Evo Morales

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Langsung ke: panduan arah, cari
 
Juan Evo Morales Ayma (lahir 26 Oktober 1959) adalah pemimpin sayap kiri gerakan cocalero Bolivia. Gerakan ini adalah sebuah federasi longgar para campesino penanam daun koka yang melawan usaha-usaha pemerintah Bolivia untuk menghapuskan koka di provinsi Chapare di Bolivia tenggara. Morales juga seorang pemimpin partai politik Bolivia, Gerakan Menuju Sosialisme (disingkat MAS dalam bahasa Spanyol). Dalam pemilu 2002 di Bolivia, karena komentar-komentar tajam oleh duta besar AS pada waktu itu yang mendorong rakyat memberikan suaranya untuk MAS, Morales mendapatkan tempat kedua. Ini adalah sebuah kejutan bagi partai-partai tradisional Bolivia. Dengan demikian, Morales hampir saja terpilih menjadi presiden Bolivia, sebuah peristiwa unik yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Hal ini membuat sang aktivis masyarakat pribumi Bolivia itu langsung menjadi selebiriti di seluruh benua Amerika Selatan.
Morales dilahirkan di Orinco, sebuah kota pertambangan di Wilayah Oruro, di Altiplano (daerah Dataran Tinggi) Bolivia. Pada awal tahun 1980-an, seperti banyak penduduk asli di Dataran Tinggi, keluarganya pindah ke dataran rendah di Bolivia timur. Keluarganya menetap di Chapare. Di sana mereka menjadi petani, termasuk menanam daun koka, bahan mentah yang dibutuhkan untuk menghasilkan kokain. Pada masa reformasi ekonomi di tahun 1990-an, para bekas petambang mulai juga menanam koka dan ikut menyumbang kepada peranan Bolivia yang kian meningkat dalam produksi dan penyelundupan narkoba internasional. Namun demikian, ketika pemerintahan Persiden Hugo Banzer memulai upaya penghapusan narkoba yang didukung AS pada pertengahan 1990-an, mulai muncullah berbagai ketegangan disertai banyak bentrokan dan protes.
Sebagai pemimpin para cocaleros, Morales terpilih menjadi anggota Kongres Bolivia pada 1997 sebagai wakil dari provinsi Chapare dan Carrasco de Cochabamba. Ia mendapatkan 70% suara di distrik itu, jumlah terbanyak di antara 68 anggota parlemen yang terpilih langsung dalam pemilu tersebut.

Daftar Isi

[Sembunyikan]

Pemilu 2002

Pada Januari 2002, Morales dipecat dari kursinya di Kongres. Alasannya jelas, karena tuduhan terorisme yang berkaitan dengan kerusuhan-kerusuhan yang menentang penghapusan penanaman koka di Sacaba bulan itu di mana empat petani koka, tiga tentara dan seorang perwira polisi terbunuh. Namun ada pula yang menyebutkan bahwa ia dipecat karena tekanan-tekanan berat dari kedutaan besar Amerika yang menuntut agar ia disingkirkan dari pemerintahan.
Kendati pun demikian, Morales mengumumkan pencalonannya dalam pemilu presiden dan kongres berikutnya, yang diadakan pada 27 Juni. Pada bulan Maret, pemecatan Morales dari Kongres dinyatakan tidak konstitusional. Namun ia tidak menuntut kembali kursinya di Kongres hingga Kongres yang baru disumpah pada 4 Agustus. MAS cuma mempunyai 4% suara di dalam pengumpulan pendapat umum, namun partai ini menggunakan sumber-sumbernya yang terbatas untuk mengadakan kampanye yang imajinatif, yang menarik banyak perhatian. Partai ini meninggalkan taktik-taktik kampanye tradisional dengan membagi-bagikan T-shirt, topi bisbol, kaelnder, dan cendera mata politik lainnya. Sebuah iklan televisi yang kontroversial menggambarkan seorang pelayan Bolivia dari suku Indian asli mengimbau massa agar memberikan suaranya sesuai dengan hati nurani mereka, bukan seperti apa yang diperintahkan oleh bos mereka. MAS mengembalikan uang bantuan dari pemerintah (kurang dari USD 200.000) yang diberikan kepada setiap partai politik.
Dengan memanfaatkan ketidaksenangan rakyat terhadap kehadiran AS dan duta besar AS untuk Bolivia, Manuel Rocha khususnya, MAS membagikan poster yang muncul di kota-kota Bolivia, dengan foto Morales yang besar di tengah. Di atasnya, dengan huruf-huruf yang besar, tertulis: "Bangsa Bolivia: Anda yang Memutuskan. Siapa yang Berkuasa? Rocha atau Suara Rakyat." Poster itu mempunyai dampak yang sangat besar dan ratusan ribu poster lagi harus dicetak, lebih daripada yang direncanakan.
Tak seorangpun dari kandidat partai politik arus utama Bolivia yang mau berdebat dengan Morales. Mereka mengejek MAS sebagai "partai gurem." Pada bulan Juni, Morales pun mengatakan kepada Media bahwa ia tidak berminat untuk berdebat dengan mereka. "Orang yang ingin saya ajak berdebat adalah Duta Besar Rocha — saya lebih suka berdebat dengan sang pemilik sirkus, bukan dengan badut-badutnya."
Beberapa hari sebelum pemilu, dalam sebuah pidato yang disampaikannya di hadapan presiden Bolivia yang akan segera melepaskan jabatannya Jorgue Quiroga, Rocha berkata, "Saya ingin mengingatkan para pemilih Bolivia bahwa bila Anda memilih mereka yang ingin menjadikan Bolivia negara pengekspor kokain utama lagi, hal ini akan mengancam bantuan AS di masa depan untuk Bolivia." [1] Rakyat Bolivia yang tetap bergeming, khususnya mereka yang hidup di wilayah-wilayah Altiplano yang umumnya adalah masyarakat bumiputra, tetap berbondong-bondong memilih MAS, memberikannya 20.94% suara, hanya beberapa angka di bawah total suara yang diperoleh partai yang menang. Setelah itu, Morales memuji duta besar Amerika atas "dukungannya" yang menyebabkan kemenangan MAS: "Setiap pernyataan yang dibuat Rocha untuk melawan kita justru telah menolong kita berkembang dan membangkitkan hati nurani rakyat."
Karena menolak berkompromi (sebagian orang menganggapnya sebagai sikap ekstrem), Morales dan MAS tidak diikutsertakan dalam koalisi yang akhirnya menentukan siapa yang akan menjadi presiden. (Dan presiden yang dipilih adalah Gonzalo Sánchez de Lozada). Karena itu, di bawah pimpinan Morales, MAS masuk ke Kongres sebagai partai oposisi yang kuat.
Evo Morales dan MAS tidak mempunyai program yang jelas. Jelas siapa yang dilawannya. Ia seorang orator yang pandai membakar semangat. Namun proposal alternatifnya kurang begitu jelas. Betapapun juga, Morales tidak melihat banyak harapan dari pemerintahan sekarang. Ia menganggap pemerintah saat ini mudah dikorupsi dari dalam dan dimaniplasi dari luar oleh kepentingan-kepentingan asing. Baginya, yang paling dibutuhkan kaum campesinos Bolivia yang miskin adalah otonomi, kesempatan yang sama, dan akses kepada tanah.
Ketika Serikat Buruh Bolivia (COB) menyerukan pemogokan umum tanpa batas pada 29 September 2003, sebagai jawaban terhadap pembunuhan terhadap tujuh orang pengunjuk rasa oleh Angkatan Bersenjata pada waktu Perang Gas Bolivia, Morales dan MAS sudah menolak untuk ikut serta. Mereka lebih suka memusatkan perhatian dalam upaya merebut kekuasaan dalam pemilu wilayah 2004. Namun demikian, Morales terlibat dalam mengorganisasi protes-protes yang berlanjut di ibu kota pada Juni 2005, yang akhirnya memaksa Carlos Mesa mengundurkan diri.

Menjelang pemilu 2005

Sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan yang kian meningkat dan kegelisahan rakyat, Kongres Bolivia dan Presiden Konstitusional Eduardo Rodriguez Veltze telah memutuskan untuk mempercepat pemilu 2007 dan menyelenggarakannya pada Desember 2005, mengingat mundurnya Presiden Carlos Mesa Gisbert, karena tekanan. Mesa telah terpilih sebagai Wakil Presiden dan melayani di bawah bekas Presiden Gonzalo Sanchez de Lozada. Ia menjadi presiden ketika Sanchez de Lozada dipaksa mengundurkan diri pada 2003. Kedua peristiwa kebangkitan rakyat ini disebabkan terutama karena kepemimpinan Morales, khususnya setelah hampir selama setahun secara tidak resmi ia ikut serta sebagai sekutu dalam pemerintahan Presiden Mesa.
Dalam sebuah pertemuan para petani yang merayakan hari jadi ke-10 MAS pada Maret 2005, Morales menyatakan bahwa "MAS siap memerintah Bolivia," kaerna partai ini telah "mengkonsolidasikan posisinya sebagai kekuatan politik [utama] di negeri ini." Namun demikian, ia mengakui bahwa "maaslahnya bukan lagi memenangkan pemilu, tetapi bagaimana memerintah negara ini." [2]
Pengumpulan pendapat awal telah menempatkan Morales dan Gerakan Menuju Sosialisme dalam kedudukan seimbang dengan dua tokoh lainnya, yaitu pemimpin sayap tengah dan kanan serta pemimpin mayoritas perkotaan, Jorge Quiroga dan Samuel Doria Medina, dengan sedikit saja angka perbedaan. Semua ini menunjukkan betapa sulitnya menerka hasil pemilu presiden Bolivia 2005 ini.
Pada 21 Agustus, MOrales telah memilih pendampingnya untuk pemilu presiden Desember 2005, seorang ideolog sayap kiri, sosiolog, matematikawan, dan analis politik, Alvaro García Linera, yang berjuang berdampingan dengan Felipe Quispe sebagai bagian dari Ejercito Guerrillero Tupac Katari (EGTK).

Ideologi

Morales menguraikan kekuatan pendorong di belakang MAS:
"Musuh paling jahat dari umat manusia adalah kapitalisme. Itulah yang mendorong pemberontakan seperti yang kita alami, pemberontakan melawan sebuah sistem, melawan sebuah model neo-liberal, yang merupakan representasi dari kapitalisme yang buas. Bila seluruh dunia tidak mengakui realitas ini, bahwa negara-negara nasional tidak memberikan bahkan yang paling minimal kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan gizi untuk rakyat, maka setiap hari hak-hak manusia yang paling asasi sedang dilanggar."
Ia pun pernah menyatakan:
"...prinsip-prinsip ideologis dari organisasi, anti-imperialis dan berlawanan dengan neo-liberalisme, jelas dan teguh, tetapi anggota-anggotanya masih harus mengubahnya menjadi realitas yang berprogram." [3]
Morales menyebutkan pentingnya pembentukan sebuah Dewan Konstituante untuk mentransformasikan negara Bolivia. Ia pun mengusulkan dibentuknya sebuah undang-undang hidro-karbon yang baru untuk menjamin 50% hasilnya untuk Bolivia, meskipun MAS juga telah menunjukkan minatnya untuk melakukan nasionalisasi total atas industri gas dan minyak Bolivia.
Morales pernah mengungkapkan rasa kagumnya terhadap aktivis pribumi Guatemala, Rigoberta Menchú, dan Fidel Castro. Ia kagum terhadap Castro karena perlawanannya terhadap AS. Morales juga percaya bahwa masalah kokain harus dipecahkan pada sisi konsumsinya, bukan dengan mengatur tanaman koka, yang sudah legal di daerah-daerah tertentu di Bolivia.
Pada 4 Desember 2005, Morales terus-menerus unggul di berbagai poling dengan sekitar 32% suara. Ada lebih dari 100.000 hakim pemilu yang telah disumpah sementara negara ini mempersiapkan diri untuk mengadakan pemilu pada 18 Desember 2005. Kontestan yang kedua, 'Tuto' Quiroga, dari Partai PODEMOS, mendapatkan sekitar 27% suara, sementara Samuel Doria Medina hanya memperoleh kurang dari 15% suara. Semua partai ini menjanjikan solidaritas nasional, nasionalisasi (dalam berbagai tingkatannya) terhadap hidro-karbon, dan kekayaan rakyat

Pemilu 2005

Pada 18 Desember 2005 Evo Morales muncul sebagai pemenang dalam pemilihan presiden Bolivia. Hasil penghitungan suara secara acak dari mereka yang selesai memberikan suaranya (exit poll) menunjukkan bahwa Morales telah melampaui batas minimum 50% suara yang dibutuhkan. Sebelumnya exit poll memperlihatkan bahwa ia telah merebut 42%-45% suara, jauh di atas bekas presiden Jorge Quiroga. Quiroga sendiri telah mengakui kekalahannya dan menyampaikan ucapan selamat kepada Morales.
Dalam pemilu hari Minggu itu, Bolivia juga memilih parlemen atau Kongres yang baru serta gubernur. Menurut undang-undang pemilu Bolivia, bila tak seorangpun kandidat memperoleh jumlah minimum suara 50%, maka pemilu tidak akan dilanjutkan dengan putaran kedua, melainkan keputusan akan diambil oleh Kongres.


...............
jika kita menghamba kepada ketakutan
kita memperpanjang barisan perbudakan
(ucapkan kata-katamu, Wiji Thukul)

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
        [EMAIL PROTECTED] (langganan)
        [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist




SPONSORED LINKS
Indonesia visa Indonesia phone card Indonesia calling card
Indonesia travel Indonesia Indonesia hotel


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke