--- On Thu, 11/20/08, Mister Paidi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Mister Paidi <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [sosialisme-terapan] 'Calon Ulama' Lampung di Mesir
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, November 20, 2008, 4:38 AM










    
            Kedepan, para ulama dunia lebih diharapkan mampu membuka/mengkaji/ 
mengembangkan "kitabul aqly-nya" masing2 untuk share satu sama lain dalam 
menyikapi perkembangan iptek.

 

--- On Fri, 11/21/08, Sunny <[EMAIL PROTECTED] se> wrote:
From: Sunny <[EMAIL PROTECTED] se>
Subject: [sosialisme- terapan] 'Calon Ulama' Lampung di Mesir
To: Undisclosed- Recipient@ yahoo.com
Date: Friday, November 21, 2008, 1:50 AM







    
            


http://www.lampungp ost.com/cetak/ berita.php? id=2008111921284 520
 


  
  
    Kamis, 20 November 
    2008
  
    

  
  
    OPINI
  
    
  
    
  
    'Calon Ulama' Lampung di 
Mesir 


  
  
    
      Udo Yamin Majdi
      Direktur Eksekutif Word Smart Center 
      Cairo, Mahasiswa Fakultas Syariah wal Qanun Universitas Al-Azhar Tafahna 
      Al-Asyraf, Mesir
      "Dalam rangka suksesnya pembangunan 
      masyarakat Lampung", tulis M. Afif Anshori, direktur eksekutif Ikatan 
      Jaringan Kerja Sama (Ikrama) Pondok Pesantren se-Lampung, dalam rubrik 
      Opini Lampung Post (7-11). "Pemda harus mampu menggandeng dan 
      memfasilitasi para ulama, bahkan 'calon ulama' yang dikader di pesantren; 
      apakah dengan pembangunan akses infrastruktur ke pesantren di perdesaan, 
      pelatihan life skill, pemberian bantuan modal usaha, dan 
      sebagainya. Bahkan harus dimasukkan dalam salah satu program pada Badan 
      Perencanaan Pembangunan Daerah."
      "Calon ulama" yang termaktub pada tulisan 
      berjudul Lampung Gudang Ulama, Sebuah Obsesi itu terkesan hanya 
      ditujukan kepada para santri di pesantren Lampung saja. Padahal, masih 
ada 
      calon ulama lain yang perlu dirangkul Pemda Lampung, yaitu para mahasiswa 
      asal Lampung di Universitas Al-Azhar Mesir. Para calon ulama ini 
      seakan-akan dilupakan Pemda Lampung sehingga ketika mereka pulang dari 
      Mesir banyak yang mengabdi di luar Lampung. Sebenarnya, hal ini tidak 
      terjadi manakala Pemda Lampung berusaha mendekati mereka sejak masih di 
      Mesir, sebagaimana yang dilakukan beberapa pemda lainnya.
      Mahasiswa dan Organisasi 
      Daerah
      Mahasiswa Indonesia belajar ke Mesir sudah 
      ada sejak prakemerdekaan RI. Tahun 1923, berdiri organisasi bernama 
      Al-Jami'ah Al-Khairiyah li Thalabah Al-Azhariyah Al-Jawiyah. Tahun 1937 
      berganti nama dengan Perhimpunan Indonesia Malayu, yang anggotanya tidak 
      hanya dari Indonesia melainkan dari semua rumpun Melayu seperti Malaysia, 
      Thailand, dan seterusnya.
      Karena mahasiswa asal Indonesia makin banyak, 
      tahun 1951 memisahkan diri dengan nama Ikatan Indonesia. Tahun 1956 
      berubah nama menjadi Himpunan Pemuda Pelajar Indonesia (HPPI). Lalu, 
      berubah nama lagi menjadi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) tahun 1970. 
      Pada 18 Juni 1987 lewat SK Dubes RI No.SKEP/013/ VI/1987, PPI dinyatakan 
      bubar sebab menolak asas tunggal.
      Tahun itu pula, lahirlah Himpunan Pelajar dan 
      Mahasiswa Indonesia (HPMI). Pada musyawarah besar tanggal 28 November 
      1995, HPMI berubah nama menjadi Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia 
      (PPMI) hingga dipakai sampai hari ini.
      Saat ini mahasiswa Indonesia di Mesir 
      berjumlah 5.083 orang, tersebar di beberapa kota. Di Kairo sebanyak 
3...985 
      orang. Di Zaqaziq 80 orang, di Manshura 70 orang, di Thanta 75 orang, di 
      Tafahna 120 orang, di Damanhur 6 orang, di Dimyath 15 orang, dan di 
      Alexandria 5 orang.
      Berdasarkan strata pendidikan, pelajar dan 
      mahasiswa Indonesia di Mesir terdiri dari pelajar tingkat sekolah dasar 
      dan menengah serta nonformal sebanyak 119 orang; S1 di Universitas 
      Al-Azhar sebanyak 4.602 orang; S2 di Universitas Al-Azhar dan perguruan 
      tinggi lainnya sebanyak 336 orang; S3 di Universitas Al-Azhar dan 
      perguruan tinggi lainnya sebanyak 26 orang; dan mahasiswa baru tahun 
      akademik 2007--2008 sebanyak 453 orang.
      Mereka adalah lulusan pesantren atau madrasah 
      aliah dan berasal dari berbagai daerah di Tanah Air. Mereka memperoleh 
      beasiswa gratis biaya kuliah dan 35% mendapatkan tunjangan dari berbagai 
      instansi di Mesir--misalnya dari Jam'iyyah Syar'iyah berupa sembako dan 
      uang 50 poundsterling setiap bulan--dan sebagian lainnya mengandalkan 
      kiriman orang tua atau pemasukan dari berbagai usaha dan sumber 
      lain.
      Semua mahasiswa Indonesia itu menjadi anggota 
      PPMI sebagai organisasi induk. Akan tetapi dalam beraktivitas 
terbagi-bagi 
      menjadi 16 organisasi kedaerahan berikut ini: Keluarga Mahasiswa Aceh 
      (KMA), Himpunan Mahasiswa Medan (HMM), Keluarga Pelajar Tapanuli Selatan 
      (KPTS), Kesepakatan Mahasiswa Minangkabau (KMM), Kelompok Studi Mahasiswa 
      Riau (KSMR), Keluarga Mahasiswa Jambi (KMJ), Kemass (Keluarga Masyarakat 
      Sumatera Bagian Selatan), Keluarga Mahasiswa Banten (KMB), Keluarga 
      Pelajar Jakarta (KPJ), Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB), 
      Kelompok Studi Walisongo (KSW), Gabungan Mahasiswa Jawa Timur 
(Gamajatim), 
      Forum Studi Keluarga Madura (Fosgama), Keluarga Mahasiswa Kalimantan 
Mesir 
      (KMKM), Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS), dan Keluarga Mahasiswa Nusa 
      Tenggara dan Bali (KMNTB).
      Tahun 2002, Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. 
      menjadi dubes RI Mesir. Beliau menggagas berdirinya rumah daerah, kerja 
      sama antara organisasi daerah itu dengan pemda masing-masing. Sehingga 
      berdirilah Graha Jatim milik Gamajatim, Griya milik KSW, Pasangrahan 
milik 
      KPMJB, Wisma Jakarta milik KPJ, Baruga milik KKS, Istana Maimoen milik 
      HMM, Maligue milik KMA, Asrama Mahasiswa milik KMM, dan seterusnya. 
      Bantuan dari pemda untuk membeli saqah (flat) dan 
      imarah (apartemen) itu, masing-masing mulai dari satu miliar 
      hingga tiga miliar.
      Selain bantuan membeli saqah dan 
      imarah, beberapa pemda juga memberikan beasiswa 100 dolar per 
      bulan untuk putra-putri daerah mereka bahkan ada yang Rp100 juta per 
orang 
      untuk menyelesaikan S-2. Ada juga organisasi daerah bekerja sama dengan 
      pemdanya dalam melayani jemaah haji di Arab Saudi.
      Ikmal Mesir
      Sejak 1959 hingga saat ini, mahasiswa asal 
      Lampung--juga Bengkulu dan Bangka--bergabung dengan Kemass sebab 
jumlahnya 
      sedikit. Dan 1999, mahasiswa Lampung di Mesir bertambah.
      Tahun 2000 berdirilah Forum Mahasiswa Lampung 
      (Fosmal). Namun, Fosmal tidak aktif sampai kemudian 20 Juni 2008 ada 
      kesepakatan mendirikan Ikatan Masyarakat Lampung (IKMAL) Mesir dengan 
      anggota 63 orang.
      Organisasi yang diketuai Ahmad 
      Al-Akhran--asal Kalianda, Lampung Selatan--ini dibentuk dengan tujuan (1) 
      menjalin silaturahmi antarmahasiswa/ i dan masyarakat asal Lampung di 
      Mesir; (2) mendukung dan membantu anggotanya meraih sukses akademis dan 
      sosial; dan (3) membangun jaringan supaya bersinergi ketika mengabdi di 
      Lampung.
      Kegiatan Ikmal selama ini lebih terfokus pada 
      kajian keilmuan dan pembinaan anggota. Selain itu, beberapa kegiatan yang 
      bermaksud untuk mempererat tali persaudaraan. Misalnya, pada bulan suci 
      Ramadan lalu, Ikmal menyelenggarakan ifthor jama'i (buka puasa 
      bersama).
      Membangun 
      Sinergitas®MDUL¯
      Untuk menjadikan Lampung sebagai gudang 
      ulama, itu sangat mungkin manakala seluruh komponen bersinergitas 
      mewujudkannya. Komponen itu adalah (1) pesantren dan IKMAL sebagai calon 
      ulama; (2) alumni pesantren dan mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir) di 
      Lampung; (3) Pemda Lampung; (4) Ikatan Jaringan Kerja Sama (Ikrama) 
Pondok 
      Pesantren se-Lampung; (5) LSM atau yayasan pendidikan; dan (6) seluruh 
      masyarakat Lampung.
      Meskipun Pemda Lampung--dan 
      stakeholder lainnya--belum siap melakukan seperti pemda lain 
      yang membuatkan rumah daerah sebagai pusat kegiatan, memberikan beasiswa, 
      dan bekerja sama dalam bidang keagamaan, sosial, budaya, serta pembinaan 
      jamaah haji; atau apa yang diharapkan oleh Afif Anshori di 
      atas--memasukkan IKMAL dalam program Badan Perencanaan Pembangunan 
      Daerah--paling tidak harus ada komunikasi antara pemda dengan calon ulama 
      di Mesir itu. Dengan demikian, mudah-mudahan dari dialog itu akan muncul 
      ide-ide brilian dan sinergitas untuk mewujudkan Lampung gudang ulama. 
Nah, 
      bila Ikmal telah melempar bola, maka siapkah Pemda Lampung menyambutnya? 
      Wallahualam

      


         
        
        


      
      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, 
Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://www.indomarxist.co.nr/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke