> ustad, bukannya ana tidak suka dengan keanekaragaman yang mengakar dalan > negri ini. bahkan karena saking kuatnya keinginan mempertahankan > keanekaragaman itu, makanya ana tidak sejalan dengan ideologi dari PKS dkk. > sebab ideologi yang mereka usung, akan memberangus bhineka tunggal ika itu > sendiri, bahkan mengancam keutuhan NKRI. walaupun mereka selalu memakai > topeng syari'at islam, yang masih membutuhkan klarifisi dan masih banyak > menyimpan pertanyaan-pertanyan yang belum jelas. >
Sanggahan saya : Memberangus Bhineka Tunggal Ika? Buktinya apa? Syariat Islam? Bank Syariah? atau apa? Syariat Islam hanya berlaku di Aceh! Dan itu bukan karena PKS. Di Jakarta yang dimenangi PKS tahun 2004 sama sekali tak ada perda syariah! Di Sumbar dan Sulsel, atau kabupaten yang lebih kecil Cianjur atau daerah lain yang menerbitkan aturan berbau syariah, PKS hanya punya kursi medioker di situ. Anda seharusnya menyoroti partai pemilik kursi legislatif terbanyak yang tentu saja punya kekuatan untuk membuat dan meloloskan perda. Bukannya partai kecil. Jadi keragaman macam apa yang diberangus?! UU pornografi kalau tidak didukung partai Golkar dan Demokrat, PKS bisa apa? Jadi tuduhan Anda bahwa PKS menghancurkan keberagaman itu ngawur. Bila PKS keberatan terhadap sesuatu dan kemudian menyuarakannya itu sah-sah saja. Dan pihak lain yang keberatan juga boleh mengkritik sikap PKS. Para pengkritik juga punya hak untuk itu. Asal benar tulus untuk kepentingan kita semua. Yang gak benar kalau Anda mengkritik tapi dibayar oleh orang luar! nah ini dia! sepengetahuan ana sebelum adanya PKS dkk, ormas dan parpol islam adem ayem aja. sebab tokoh ormas dan parpol itu meracik ajaran islam sedemikian rupa sehingga perjalanannya selaras dengan bhineka tunggal ika dan NKRI. > Hah?! Anda kayaknya gak pernah belajar sejarah. Selain kebersamaan kita, umat Islam Indonesia, punya sejarah gontok-gontokan jauh sebelum PKS muncul. Di akar rumput gak sekali dua kali NU-Muhammadiyah bentrok gara-gara penanggalan Idul Fitri. Muhammadiyah menuduh NU ahlul bid'ah sementara NU mencap Muhammadiyah Wahabi. Mereka berselisih dalam banyak hal kecil. Di bidang politik; NU keluar dari Masyumi gara-gara gak puas dengan jatah kursi dan kabinet. Di zaman Orba NU juga menarik diri dari PPP gara-gara bentrok juga soal kursi dengan faksi Parmusi. Itu baru segelintir yang bisa saya tulis di sini. Kalau mau dilihat lebih jauh lagi dengan memasukkan sejarah Islam Nusantara, daftar gontok-gontokan kita lebih panjang lagi. > bahkan seinget saya, dulu ada parpol islam "Masyumi" yang berideologi hampir > sama seperti PKS dkk terpaksa dibubarkan. sebab soliditas negara indonesia > sudah terpatri dalam UUD 45, yang terangkum dalam kekuatan sosisal dan > religius. sebagaimana pengakuan bung. hatta sang founding father indonesia, > yang berkeyakinan fondasi demokrasi di indonesia sudah cukup solid, karena > didukung oleh kombinasi organik kekuatan sosial-relegius yang sudah mengakar > di sebagian besar masyarakat kita. > Penjelasan saya : Sekali lagi Anda lupa pada sejarah....(atau jangan-jangan Anda belum pernah mempelajarinya) Masyumi bukan terpaksa dibubarkan tapi dipaksa bubar oleh Soekarno karena partai itu tak pernah surut mengkritik Soekarno yang bermesraan dengan PKI. Masyumi juga penentang terdepan Demokrasi Terpimpin yang dicanangkan Soekarno begitu dia mengeluarkan Dekrit 5 Juli 59. Masyumi marah karena Soekarno membubarkan badan legislatif (Konstituante) yang dipilih rakyat dalam Pemilu 1955. Padahal masa tugas Konstituante belum habis. Yang disesalkan belakangan tokoh-tokoh Masyumi (Natsir salah satunya) bersama sebagian tokoh PSI (Sumitro Djojohadikusumo bapaknya Prabowo Subianto) terlibat pemberontakan PSSI/Permesta. Pemberontakan yang dipicu oleh kekecewaan daerah terhadap permerintah pusat yang dianggap Jawa sentris. Jadi adalah keliru bila Anda menganggap Masyumi dipaksa bubar oleh Soekarno karena menolak keberagaman! > tersingkirnya keberanekaragaman yang antum jelaskan itu bener. tapi syariat > jadi sasaran tembak yang antum kira itu, sebenarnya timbul setelah ideologi > syariat ala PKS dkk muncul. sebab ideologi syariat yang mereka usung, malah > tambah menyingkirkan keberanekaragaman itu sendiri. dengan membuat hukum yang > menyeragamkan keaneraragaman. hehehe... > Tanggapan saya : Sekali lagi, kalau Anda mau berdemokrasi dengan UUD 45, setiap partai yang ada di Indonesia yang mengakui UUD tersebut harus diberi hak hidup di Indonesia. PKS dan partai Islam lainnya tentu sudah mengakui NKRI + UUD 45 amandemen + Pancasila. Kalau tidak mana bisa mereka jadi parta resmi di sini. Kalau misalnya Anda menganggap PKS tak berhak ada di negara kita perkarakan saja ke Mahkamah Konstitusi. Demokrasi begitukan? > sungguh Naudzubillah kalau PKS menang! Sebaris kalimat dari saya : tampaknya Anda sama sekali mengenyampingkan ukhuwah hingga sampai hatinya menulis itu pada saudara Anda sendiri. > ustad, apakah UUD 45 beserta Pancasila yang sudah menjadi dasar sitem negara > kita itu menyalahi ajaran syari'at islam? maaf, sepertinya antum alergi > dengan UUD 45. mungkin antum kira syari'at islam itu hanya tergambar pada > hukum hudud ala wahabi dan sistem daulah islamiyah di masa lampau saja, > sehingga antum alergi dengan sistem demokrasi ala indonesia. (mohon > penjelasan) Tentang alergi saya: Alergi dengan UUD 45? Siapa? Saya? Gak salah tuh? Kan saya sudah bilang siapa saja boleh jadi pemimpin di sini asal sesuai aturan yang kita sepakati semua. Karenanya di posting sebelum ini saya pernah menulis; kalau PDS mampu (menang Pemilu) ya silakan, PKS juga silakan, PKNU dsb. Kita sudah pernah dipimpin oleh PDIP, Golkar, PKB, dan sekarang Demokrat. Anda kan yang alergi, begitu dengar ide PKS menang pemilu langsung berta'awudz. Kayaknya Anda tak siap hidup berdampingan dengan saudara sendiri. Bagi saya UUD 45 adalah UUD yang kita sepakati bersama. Tak perlu kita bandingkan dengan syariat ala wahabi, uud antartika (kalau itu ada:)) dsb karena sejarah terbentuknya juga beda. Tapi saya juga gak menganggap bahwa UUD 45 adalah segalanya. Jadi bisa saja suatu waktu kita mengubahnya. Toh itu buatan manusia bukan kitab suci yang harus diimani. Jadi fungsinya adalah untuk mengatur kehidupan bernegara Indonesia. Kalau nanti tak cukup lagi bisa saja dirombak bahkan diganti dengan yang baru sama sekali. Itu tergantung dengan kesepakatan kita. Jadi tak perlulah menganggap UUD 45 adalah segalanya. > jika syari'at islam yang dipandang hanya dengan hudud ala wahabi, jelas tidak > ada yang mau dan memang sangat pantas dipajang di musium Anda tahu musium tapi tampaknya Anda tak tahu sejarah. Lagi - lagi Anda lalai dengan sejarah nenek moyang Anda sendiri. Kita sesama manusia saling mempengaruhi. Sesama muslim apalagi. Pesantren kita tercinta Al Amien juga demikian. Secara tak langsung ada peran Wahabi di situ. Agak panjang ceritanya (tapi akan saya usahakan memaparkan seringkas dan sesederhana mungkin) : awal abad 19 tiga orang haji pulang dari Mekkah dan melancarkan pembersihan praktek keagaaman dari apa-apa yang mereka anggap takhayul, khufarat, seperti yang dilakukan kaum Wahabi di Mekkah. Mereka Haji Miskin, Haji Piabang dan Haji Sumanik. Perjuangan para haji itu berpuncak pada perang Padri dimana kaum Wahabi pribumi tersebut berperang melawan Kaum Adat. Kaum Adat kalah. Dan meminta bantuan Belanda. Belanda datang dengan serombongan tentara yang sebagian besar bangsa kita sendiri (Jawa, Bugis, Ambon). Bukti betapa gampangnya kita dihasut. di keroyok sedemikian rupa giliran kaum Padri yang kalah. Tapi sebelum itu, Kaum Adat ternyata membelot (karena kecewa dengan perlakuan Belanda) dan bergabung berperang dengan kaum Padri. Mereka kalah. Minangkabau jatuh ke tangan Belanda. Tapi gerakan Wahabi bukan hanya perang. Pergerakan itu juga memengaruhi budaya Minang (adat bersendi syara', syara' bersendi kitabullah) dan yang tak diduga ; pendidikan. Ide-ide dari Timur Tengah semakin gampang diterima oleh orang-orang Minang. tak tertutup seperti kaum muslimin lain di Nusantara. Pemikiran Muhammad Abduh, Jamaludin Al Afghani masuk tanpa hambatan. Bahkan ide-ide barat & komunis pun ikut masuk. Sekolah-sekolah berdiri dengan sistem modern. Guru mengajar di depan kelas. Pelajaran umum juga masuk kurikulum. Bukan sekedar agama. Sistem itu menyumbang besar pada kebangkitan bangsa kita. Dari orang-orang Minang dan orang yang belajar di ranah Minangkabau, muncul tokoh di bidang politik, sastra, pendidikan, pers dsb. Dari dunia pesantren, muncul KH. Imam Zarkasy dengan Pesantren Gontor nya! Metode pesantren baru di pulau Jawa yang diawali dari sistem pendidikan ranah Minang yang mendapat pengaruh langsung dari Wahabi! Sekarang Anda tahukan dimana hubungan kita dengan Wahabi? Dan perlu Anda ingat salah satu kiai kita, (Allah yarham) KH Tijani Jauhari, berpuluh tahun hidup di Arab Saudi bertetangga, bergaul dengan Wahabi yang Anda benci itu. Karir beliau sendiri di Rabithah Alam Al Islami tak dapat dilepas dari peran (Allah yarham) M. Natsir yang terpukau dengan prestasi gemilang saudara muslimnya satu negara. Tokoh Masyumi yang partainya Anda samakan dengan PKS. Dan kalau PBB sebesar PKS mungkin juga Anda berta'awudz setiap kali mereka mencapai prestasi di Pemilu. Dengan mengenyampingkan fakta betapa besarnya peran ketua Masyumi tersebut membawa kita kembali ke NKRI setelah sebelumnya berbentuk serikat. Wallahu a'alam bissowab......