Saya sangat terpanggil untuk ikut urun pendapat yang...sependapat dengan apa 
yang telah disampaikan tentang... Nasib Profesor di Indonesia. Terus terang 
jenjang tersebut ... yang amat sangat didambakan para kaum intelektual di 
bidang pendidikan, untuk mendapatkannya saja ada yang harus menunggu bertahun 
tahun, dengan proses serta prosedur sangat sulit (harus mengumpulkan angka 
kredit dengan jumlah tertentu)... setelah menanti begitu lama, dan dapatnya 
juga dan sudah pada usia MPP... masih sangat jarang Profesor di Indonesia 
berusia dibawah 50 tahun! tidak demikian dengan negara tetangga kita Malaysia 
maupun S'pore, Thailand pun sdh banyak Profesor yang muda-2....
  Sudah demikian sulitnya, sudah dapatpun... masih "underpaid" pula.... ironis 
memang
   
  Memang sudah waktunya, anggaran untuk pendidikan lebih diperhatikan! memang 
kita selalu membandingkan dengan Malaysia, mereka karena kondisi masy yg sdh 
lebih mapan dibanding kita, dimana kita masih tingginya masy yg berada dibawah 
garis kemiskinan, sehingga... perut lebih diutamakan (pinjam istilah "ketahanan 
pangan")..... alhasil program mencerdaskan bangsa... menjadi prioritas 
kese....kian...
  Tetapi kita sebagai anak bangsa, tidak boleh manja! dengan tetap mendorong 
anak-2 serta kaum muda untuk lebih maju dalam pendidikan, meskipun kita sebagai 
pengajar / dosen amat kurang mendapat perhatian, baik ekonomi (seperti 
penjelasan "sekedar intermezzo")... saya setuju untuk mulai sekarang lebih 
memperhatikan Nasib para Profesor Indonesia tsb! 
   
  Salam!!
  

Agus P <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  
----- Original Message ----- 
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, April 13, 2006 7:53 AM
Subject: [ina-nagaoka] Fw: Nasib Profesor di Indonesia


> sekedar inetrmezo ^o^
> 
> 
> Nasib Profesor di Indonesia
> 
> Oleh : Ahmad Syafii Maarif
> 
>  Seorang  profesor  yang  sudah  berdinas  sekitar 40 tahun, dihitung
>  sejak  pertama  kali  mengajar  di  perguruan  tinggi, menerima gaji
>  kurang  lebih  Rp  2,7 juta per bulan, atau lebih sedikit tergantung
>  kepada  ukuran  keluarga  yang  masih berada di bawah tanggungannya.
>  Sekiranya sang profesor masih punya tanggungan anak yang kuliah satu
>  atau  dua  orang,  Anda bisa membayangkan betapa sulit baginya untuk
>  mengatur bujet rumah tangga. Atau, bahkan tanpa berutang, dapur bisa
>  berhenti  berasap, karena pendapatan setiap bulan benar-benar berada
>  dalam sistem ''menghina''.
> 
>  Bandingkan  dengan  seorang  anggota  DPRD  di daerah yang punya PAD
>  (Penghasilan  Asli  Daerah) tinggi, yang menerima gaji sekitar Rp 40
>  juta  per  bulan.  Tidak peduli apakah anggota ini punya ijazah asli
>  atau palsu yang belum ketahuan, pendapatannya sama.
> 
>  Untuk  menandingi  perdapatan  per bulan anggota DPRD yang terhormat
>  ini,  seorang  profesor harus bekerja sekitar 15 bulan, baru imbang.
>  Inilah  panorama  kesenjangan  yang  amat  buruk yang berlaku sampai
>  sekarang. Jangankan dengan wakil rakyat dengan PAD tinggi, di daerah
>  minus  sekalipun,  dengan  pendapatan  sekitar  Rp 5 juta per bulan,
>  seorang profesor botak tidak bisa menandingi.
> 
>  Memang,   ada   sejumlah  kecil  profesor  atau  doktor  yang  punya
>  penghasilan  tambahan  yang cukup tinggi sebagai konsultan, dosen di
>  luar  negeri,  merangkap  jadi anggota DPR, komisaris atau penasihat
>  bank,  ikut proyek, atau mengajar di beberapa tempat, dan lain-lain.
>  Tetapi, standar gaji mereka, ya seperti tersebut di atas itu.
> 
>  Dengan  kenyataan  seperti  itu, mana mungkin seorang profesor punya
>  karier  akademik  yang  menjulang tinggi. Dana untuk beli buku sudah
>  tersedot  untuk  kepentingan survival, sekadar bertahan hidup. Nasib
>  saya  pribadi  karena  pernah  memberi  kuliah  di  Amerika Serikat,
>  Malaysia,  dan  Kanada,  plus  anggota DPA selama lebih sedikit lima
>  tahun,  memang  agak  mendingan. Ditambah lagi jumlah anak dan istri
>  tunggal.  Sewaktu belajar di Chicago, istri saya juga sempat bekerja
>  sebagai baby sitter (pengasuh anak) dengan penghasilan yang lumayan.
>  Dengan kondisi ini, kami bisa menabung. Penghasilan lain juga datang
>  dari sumber-sumber lain, seperti dari menulis dan bantuan teman.
> 
>  Sekiranya  penghasilan  saya  hanya  sebagai seorang profesor dengan
>  golongan  IVe  sekalipun, saya hanya akan gigit jari bila berkunjung
>  ke  toko  buku.  Paling-paling hanya lihat daftar isi, dan kalau ada
>  waktu  baca kesimpulan buku itu. Setelah itu pulang sambil mengenang
>  alangkah bagusnya buku itu.
> 
>  Tulisan  ini  tidak  ingin  memberi kesan bahwa seorang profesor itu
>  perlu  diberi  perhatian  khusus.  Sama sekali tidak. Tetapi makhluk
>  yang  satu  ini, apalagi mereka yang mendapatkan PhD di luar negeri,
>  adalah  pekerja  keras dengan membanting otak selama bertahun-tahun.
>  Tugasnya   kemudian  adalah  untuk  turut  ''mencerdaskan  kehidupan
>  bangsa'' pada tingkat perguruan tinggi.
> 
>  Pemegang  PhD setelah pulang ke Tanah Air tentu harus berpikir keras
>  lebih  dulu  bagaimana  agar rumah tangga bisa bertahan. Urusan buku
>  terpaksa menjadi agenda nomor sekian. Padahal tanpa buku dan jurnal,
>  seorang   pemegang   PhD  pasti  akan  kehabisan  stok,  tidak  bisa
>  meng-update  (menyegarkan)  ilmunya.  Akibatnya,  buku-buku terbitan
>  puluhan tahun yang lalu dikunyah lagi untuk bahan perkuliahan.
> 
>  Dengan  kenyataan  seperti  ini,  mana  mungkin orang dapat berharap
>  kualitas  perguruan  tinggi  kita  akan  terbang tinggi dibandingkan
>  dengan  mitranya  di  negara tetangga saja. Kualitas pendidikan kita
>  sudah  terlalu jauh di bawah standar, termasuk perguruan tinggi yang
>  biasa disebut sebagai pusat keunggulan.
> 
>  Dengan  rendahnya  mutu  lulusan kita, akan sangat kecil kemungkinan
>  bangsa  ini  akan mampu bersaing pada tingkat regional untuk mengisi
>  lapangan  kerja yang terbuka lebar sebenarnya. Selain itu, kemampuan
>  bahasa  Inggris  yang  sangat  lemah bagi lulusan kita menambah lagi
>  daftar  buruk  kita  untuk  mampu  bersaing  di  dunia  kerja  untuk
>  perusahaan-perusahaan asing di kawasan Asia Tenggara, misalnya.
> 
>  Sebagai  perbandingan, di Malaysia gaji seorang profesor penuh (full
>  professor)  hampir  dua kali lipat gaji anggota parlemen federal. Di
>  Indonesia  gaji  seorang  anggota  DPR pusat sekitar 19 X lipat gaji
>  seorang profesor penuh per bulan. Maka, orang tidak boleh kaget lagi
>  jika  dunia  akademik dan keilmuan kita semakin suram dan buram dari
>  waktu  ke  waktu,  sementara dunia politik kita semakin berkibar dan
>  kumuh,  sementara  masih  saja  sebagian politisi DPR kita merangkap
>  jadi calo proyek.
> 
>  Tidak malu? Pertanyaan ini sudah tidak relevan lagi untuk Indonesia,
>  sebab   peradaban   bangsa   ini   baru  sampai  sebatas  itu.  Akan
>  tenggelamkah  kita?  Semoga tidak! Anak bangsa yang masih punya hati
>  nurani harus bangkit menolong perahu republik ini agar tidak semakin
>  dipermalukan dunia.
> 
> 
> 
> 
> 
> -- Komunitas Warga Indonesia Di Nagaoka --
> http://ina-nagaoka.org/ 
> Yahoo! Groups Links





=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================



    
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS 

    
    Visit your group "idakrisnashow" on the web.
    
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
    
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 

    
---------------------------------
  



                
---------------------------------
Blab-away for as little as 1ยข/min. Make  PC-to-Phone Calls using Yahoo! 
Messenger with Voice.

[Non-text portions of this message have been removed]





=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke