mbak Ida,
Jangan lupa di siaran sore ini, kita bahas masalah ini ya,..

D Tambunan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                  Mbak Ida 
dan milisers,
    
   Sedih ya baca berita seperti ini.
    
   Kenapa ya Pemerintah (Pusat, Daerah, dan turunannya) selalu membuat 
peraturan yang tidak memberantas masalah dari sumbernya. Akibatnya, ya selalu 
ada celah yang membuat masalah berikutnya.
    
   Andai mereka menggunakan seluruh kesempatan "Study Banding" dengan 
sebenar-benarnya, bukan untuk jalan-jalan saja. Pasti ada feed back yang 
positif dibawa pulang untuk perbaikan Indonesia tercinta ini.
    
   Salam!
 
 Myrna Zachraina <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
           Semoga kejadian ini tidak terulang... 
 Apakah jadi joki 3 in 1 sangat mengganggu sehingga perlu "dibasmi"?
 Sebaiknya 3 in 1 dihapuskan daripada menjadi ajang pembunuhan anak2...
 
 ________________________________
 
 Joki Kelas 5 SD, Tewas Digebuki Tramtib 
 
 KEBAYORAN BARU, WARTA KOTA- Nasib tragis dialami Irfan, murid SD yang
 nyambi menjadi joki 3 in 1. Anak berusia 14 tahun itu tewas dihajar
 sejumlah petugas Tramtib. Lebih tragis lagi, keluarganya baru tahu
 sehari kemudian. Diduga ia dianiaya karena berani melawan petugas ketika
 ditangkap pada saat menjual jasa sebagai joki. Rabu (10/1) kemarin,
 jenazah Irfan dimakamkan di di TPU Karet Tengsin, Jakarta Pusat. 
 
 Pelajar kelas 5 SD 01, Kota Bambu, Palmerah, itu tewas dihakimi sejumlah
 petugas Tramtib dan Satpol PP di Jalan Paku Buwono VI, Kebayoran Baru,
 Jakarta Selatan, Senin (8/1) siang. Keberadaan korban baru diketahui
 keluarganya Selasa (9/1) menjelang tengah malam. Namun keluarga
 menemukan Irfan sudah terbujur kaku di kamar jenazah RS Cipto
 Mangunkusumo, Jakarta Pusat. 
 
 Tewasnya Irfan baru terkuak setelah kawan-kawan korban sesama joki 3 in
 1 dibebaskan dari Panti Sosial Kedoya. Mereka dikirim ke sana usai
 ditangkap petugas Tramtib. Sedangkan Irfan mendapat perlakuan lain.
 Karena melawan dan berani menggigit tangan petugas, anak itu digebuki
 sampai akhirnya meninggal dunia di Puskesmas Kelurahan Gunung, Kabayoran
 Baru, Jakarta Selatan. 
 
 Ditemui usai pemakaman Irfan kemarin, beberapa kawan korban menuturkan,
 Senin pagi sekitar pukul 09.00 para petugas Tramtib dan Satpol PP dari
 Kecamatan Kebayoran Baru melakukan penertiban para joki yang menjual
 jasa di kawasan Jalan Paku Buwono VI, Jakarta Selatan. Total ada 15 joki
 laki-laki dan perempuan yang ditangkap.
 
 Di antara para joki yang mangkal di jalan itu, ada 10 joki yang ditemui
 Warta Kota kemarin siang. Mereka adalah Ny Narti (35) dan anak
 laki-lakinya Nanda (2), Nani (37), Tetok (25), dan kawan-kawannya yang
 berusia belasan tahun yakni Jamal, Elang, Iis, Johari, Endang, Rizal. 
 
 Menurut penuturan mereka, Narti dan Nani posisinya cukup dekat dengan
 Irfan ketika ditangkap petugas Tramtib di dekat SPBU Jalan Paku Buwono,
 Senin lalu. Kedua wanita itu melihat dengan jelas Irfan dipukuli bagian
 kepala dan wajahnya sampai jatuh telentang. 
 
 Irfan kemudian diangkut petugas ke puskesmas di Jalan Bumi yang jaraknya
 sekitar 200 meter dari lokasi penganiayaan. Narti sendiri berhasil lolos
 dari kejaran petugas dengan susah payah sambil menggandeng anak
 balitanya. Diduga petugas memang tidak serius mengejar wanita bersama
 anak laki-lakinya itu dan membiarkan keduanya melarikan diri. Sedangkan
 15 joki lainnya diangkut ke Panti Sosial Kedoya, Jakarta Barat.
 
