masyarakat yang kurang
>
> pandai dan kurang cerdik. Kepandaian dan kecerdikan, selain berkaitan
> dengan
> masalah manajemen, juga kelihaian dalam menggunakan kesempatan dalam
> persaingan global.
>
> Bangsa ini terlalu terperangkap pada berbagai masalah kecil yang tidak
> jarang kita buat sendiri. Hal ini mungkin didorong oleh kepentingan
> politik
> sesaat agar tampak populis. Sebagai contoh masalah beras, masak anggota
> DPR
> tidak tahu perbedaan antara beras dan gabah atau padi.
>
> Petani tidak menjual beras tetapi padi atau gabah kering yang sekarang
> dipatok dengan harga Rp1.700 per kg melalui Bulog. Jika harga beras di
> pasaran naik, tidak otomatis petani akan untung. Petani di Jawa, yang
> merupakan mayoritas petani di seluruh Indonesia, bahkan akan merugi.
>
> Mengapa demikian? Karena lahan yang mereka miliki hanya rata-rata
> seperempat
> hektare, dengan produksi padi yang tidak cukup untuk menghidupi
> keluarganya.
>
> Karena itu, tidak usah aneh jika para petani di Jawa mencari tambahan
> penghasilan, termasuk membabat hutan lindung, menanam kopi, kentang, dan
>
> sebagainya. Inilah kibat fenomena kemiskinan.
>
> Jadi, petani di Jawa adalah net consumers. Jika harga beras naik, mereka
>
> akan semakin menderita kerugian. Jika harga beras naik, yang untung
> adalah
> pedagang, bukan petani, khususnya di Jawa.
>
> Di luar Jawa, petani memiliki lahan lebih luas, paling tidak empat kali
> lahan petani di Jawa. Tetapi tingkat produktivitas mereka rendah, karena
>
> irigasi yang kurang memadai dan masih banyak tanah dengan sistem sawah
> tadah
> hujan.
>
> Akibatnya, produksi padi petani di luar Jawa pun pas-pasan saja, hanya
> untuk
> kehidupan sehari-hari. Sebagian hasil padi tersebut dijual sebagai
> gabah,
> sedangkan sebagian lagi ditumbuk sendiri untuk makanan mereka
> sehari-hari.
>
> Jalan terbaik untuk meningkatkan pendapatan petani adalah menaikkan
> harga
> beli gabah oleh Bulog. Selain itu, saat panen raya, agar petani tidak
> menjadi permainan tengkulak yang menekan harga, Bulog harus
> habis-habisan
> membeli gabah.
>
> Jika hak angket DPR diteruskan, seharusnya terutama ditujukan bagaimana
> proses tender beras dilakukan. Apakah tender tersebut sudah berlangsung
> secara fair dan tidak ada hengky-pengky? Jadi, bukan kebijakan untuk
> mengimpor beras.
>
> Contoh lain tentang negosiasi Blok Cepu antara ExxonMobil dan Pertamina
> yang
> tak kunjung berakhir. Hal ini tentu mudah dimengerti karena Pertamina
> adalah
> pihak yang berkepentingan, sehingga ada conflict of interest.
>
> Mengapa tidak dalam semangat otonomi, negosiasi itu diserahkan saja
> kepada
> Pemda Jawa Timur? Mereka kan juga memiliki ahli-ahli di Dinas
> Pertambangan,
> yang tentu bisa dibantu oleh pemerintah Pusat.
>
> Masalah undang-undang dan peraturan, setiap saat bisa diubah,
> disesuaikan
> dengan keadaan agar negara ini kompetitif dengan bangsa lain yang telah
> jauh
> meninggalkan kita. Contoh lain lagi adalah mengenai ramai-ramai
> manipulasi
> fasilitas restitusi pajak untuk para eksportir.
>
> Di mana letak persoalannya? Tidak ada sistem yang sempurna 100%. Suatu
> sistem yang sempurna pun jika digerogoti oleh mereka yang seharusnya
> menegakkan sistem itu, pasti ia akan hancur alias tidak berfungsi.
> Sebaliknya, suatu sistem yang tidak sempurna tetapi dikawal dan
> ditegakkan
> oleh orang-orang yang memegang teguh aturan permainan, maka ia tentu
> akan
> berjalan mencapai tujuannya.
>
> Yang terjadi dalam manipulasi ekspor fiktif adalah orang-orang yang
> seharusnya mengawal dan menegakkan sistem, yaitu tenaga di pajak dan bea
>
> cukai, justru berkolusi dengan eksportir hitam, ikut menggerogoti, dan
> menghancurkan sistem itu demi kepentingan kantong meraka. Jadi, intinya
> adalah pembenahan aparat dan tentu terbuka kemungkinan untuk memperbaiki
>
> sistem.
>
> Jangan sampai karena beberapa gelintir eksportir hitam yang konon sudah
> melarikan diri keluar negeri, lalu eksportir yang baik dan mengikuti
> aturan
> terkena getahnya. Hati-hati lho, ekspor sangat penting untuk
> meningkatkan
> daya saing produk kita apalagi di tengah pengangguran yang semakin
> membludak.
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>
>
> =================================================================
> "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
> It has silent message saying that I remember you when I wake up.
> Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti
>
> Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
> Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.
>
> =================================================================
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>


--
Wassalam


Bilal Ueey......


[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Create your own customized LAUNCHcast Internet Radio station. 
Rate your favorite Artists, Albums, and Songs. Skip songs. Click here!
http://us.click.yahoo.com/r4oloD/xA5HAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke