Cairo, Hari ini Jum'at 15/5 jam 12 malam. Seperti biasa aku menghidupkan Komputerku yang tak lain untuk OL (online) sambil dengerin musik. Setelah mengaktif YM (Yahoo Messegger), sudah kebiasaanku mencari berita dan info permasalahan yang sedang berkembang, ya itung-itung nambah wawasan juga biar nggak ketinggalan berita dari tanah air tercinta.
Kompas Online yang pertama kali aku buka, karena kebiasaanku membaca Koran Kompas semasa di Indonesia. Kemudian dengan tak sabar langsung aku klik KOMPAS ePaper, fiture ini baru di publikasikan beberapa hari lalu (11/5) berisi Kompas cetak berbentuk seperti Pdf, sehingga kabar yang telah diedarkan dengan kompas cetak juga bisa dinikmati dengan mudah secara online. Dan tentunya dengan fitur baru ini, memudahkanku membaca kompas yang sudah dicetak, walaupun tidak berbentuk kertas yang biasa dipegang di tangan. Perkembangan berita hari ini masih dalam ruang lingkup isu-isu perpolitikan, dengan ramainya pemberitaan koalisi partai. Ada satu berita yang membuat hatiku terenyuh membacanya, tepatnya dalam rubrik UMUM, pada halaman 15. Di bawah gambar utama dalam halaman itu, ada sebuah berita berjudul "Paus : Tolak Kebencian". Berita itu menyorot pada perjalanan Paus Benediktus XVI ke Timur Tengah, dengan tujuan membawa pesan perdamaian antara dua Negara yang selama ini selalu bertikai, Israel dan Palestina. Dalam berita itu memceritakan kunjungan Paus di Nazharet pada hari kamis kemaren (14/5). Paus menyapa puluhan ribu umat Kristen dengan pesan rekonsiliasi1), juga mendorong umat Kristen dan Muslim menolak kebencian dan agar hidup berdamai. Dalam kunjungan itu Paus mengatakan : "Sayang sekali , Nazareth telah mengalami ketegangan pada tahun-tahun belakangan ini yang merusak hubungan antara komunitas Kristen dan Muslim," ujarnya. "Saya menyerukan kepada mereka yang memiliki niat baik di dua komunitas untuk memperbaiki kehancuran yang terjadi dan dalam kesetiaan memegang keyakinan bersama akan satu Tuhan, bekerja membangun jembatan, serta menemukan jalan menuju kerukunan," kata Paus dalam Khotbahnya. "Semoga semua orang menolak kekuatan kebencian dan prasangka yang menghancurkan, yang membunuh jiwa manusia sebelum membunuh tubuhnya," ujar Paus. Sungguh hatiku terenyuh, setelah memikirkan dan mempertimbangkan kembali berita itu, melihat diriku sebagai muslim. Aku berfikir kenapa harus Paus mewakili umat Kristen, yang mengajak kepada kedamaian? Kenapa tidak ada pemimpin Islam yang melakukan hal itu? Apakah terlalu rendah harkat martabat, bila umat Islam mengajak kepada kedamaian? Padahal dalam diri Islam itu sendiri, berlatar belakang sebagai agama rahmatan lil'alamin yang membawa kedamaian bagi seluruh isi alam. Dalam benakku aku merasa malu bila mengaku sebagai muslim saat ini, sebab Islam saat ini selalu di identikkan dengan aksi anarkis, yang selalu membuat keonaran dalam topeng nama Tuhan (Jihad). Seakan-akan Islam sudah tidak lagi mengindahkan kedamaian, walaupun umatnya selalu mengaku bahwa agamanya membawa kedamaian, tapi yang diperbuatnya selalu keonaran. Hal itu membuktikan adanya paradoksal antara tingkah laku umat Islam dengan ajarannya. Seharusnya Umat Islam mengajak kepada kedamaian malah diajak berdamai oleh seorang Paus, seakan-akan mengajari umat Islam. Sungguh perasaanku maluÂ…!