 Sakit 
 Dugaan penganiayaan oleh petugas Tramtib itu sudah dilaporkan ke
 Polsektro Kebayoran Baru Baru, Jakarta Selatan, oleh kakak korban, M
 Noor Aris (28). Pemuda itu adalah saudara korban satu ayah lain ibu.
 Menurut Noor Aris, ayahnya Ining (55) menikah tiga kali. Dari istri
 pertama, Ining dikaruniai satu anak yakni M Noor Aris. Namun pernikahan
 buruh serabutan itu kandas di tengah jalan. Ining lalu menikah lagi.
 Dengan istri kedua, hingga keduanya bercerai tidak mendapat keturunan.
 
 Sedangkan dari istri ketiga Ny Sutihat (45), Ining mendapatkan dua anak.
 Si bungsu Irfan meski usianya 14 tahun masih duduk di kelas 5 SD 01,
 Kota Bambu. Untuk menghidupi keluarganya, Ining bekerja serabutan
 sedangkan istrinya menjadi pembantu rumah tangga.
 
 Tidak terima atas kematian Irfan yang diyakini mendapat perlakuan tidak
 wajar dari para petugas Tramtib, para joki dan keluarga korban
 mengadukan kasusnya ke polisi. Kepala Polsektro Kebayoran Baru Kompol
 Agus Risendi didampingi Kanit Reskrim Iptu Heru Ruspiandi kepada para
 wartawan mengatakan, pihaknya telah menerima pengaduan kasus tewasnya
 Irfan. "Sudah 9 petugas Satpol PP dimintai keterangan. Hasilnya, semua
 menyatakan bahwa korban meninggal karena sakit," ujar Agus.
 
 Namun demikian, tegas Agus, bila kemudian hari ternyata ada bukti dan
 saksi yang bisa membuktikan bahwa korban tewas akibat penganiayaan maka
 ke-9 petugas itu akan dikenai sanksi membuat laporan palsu. Apalagi jika
 di antara mereka juga terdapat pelakunya, maka hukumannya bisa
 bertambah. Polisi sedang melakukan penyelidikan. 
 
 Kompol Agus mengimbau agar orang yang melihat peristiwa yang menyangkut
 kematian Irfan segera memberikan keterangan ke Polsektro Kebayoran Baru.
 Polisi menjamin keamanan bagi warga yang ikut aktif ambil bagian dalam
 penegakan hukum. Polisi juga sedang menunggu hasil visum et repertum
 yang dilakukan RS Cipto Mangunkusumo. 
 
 Sementara itu Camat Kebayoran Baru Samsudin Noor ketika dikonfirmasi
 membenarkan bahwa ada anak yang menjual jasa sebagai joki meninggal
 dunia. Namun Samsuddin Noor membantah anak buahnya melakukan
 penganiayaan terhadap bocah itu. 
 
 Dikatakannya, para petugas menemukan anak itu dalam kondisi sakit di
 pinggir Jalan Pakubuwono VI. Lalu para petugas mengangkutnya ke
 Puskesmas Kelurahan Gunung yang dekat dengan lokasi tersebut. Tidak lama
 kemudian jiwa remaja yang saat itu belum diketahui identitasnya tersebut
 meninggal dunia.
 
 Camat menambahkan, bila di kemudian hari ternyata korban tewas akibat
 penganiayaan, akan dilakukan tindakan sebagai mana mestinya. Namun
 pejabat itu tetap berkeyakinan bahwa anak buahnya tidak melakukan hal
 itu. "Anak buah kami tidak akan melakukannya, karena sudah mendapat
 pengarahan dan belajar dari peristiwa lain," katanya dengan santai
 sambil terus mengoperasikan ponselnya.
 
 Sedangkan dokter puskesmas yakni Dr Linggiawati yang memeriksa Irfan
 tidak bersedia memberikan keterangan kepada wartawan. "Silakan
 menghubungi Kapolsek Kebayoran Baru," ujarnya. 
 
 Jenazah Irfan diautopsi di bagian forensik RSCM Selasa malam. Menurut
 sebuah sumber, di tubuh korban terdapat luka-luka bekas benturan benda
 tumpul, terutama di bagian wajah. Kedua orangtua korban menuntut agar
 peristiwa kematian anak bungsunya itu diproses sesuai hukum dan
 pelakunya mendapat hukuman setimpal dengan perbuatannya. (yos) 
 
 Sumber: Warta Kota
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 D Tambunan
 
 MDL Travel Services
 Jl. Pal Batu III No. 58
 Casablanca
 Jakarta 12870
 Phone : 021-83700 110, 83700 111
 Fax   : 021-83700 109
 Email : [EMAIL PROTECTED]
 YM    : diartambunan
 
 http://www.mdltravel.uni.cc/
  
 ---------------------------------
 Check out the all-new Yahoo! Mail beta - Fire up a more powerful email and get 
things done faster.
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
     
                       

 
---------------------------------
Have a burning question? Go to Yahoo! Answers and get answers from real people 
who know.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke