Bahaya yang sebenarnya bukanlah
komunisme tetapi neo-Orde Baru Para
pembaca yang terhormat, mohon Anda sekalian membaca dengan cermat berita
yang dimuat dalam harian Kompas
tanggal 24 Desember 2005, yang antara lain berbunyi sebagai berikut
: Tanggal
24 Desember 2005 Komando Daerah Militer Jakarta Raya genap berusia 56
tahun. Berkaitan dengan itu,
wartawan harian Kompas
mewawancarai Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo..
Menurut
Panglima Kodam : "Situasi
sekarang ini sangat kondusif untuk berkembangnya faham komunisme yang
sekarang juga masih banyak dianut sejumlah orang, baik perorangan maupun
lewat organisasinya. " Kemiskinan, kesulitan hidup,
ketidakpuasan pada pemerintah, adalah kondisi masyarakat yang sangat mudah
disusupi faham komunisme. Jika ini tidak diantisipasi, dibiarkan terus
berkembang, bukan tidak mungkin dalam Pemilu 2009 ada partai berfaham
komunis yang ikut berkompetisi. "Target mereka adalah mencabut semua
peraturan yang melarang komunisme. Sesudah itu, organisasi dan partai
politik berasas komunis akan segera didirikan. "Nah, untuk mengantisipasi hal itu, TNI
dengan babinsanya terus berusaha membentengi masyarakat agar tidak mudah
terpengaruh komunisme. Karena itu, Panglima Kodam Jaya juga mengimbau agar
masyarakat sadar akan bahaya komunisme tersebut ", demikian antara lain Mayjen TNI
Agustadi Sasongko Purnomo,( kutipan dari harian Kompas
selesai). |
* * *
Kalau
kita baca isi pernyataan Panglima Kodam Jakarta Raya di atas itu maka kita ingat kepada pernyataan yang sudah
sering sekali diucapkan selama puluhan tahun oleh berbagai pembesar militer Orde
Baru. Selama 32 tahun, kita sering mendengar adanya « bahaya laten
komunis ». Sedangkan, banyak orang orang tahu bahwa rejim
militer Suharto sudah menghancurkan
- dengan cara-cara kejam sekali kekuatan PKI, sampai lumpuh
sama sekali.
Boleh
dikatakan bahwa sebagian terbesar
kadernya, baik yang tingkat
tinggi, menengah maupun tingkat bawah di seluruh Indonesia telah dibunuhi secara massal, tanpa
pengadilan dan dengan cara-cara yang tidak manusiawi atau biadab sekali.
Sedangkan jutaan anggota dan simpatisan PKI, juga telah dibunuhi atau
dipenjarakan dalam jangka waktu yang lama sekali, walaupun tidak bersalah
apa-apa sama sekali.
Walaupun
PKI sudah dilumpuhkan sama sekali,
selama 32 tahun rejim militer Suharto terus-menerus mengumbar momok bahaya laten PKI sebagai alat untuk
menterror siapa saja yang berani menentang Orde Baru atau berani bersikap
kritis, dan dengan maksud untuk
tetap mengkonsolidasi kekuasaannya yang otoriter, kejam dan
korup.
Sekarang,
setelah Suharto sudah turun dari tahtanya sejak 1998, mulai lagi terdengar
slogan-slogan bahaya laten komunis seperti halnya di masa-masa puluhan tahun
Orde Baru. Dan yang terakhir adalah yang diucapkan oleh Pangdam Jakarta Raya,
Mayjen Agustadi Sasongko Purnomo.
Jelaslah
kiranya bahwa apa yang diucapkan Mayjen Agustadi Sasongko bukanlah pendapatnya
pribadi seorang diri, melainkan cermin dari garis
politik TNI-AD (yang sebenarnya
!) mengenai berbagai soal, termasuk masalah bahaya laten komunis.
Dari pernyataannya kita dapat memperoleh gambaran bahwa, pada hakekatnya, TNI-AD
masih belum sama sekali menjalankan reformasi secara serius dan menyeluruh di
kalangannya. Artinya, TNI-AD yang
sekarang ini adalah, pada dasarnya, masih seperti TNI-AD di jaman Orde
Baru.
Rupanya,
dengan menyatakan bahwa TNI
dengan babinsanya terus berusaha membentengi masyarakat agar tidak mudah
terpengaruh komunisme tokoh-tokoh
militer semacam Mayjen Agustadi
ingin memberikan kesan kepada umum bahwa TNI selama ini adalah pengayom atau
pelindung rakyat.
PENGKHIANATAN
TERHADAP BUNG KARNO DAN RAKYAT
Padahal,
kalau selama puluhan tahun Orde Baru
orang tidak berani bicara tentang berbagai kejahatan dan pelanggaran yang
dilakukan golongan militer, sekarang makin banyak orang yang berani mengatakan
dengan terus terang bahwa
justru TNI-AD di bawah pimpinan Suhartolah yang telah menimbulkan penderitaan
bagi puluhan juta para korban peristiwa 65 beserta sanak-saudara mereka, dan
juga bagi banyak golongan lainnya di kalangan rakyat
Indonesia.
TNI-AD
di bawah Suharto-lah yang telah melakukan pengkhianatan
besar terhadap Bung Karno, dan melalui pengkhianatan terhadap pemimpin besar
bangsa Indonesia ini mereka juga sekaligus mengkhianati revolusi bangsa
Indonesia, dan mensabot perlawanan rakyat terhadap imperialisme AS dan
neo-kolonialisme.
Dengan
mengeluarkan pernyataan seperti tersebut di atas itu, orang mendapat kesan bahwa
kesalahan monumental yang dibuat
oleh pimpinan TNI-AD di bawah Suharto selama Orde Baru masih mau diteruskan oleh
sebagian pimpinan TNI-AD yang sekarang, semacam Mayjen Agustadi Sasongko
itu.
Dalam
sejarah bangsa Indonesia belum pernah
pmpinan TNI-AD (yang dulu-dulu maupun yang sekarang) mengakui - dengan tegas dan terang-terangan
- kesalahan dan pengkhianatan yang
pernah mereka lakukan terhadap Bung Karno. Mereka juga tidak pernah mengakui
kesalahan atau kejahatan dengan
membunuhi jutaan orang tidak bersalah dan memenjarakan ratusan ribu tapol dalam
jangka yang lama sekali.
Kalau
direnungkan dalam-dalam, kesalahan atau kejahatan pimpinan TNI-AD terhadap Bung
Karno dan terhadap jutaan anggota dan simpatisan¨PKI, dan kesalahan mereka
mendirikan rejim militer Orde Baru adalah dosa yang paling besar selama sejarah
bangsa sampai sekarang. Dosa ini makin besar karena itu semua mereka lakukan
dengan dukungan atau persekongkolan dengan kekuatan imperialis dan
neo-kolonialisme yang dikepalai
AS.
MOMOK BAHAYA KOMUNISME
Sekarang,
ketika gerakan atau aksi-aksi berbagai kalangan atau golongan dalam masyarakat
menuntut perbaikan hidup, dan melawan pengangguran, dan menentang merajalelanya
korupsi, Mayjen Agustadi mengumbar momok tentang kondisi masyarakat yang sangat mudah
disusupi faham komunisme.
Dengan
ungkapan ini secara tidak langsung ia memperingatkan bahwa di belakang segala
macam aksi atau gerakan untuk menuntut perbaikan sosial ekonomi itu berdiri PKI
atau faham komunisme. Barangkali, ia pun tahu bahwa, sebenarnya, tidak semua
aksi atau gerakan sosial ekonomi yang sekarang di mana-mana itu digerakkan oleh
orang-orang yang berfaham komunis saja, melainkan juga oleh orang-orang lainnya
yang berkepedulian terhadap nasib rakyat banyak.
Seperti
yang dapat diilihat dalam sejarah bangsa kita, memang bisalah dikatakan bahwa
kebanyakan orang komunis di Indonesia sangat peduli terhadap masalah kemiskinan
dan ketidakadilan dalam segala
manifestasinya. Tetapi sikap yang demikian ini bukanlah monopoli orang-orang
komunis saja. Juga orang-orang dari kalangan atau golongan lainnya bisa
mempunyai sikap yang mulia atau sifat yang luhur ini.
Jadi,
salahlah kiranya Mayjen Agustadi kalau ia mengira bahwa segala ketidakpuasan
terhadap pemerintah itu ada bahaya kesusupan faham komunime. Persoalan parah
dan kesulitan serius di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan moral
yang dihadapi oleh bangsa kita adalah besar dan luas sekali. Karenanya, yang
bergerak dan mengadakan aksi-aksi perlawanan untuk perubahan menuju perbaikan
juga terdiri dari macam-macam orang dari berbagai aliran politik, keyakinan
agama, dan kesukuan atau
ras.
Bahwa
dalam perjuangan bersama melawan musuh-musuh yang sama ini kemudian terdapat
persamaan pandangan atau persamaan sikap antara orang-orang dari berbagai
golongan dengan pandangan atau sikap orang-orang komunis itu adalah soal yang wajar. Ini tidak
terjadi di Indonesia saja, melainkan juga di banyak negeri di
dunia.
BAHAYA
YANG SEBENARNYA ADALAH NEO-ORDE BARU
Dalam
hal yang demikian itu, orang seperti Mayjen Agustadi yang mengimbau agar
masyarakat sadar akan bahaya komunisme tersebut perlu diingatkan bahwa bahaya
bagi Republik Indonesia sekarang ini bukannya komunisme. Bahaya yang jelas-jelas
sudah nyata sekarang adalah terrorisme dan munculnya kembali neo-Orde Baru di
mana Partai Golkar dan sebagian golongan militer memegang peran aktif. Rejim
militer Orde Baru yang sudah mengangkangi Republik Indonesia selama 32 tahun dan
secara nyata telah menimbulkan banyak kerusakan
parah dan pembusukan di berbagai bidang (termasuk yang paling parah : bidang
moral!!!) adalah bahaya dan musuh
yang nyata bangsa kita. Sejarah kita sudah menjadi saksinya
!
Barangkali
perlu untuk sama-sama kita renungkan dalam-dalam soal yang berikut ini : Apakah
momok bahaya komunis yang ditiup-tiupkan oleh orang-orang semacam Mayjen
Agustadi ini tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti - kasarnya menterror secara psikologis -
semua orang dari berbagai kalangan atau golongan yang berani mengeluarkan suara
vokal atau kritis sekali dan mengadakan aksi-aksi (atau gerakan) mengenai segala
ketidakberesan dan kebusukan yang sedang melanda negeri
kita?
Slogan
Bahaya laten komunis yang selama 32 tahun telah dipakai untuk melakukan terror
terhadap orang-orang dari berbagai golongan yang tidak menyukai rejim militernya
Suharto dkk ini sudah tidak mempan lagi atau tidak se-ampuh lagi sewaktu jaman Orde Baru. Dengan
mengumbar lagi slogan lama itu, orang-orang semacam Mayjen Agustadi hanya menjadi cemooh banyak orang. Bisa
disamakan seperti pedagang yang gembar-gembor percuma karena menawarkan - dengan suara lantang pula barang
busuk dan usang, yang sudah lama tidak laku karena tidak disukai
orang.
Sejak
runtuhnya tembok Berlin, dan sejak selesainya (secara pokok) Perang Dingin,
maka slogan bahaya komunis yang
juga dalam jangka puluhan tahun diuar-uarkan di luarnegeri sudah hilang dari
pasaran. Soviet Uni dan negara-negara Eropa Timur sudah berubah, Tiongkok dan
Vietnam juga sudah tidak seperti dulu-dulu lagi. Negeri-negeri Amerika Latin
(antara lain Venezuela, Bolivia, dan juga Kuba sejak lama) sedang megalami
perubahan juga, yang tidak menguntungkan imperialisme AS. Melihat perkembangan
situasi politik di dunia sekarang ini, maka dapat dikatakan bahwa dalam banyak
hal, visi Bung Karno tentang imperialisme dan nekolim, ternyata ada
kebenarannya, walaupun sudah 40 tahun berlalu.
Seperti
yang bisa kita amati bersama-sama, di seluruh dunia perjuangan rakyat berbagai
negeri untuk mencapai perbaikan hidup, melawan ketidakadilan dan
penghisapan, terus berlangsung
tanpa henti-hentinya. Perjuangan ideologi dan politik dalam bentuknya yang lama
(semasa Perang Dingin) sudah digantikan dengan bentuknya yang baru, antara lain
lewat perjuangan bersama terhadap neo-liberalisme dan globalisasi ekonomi. Pada
pokoknya, perjuangan rakyat berbagai negeri terhadap neo-liberalisme ini adalah
perjuangan terhadap musuh yang lama juga, yaitu imperialisme AS beserta
kekuatan-kekuatan pendukungnya yang terdapat dalam IMF, World Bank, WTO dan
lain-lain badan yang jadi alat kapitalisme internasional.
REPUBLIK
INDONESIA MEMBUTUHKAN TNI-AD YANG ANTI-ORDE BARU
Di
Indonesia, dewasa ini sedang berkembang
aksi-aksi dan gerakan dari berbagai kalangan dan golongan masyarakat yang
memperlihatkan pertanda kebangkitan rakyat untuk memperjuangkan perbaikan hidup
dan melawan segala macam ketidakadilan. Benar atau tidak benar pernyataan orang
semacam Mayjen Agustadi (tentang bahaya komunisme yang menyusup di belakang
aksi-aksi atau gerakan ini) bukan merupakan penghalang bagi tumbuhnya dan
meluasnya gerakan perlawanan rakyat ini.
Pernyataan Mayjen Agustadi merupakan pertanda (atau bukti) bahwa TNI-AD yang sekarang - pada pokoknya - masih sama saja dengan TNI-AD di bawah pimpinan Suharto. Yaitu TNI-AD yang menjadi pembangun utama rejim militer Orde Baru, suatu rejim otoriter, yang oleh rakyat sudah dinajiskan dan dibuang dalam keranjang sejarah. Sebenarnya, ditumbangkannya Suharto oleh generasi muda dengan dukungan rakyat berarti juga ditolaknya oleh rakyat kehadiran sebagian pimpinan TNI-AD yang menjadi kaki-tangan setia diktator korup yang menjalankan praktek-praktek fasis.
TNI-AD
yang mendukung Orde Baru inilah yang selama 32 tahun merusak sendi-sendi
Republik (republik asal katanya dari bahasa latin res publica, yang artinya
untuk rakyat atau untuk umum). Seperti yang kita saksikan bersama-sama, selama
puluhan tahun itu TNI-AD di bawah
Suharto telah mengubah Republik kita menjadi negara militer dalam negara, atau
menjadi maffia militer yang menguasai segala-galanya untuk kepentingan
segolongan kecil mereka.sendiri.
Negara
kita memang memerlukan TNI-AD, tetapi yang betul-betul anti-Orde Baru ! Artinya,
bangsa kita tidak membutuhkan TNI-AD (dan golongan militer lainnya) yang masih
secara diam-diam mendukung Suharto atau masih berjiwa Orde Baru
!!!
Paris,
27 Desember 2005
Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
[EMAIL PROTECTED] (langganan)
[EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist
Indonesia visa | Indonesia phone card | Indonesia calling card |
Indonesia travel | Indonesia | Indonesia hotel |
YAHOO! GROUPS LINKS
- Visit your group "indo-marxist" on the web.
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.