Baca laporan Tempo terbaru tentang koalisi PKS

 
Boediono No, Delapan Kursi Yes

BERDIRI di depan papan tulis putih, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera 
Mahfudz Siddiq menuliskan empat nama partai mitra koalisi Partai Demokrat. 
Selain nama partainya sendiri, ia menulis Partai Amanat Nasional, Partai 
Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Ia lalu menorehkan jumlah 
kursi perolehan partai masing-masing.

Delapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berasal dari partai yang disebut 
duduk menyimak di ruang Fraksi Partai Keadilan Sejahtera lantai tiga Gedung 
Nusantara I kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa siang pekan lalu. Saat itu 
mereka baru saja mengikuti Rapat Paripurna Dewan.

Kabar terpilihnya Gubernur Bank Indonesia Boediono menjadi calon wakil presiden 
untuk berpasangan dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang 
Yudhoyono malam sebelumnya membuat mereka gelisah. "Keputusan itu tidak pernah 
dikomunikasikan SBY sebelumnya dengan partai-partai calon koalisi," kata 
Muhammad Najib dari Fraksi Partai Amanat Nasional.

Juga hadir dalam pertemuan dadakan itu dua anggota Fraksi Partai Keadilan 
Sejahtera Anis Matta dan Aboe Bakar al-Habsyi, ketua dan anggota Fraksi Partai 
Amanat Nasional Zulkifli Hasan dan Ahmad Farhan Hamid, Ketua Fraksi Partai 
Persatuan Pembangunan Lukman Hakim Saifuddin, dan anggota Fraksi Partai 
Kebangkitan Bangsa Imam Nahrowi.

Mereka lalu menghitung seberapa kuat otot politik para calon mitra koalisi. 
Setelah ditotal, jumlah kursi mereka ada 164. Jumlah ini jelas jauh melebihi 
batas minimum syarat pengajuan pasangan calon presiden dan wakil presiden oleh 
partai, yakni 112 kursi. Mahfudz Siddiq lalu menambahkan Partai Gerakan 
Indonesia Raya. "Jumlah kursi menjadi 190," kata Najib. Angka ini setara dengan 
34 persen kursi di parlemen.

Opsi lainnya, Farhan menambahkan, para mitra koalisi bisa mengalihkan suaranya 
ke Jusuf Kalla, pesaing Yudhoyono. "Para calon mitra koalisi merasa tidak 
diwongke," kata Farhan. Boediono dinilai tidak mewakili pakem 
koalisi—Jawa-Non-Jawa dan nasionalis-Islam. "Pola pluralitas ini sudah ada 
sejak zaman Bung Karno dan Bung Hatta," katanya. SBY dan Boediono sama-sama 
Jawa dan sama-sama nasionalis. Boediono dinilai tidak punya basis dukungan 
politik.

Partai Amanat Nasional mengusung Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai Hatta 
Rajasa sebagai calon wakil presiden. Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera 
menjagokan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid. Partai 
Kebangkitan Bangsa menyodorkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar.

Malam harinya, pertemuan dilanjutkan di lantai 15 Hotel Nikko, Jakarta. Sekitar 
setengah delapan malam, peserta rapat mulai berdatangan. Mereka adalah Mahfudz 
Siddiq, Anis Matta, Ahmad Farhan, Zulkifli Hasan, dan Muhammad Najib.

Tapi tanda kempisnya "pemberontakan" calon mitra koalisi Demokrat mulai 
terlihat malam itu. Wakil dari Partai Kebangkitan Bangsa tidak nongol hingga 
rapat yang digelar satu jam itu berakhir. Wakil Sekretaris Jenderal Partai 
Kebangkitan Bangsa Helmy Faisal Zaini tetap akan mendukung Yudhoyono.

Menyadari ketidakpuasan para calon mitra koalisi, Partai Demokrat tidak tinggal 
diam. Sekitar pukul delapan, Selasa malam pekan lalu, pimpinan partai calon 
mitra koalisi diundang ke Wisma Negara, kompleks Istana, untuk diberi 
penjelasan tentang terpilihnya Boediono. Dari pihak pengundang hadir Ketua Umum 
Partai Demokrat Hadi Utomo, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, dan 
Menteri-Sekretaris Negara Hatta Rajasa. Dari empat mitra koalisi, hanya Partai 
Keadilan Sejahtera yang tidak mengirim wakilnya.

Keesokan harinya, sedianya para "penentang Boediono" akan kembali berkumpul 
meski batal tanpa alasan yang jelas. Partai Persatuan Pembangunan melunak. 
Ketua Fraksi PPP Lukman Hakim mengatakan, partainya tidak mempermasalahkan 
Boediono. Alasannya, sejak awal partainya tidak berambisi menduduki kursi wakil 
presiden. Meski demikian, rencana penandatanganan koalisi Partai Demokrat 
dengan partai mitra dibatalkan tanpa batas waktu.

l l l

PENENTANG Boediono hari itu praktis tinggal Partai Amanat Nasional dan Partai 
Keadilan Sejahtera. Yudhoyono menyadari kondisi ini. Rabu pagi, Ketua Majelis 
Pertimbangan Partai Amien Rais bertemu empat mata dengan Yudhoyono di Wisma 
Negara, Jakarta.

Kepada Yudhoyono, Amien menyampaikan kekecewaannya. Kata Amien, pemilihan 
Boediono merupakan kesalahan karena tidak mengikuti pakem Jawa-non Jawa dan 
Islam-nasionalis. "Anda bisa masuk perangkap," kata Amien seperti dituturkan 
seorang politikus Partai Amanat Nasional.

Amien juga menyampaikan kekhawatirannya bahwa ekonomi kerakyatan akan 
terabaikan karena Boediono dinilai pro-pasar bebas. Atas keberatan Amien, 
Yudhoyono menjelaskan alasannya memilih Boediono.

Kepada Amien, Yudhoyono tetap mengharapkan dukungan PAN. Tapi kata bekas Ketua 
MPR itu, seperti dituturkan seorang sumber, "Sulit menjual pasangan ini ke 
publik. Kami berkoalisi itu bukan untuk kalah." Amien Rais sayangnya tidak bisa 
dimintai konfirmasi soal ini. Permintaan wawancara lewat anggota staf 
pribadinya, Ismail, tidak ditanggapi.

Siangnya, Amien menjelaskan hasil pertemuannya dengan Yudhoyono di sebuah 
kantor milik kader partai di daerah Bulungan, Jakarta Selatan. Menurut salah 
seorang fungsionaris PAN Tjatur Sapto Edy, dalam pertemuan itu Amien 
menunjukkan tiga lembar surat dari Yudhoyono. Surat itu diduga disampaikan 
Presiden melalui Hatta Rajasa.

Sebagian isi surat bersifat pribadi. Pada bagian lain Yudhoyono memaparkan 
alasan penunjukan Boediono. "SBY berjanji, ekonomi Indonesia akan bersifat 
kerakyatan dan bukannya pasar bebas," kata Tjatur.

Di surat itu, Yudhoyono juga menyebut Amien sebagai kakak dan great figure. 
Amien membalas surat itu dengan tulisan tangan dan menjelaskan kembali alasan 
penolakannya terhadap Boediono. "Pak Amien itu sikapnya tegas," kata Tjatur. 
Ketika dikonfirmasi, Hatta Rajasa mengaku tidak tahu soal surat itu.

Kamis keesokan harinya, rapat internal PAN digelar untuk menyikapi undangan 
deklarasi pasangan Yudhoyono-Boediono. Empat orang petinggi partai, termasuk 
Sekretaris Jenderal Zulkifli Hasan, diperintahkan berangkat. Amien Rais 
memutuskan tetap di Jakarta. "Ini menunjukkan dukungan koalisi tidak penuh," 
kata Tjatur.

PAN sebetulnya sempat berniat untuk berpaling. Pada Rabu malam, Amien Rais 
dikabarkan mengutus politikus senior PAN, A.M. Fatwa dan Djoko Susilo, untuk 
menemui Jusuf Kalla. Fatwa membenarkan cerita itu. Sedangkan Djoko enggan 
dimintai komentar. Sumber Tempo lainnya bercerita, pertemuan itu untuk 
menjajaki reaksi kubu Kalla setelah penunjukan Boediono. "Kubu Kalla senang 
karena Boediono dianggap lebih banyak kekurangannya dibandingkan Hatta Rajasa," 
kata sumber itu.

l l l

SAMPAI Kamis, penolakan terhadap Boediono praktis hanya dari Partai Keadilan 
Sejahtera. Di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Ketua Majelis Syura PKS 
Hilmi Aminuddin dan Suripto sempat bertemu dengan Ketua Dewan Pembina Partai 
Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto, yang berambisi menjadi presiden. 
Menurut Suripto, pertemuan itu baru sebatas perkenalan antara Hilmi dan 
Prabowo. "Ustad Hilmi mengatakan hubungan Prabowo selanjutnya lewat saya," kata 
Suripto kepada Tempo Jumat pekan lalu.

Sebelumnya PKS sempat mengirim Anis Matta dan Wakil Sekretaris Jenderal Fachry 
Hamzah untuk menemui Kalla. Namun pertemuan ini tidak berlanjut. Hari itu juga 
Yudhoyono menelepon Presiden Partai Keadilan Tifatul Sembiring dan menjelaskan 
sikapnya yang tetap peduli pada isu Islam internasional—agenda yang telah lama 
diusung PKS.

Melanjutkan hubungan telepon itu, tiga utusan Yudhoyono kemudian menemui 
Tifatul Sembiring dan Mahfudz Siddiq. Namun penjelasan tentang pemilihan 
Boediono dianggap kurang tuntas dan PKS menuntut penjelasan langsung dari 
Yudhoyono.

Pertemuan dengan Yudhoyono dilakukan di Hotel Sheraton Bandung, Jumat pekan 
lalu, beberapa saat sebelum deklarasi "SBY Berbudi"—begitu nama duet 
Yudhoyono-Boediono kini disingkat.

Fungsionaris PKS Mardani berkisah bahwa pada saat itu kepada Hilmi dan Tifatul, 
Yudhoyono menjelaskan pilihannya pada Boediono. "Undang-Undang tentang Surat 
Berharga Syariah Negara terwujud ketika Boediono menjadi Menteri Koordinator 
Perekonomian," kata Yudhoyono, seperti dikutip Mardani.

Yudhoyono juga menegaskan posisi Partai Keadilan dan Partai Demokrat sebagai 
tulang punggung koalisi. PKS juga akan dilibatkan dalam kabinet. Karena SBY 
harus hadir dalam deklarasi, pertemuan dipindah ke Junior Suite 305. Yudhoyono 
meninggalkan hotel dan meminta Hatta Rajasa menemani kedua petinggi PKS.

Menurut sumber Tempo, saat itu Tifatul menyampaikan permintaan agar PKS diberi 
posisi delapan menteri, di antaranya Menteri Pendidikan, Menteri Pertanian, 
Menteri Riset dan Teknologi, serta Menteri Usaha Kecil dan Menengah. Soal ini, 
Mardani tak menyangkal atau membenarkan. Katanya, "Itu kan sebagian dari 
portofolio yang kami kaji."

Namun Tifatul menampik partainya meminta jatah delapan menteri kepada SBY. 
"Banyak amat delapan menteri," katanya via telepon, Sabtu pekan lalu. Dalam 
pertemuan di Sheraton itu, ujarnya, ia hanya menandatangani platform kerja sama 
di legislatif dan eksekutif.

Budi Riza, Ismi Wahid, Agung Sedayu


13/XXXVIII 18 Mei 2009

--- In ikbal_alamien@yahoogroups.com, Zulfan Syahansyah <abdurahmanma...@...> 
wrote:
>
> Kawan-kawan...
> Sepertinya kita harus lebih sinergis memahami arti "dakwah" yang kerap 
> didengungkan. Apalagi jika kita kaitkan antara "dakwah" dan "politik".
> Kekhawatiran SBY akan mundurnya PKS dari lobi koalisinya menjadi indikasi, 
> semakin kita punya prinsip, semakin berharga diri kita. 
> Harga diri partai PKS, sementara ini, saya anggap lebih "mahal" jika 
> dibandingkan partai-partai Islam yang masuk 10 besar lainnya. 
> PAN, PPP, apalagi PKB hampir tak menjadi prioritas SBY. 
> Saya bukan partisipan PKS, dan bahkan cenderung menganggapnya remeh. Tapi, 
> coba kita lihat PKS dengan kacamata jernih sebagai rakyat Indonesia yang 
> muslim, insya Allah, kita temui "hebat"nya PKS.
> 
> --- Pada Sab, 16/5/09, badrie sofyan <sofy...@...> menulis:
> 
> 
> Dari: badrie sofyan <sofy...@...>
> Topik: Re: [IKBAL Al-Amien] PKS, akhirnya...
> Kepada: ikbal_alamien@yahoogroups.com
> Tanggal: Sabtu, 16 Mei, 2009, 10:48 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Salam, 
> 
> Bos Dwiyono Tandoer Yth..
> 
> Yon, "mungkin ada batu di balik udang"... 
> he he.. batunya, batu kekuasaan.. udangnya, udang windu!
> 
> Yon, sy sih maklum, namanya partai, dalam teori2 ilmu politik, ya untuk dapet 
> kekuasaan. Masalahnya, PKS, yang selalu klaim partai dakwah, malu2 atau 
> malu2in, saat mengejar kekuasaan. 
> 
> Sudah mengritik habis-habisan, emosional, bahkan menolak Boediono, yang 
> katanya paham neoliberalisme (ekonominya), tapi toh akhirnya menrima Boediono 
> sbgai cawapres SBY. PKS pun tetap msk koalisi mendukung SBY-Boediono. 
> 
> Bahkan, Boni Hergens, pengamat politik UI, di TV One semalem, mengatakan PKS 
> 'menjual diri' pada SBY tuk dapet (tawar-menawar) kekuasaan. 
> 
> Sy, kasihan pada konstituen PKS, yang konon,  digembleng, dikader oleh para 
> murabbinya, tuk jadi Muslim Kaffah tapi kok disuguhi tuntunan, tontonan oleh 
> elit2 PKS, (murabbi) yang sudah berada taraf 'khowasul khawas', 
> mengejar-ngejar kekuasaan dan jabatan. 
> 
> Kok gitu ya, PKS yang selalu mengklaim partai dakwah? Lalu, mana unsur 
> dakwahnya? Kalo begitu, kan tidak ada bedanya antara PKS dengan partai-partai 
> lainnya: yaitu  membentuk, membangun dan membesarkan partai, untuk meraih 
> kekuasaan. 
> 
> Tapi sependek pengtahuan saya, selama ini PKS, bahkan ada kawan sy dulu, (gak 
> etis kalo saya sebutin namanya) yang satu kelas di Program Ilmu Politik 
> Paskasarjana UI, ketika ditanya oleh seorang dosen alasan dia aktif di PKS, 
> jawabn kawan saya itu adalah untuk BERDAKWAH bukn untuk mengejar kekuasaan.. 
> Kwan saya itu skrang dah duduk sebgai anggota DPR D. 
> 
> Oleh karena itu, menurut saya, berpartai itu ya urusan duniawi bukan urusan 
> keakhiratan. Sebab itu, ndak perlu, menurut saya, bawa2 agama segala 
> (dakwah). 
> 
> Gagasan alm. Cak Nur, "Islam Yes, Partai Islam No", sy kira makin relevan 
> untuk diimplementasikan saat ini.   
> 
> Akhirnya, sy mhn maaf bila ada kalangan yang tersinggung dengan unek2 sy ini. 
> Kita boleh beda pandangan, tidk harus spendapat, visi dn lain-lainnya.    
> 
> 
> Salam
> 
> Sofyan Badrie
> Youneral 1991         
> 
> --- On Sat, 16/5/09, Dwiyono Tandoer <yono...@...> wrote:
> 
> 
> From: Dwiyono Tandoer <yono...@...>
> Subject: Re: [IKBAL Al-Amien] PKS, akhirnya...
> To: ikbal_alamien@yahoogroups.com
> Date: Saturday, 16 May, 2009, 4:39 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> pak
>  
> perlu kajian ilmiah dulu, jangan suudzon seperti ini.... mungkin ada batu di 
> balik udang
> 
> 
> --- On Sat, 5/16/09, badrie sofyan <sofy...@...> wrote:
> 
> 
> From: badrie sofyan <sofy...@...>
> Subject: [IKBAL Al-Amien] PKS, akhirnya...
> To: ikbal_alamien@yahoogroups.com
> Date: Saturday, May 16, 2009, 12:36 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> --- On Sat, 16/5/09, badrie sofyan <sofy...@...> wrote:
> 
> 
> From: badrie sofyan <sofy...@...>
> Subject: [idewe] PKS, akhirnya...
> To: id...@yahoogroups.com
> Date: Saturday, 16 May, 2009, 2:26 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Salam, 
> 
> ini, dari milis tetangga sebelah.. 
> 
> Sebagai partai yang katanya BERDAKWAH, (menomorduakan kekuasaan) toh akhirnya 
> bertekuk lutut, dalam hitungan satu jam di hotel Sheraton, Bandung, ketika 
> bertemu SBY, dihadapan SYAHWAT KEKUASAAN... 
> 
> Ada komentar? Monggo!
> 
> Sofyan Badrie
> Youneral 1991 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> http://politik. vivanews. com/news/ read/58305- pks_masuk_ gedung__tepuk_ 
> tangan_bergemuru h
> Deklarasi SBY-Boediono
> PKS Masuk Gedung, Tepuk Tangan Bergemuruh
> Spontan, tepukan tangan meriah serasa mendapat komando bergemuruh. 
> Jum'at, 15 Mei 2009, 19:45 WIB 
> Ismoko Widjaya, Heri Susanto 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Presiden & Sekjen PKS, Tifatul Sembiring dan Anis Matta (Antara/ Gani) 
> 
> BERITA TERKAIT 
> 
> SBY-Boediono Menunggu di Ruang VVIP 
> Presiden PKS: Ya Kami Koalisi, Insya Allah 
> SBY Berbaju Merah Disambut Ibu-ibu Berjilbab 
> "Ini Masalah SBY dengan Ustad Hilmi" 
> Ketua Umum PPP Juga Temui SBY-Boediono 
> web tools 
>  
>  
> VIVAnews - Kedatangan dua petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengundang 
> perhatian khusus sekitar seribu peserta Deklarasi SBY-Boediono. Presiden PKS, 
> Tifatul Sembiring, dan Sekretaris Jenderal PKS, Anis Matta, mendapat tepuk 
> tangan paling meriah di antara tamu lain. 
> 
> Pantauan VIVAnews, Tifatul Sembiring dan Anis Matta tiba sekitar pukul 19.30 
> WIB, di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, Jumat, 
> 15 Mei 2009. 
> 
> Satu per satu tamu undangan Deklarasi capres-cawapres SBY-Boediono sudah 
> hadir di lokasi. Tapi perlakuan hadirin rupanya berbeda dengan kehadiran dua 
> petinggi PKS ini. 
> 
> Tifatul yang masih mengenakan batik usai bertemu SBY di Hotel Sheraton tiba 
> di lokasi deklarasi. Disusul kemudian kedatangan Anis Matta. Spontan, tepukan 
> tangan meriah serasa mendapat komando bergemuruh di dalam ruangan 
> berkapasitas sekitar 1.500 kursi ini. 
> 
> Tidak hanya tepuk tangan, para tamu dan undangan yang hadir juga tak 
> henti-hentinya bersorakan dengan kata-kata yang tidak jelas. Respons ini 
> dipicu dari sikap PKS yang berubah sikap di detik-detik terakhir. PKS 
> sebelumnya menolak keras Boediono sebagai cawapres SBY.
> • VIVAnews 
> 
>   
>   
> 
> 
> 
> Confidentiality Notice: This message, including any attachments, is for the 
> sole use of the intended recipient(s) and may contain confidential and 
> privileged information. Any unauthorized review, use, disclosure, or 
> distribution is strictly prohibited. If you are not the intended recipient, 
> please contact the sender by reply e-mail and destroy all copies of the 
> original message. 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari 
> email atau jaringan sosial Anda sekarang! 
> http://id.messenger.yahoo.com/invite/
>


Kirim email ke