BERITA DUKA DARI SCTV SELAMAT JALAN KAWAN.
Penantian seluruh keluarga besar SCTV terhadap nasib salah seorang kameraman Liputan 6, Muhammad Guntur terjawab sudah. Sore ini, sekitar pukul 17.20 WIB, jenazah kameraman Liputan 6 yang bergabung dengan SCTV sejak 11 tahun lalu itu ditemukan mengapung di pantai pariwisata, Ardam, Muara Mati, Bekasi yang berjarak sekitar 2 -3 mil dari lokasi karamnya Kapal Levina I atau berjarak 6 mil dari Tanjung Priok. Menurut rencana, jenazah akan dibawa ke Port Medical Center untuk di visum sebelum nantinya diberangkatkan ke rumah duka di Komplek Rusun Klender, Jl. Gusti Ngurah Rai Blok 44 Lt 2, No. 7 Rt 02/01 Malaka Jaya. Usai disemayamkan, menurut rencana jenazah akan dikebumikan di pemakaman umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV, Rossiana Silalahi, menyatakan duka yang mendalam dengan perginya Muhammad Guntur. "Kami bukan hanya kehilangan rekan kerja yang berdedikasi dan loyal, melainkan juga seorang saudara," ujar Rossi. Saat ini, SCTV memberikan dukungan dan support sebesar mungkin bagi keluarga. Guntur yang lahir di Metro, 11 Maret 1961, meninggalkan seorang istri, Siti Maimunah (39 tahun) dan tiga orang anak: Deviana Pratami Putri (17 tahun), Iwan Fausta Ramadhan (13 tahun) dan Tristania Putri Salsabila (7 Tahun). Kepergian Guntur saat bertugas menambah duka keluarga besar SCTV. Sepuluh tahun lalu dalam kecelakaan jatuhnya pesawat Garuda di Desa Buah Nabar, Sibolangit, 27 September 1997, SCTV juga kehilangan dua jurnalisnya: Ferdinandusius dan Yance Iskandar. Keduanya gugur saat menjalankan tugas hendak meliput bencana Asap menggunakan Pesawat Garuda yang terhempas di Desa Buah Nabar, Sibolangit. (sppersduka) [Non-text portions of this message have been removed]