"Israel, Berhentilah Berlagak Menjadi Korban"
Jakarta - Dalam bukunya "They Dare to Speak Out" yang diterbitkanpada 1985, mantan anggota Kongres, Paul Findley, mengungkapkan betapakuatnya cengkeraman lobi Yahudi dan Israel di Amerika Serikat, terutamadalam masalah Timur Tengah, sehingga orang Amerika atau Barat yangberani mengkritik Israel dicap sebagai anti Yahudi dan pendukung Nazi. Findley mengungkapkan, orang-orang kritis yang posisinya lemah telahdiintimidasi dan disingkirkan, sementara yang lebih kuat diasingkanuntuk kemudian dimiskinkan secara politik dan ekonomi, dideskreditkanoleh media massa, bahkan dilenyapkan sama sekali. Senator Joseph Raymond McCarthy dari Partai Republik adalah salahseorang korbannya. Dia diasingkan dari ranah politik AS dandideskreditkan oleh media massa sebagai komunis, bahkan penyebabkematiannya pun tidak jelas. Kini, setelah agresi Israel ke Gaza, sebagian orang Amerika dan Baratmulai mengeluarkan kritik tajam pada Israel, bahkan beberapadiantaranya cenderung anti Yahudi. Di Yunani, pada 29 Desember, Harian Avriani mengaitkan Perang Gazadengan lobi Yahudi, "Setelah Yahudi Amerika menguasai kembali (sistem)kemakmuran dunia dan menenggelamkan dunia dalam satu krisis keuanganyang tak pernah terjadi sebelumnya, mereka mulai berlatih untuk(persiapan) Perang Dunia Ketiga." Sementara itu, di Italia, asosiasi dagang bernama Flacia-Uniti menyeruwarga kota Roma untuk memboikot segala produk usaha buatan komunitasYahudi. "Kami tidak bisa terus diam terhadap apa yang sedang terjadi di Gaza.Kami telah membuat daftar pengusaha (Roma) yang berhubungan dengan TelAviv karena rakyat (Italia) tidak tahu siapa mereka," kata GiancarloDesiderati, otak dibalik prakarsa boikot itu. Di AS, suara kritis terhadap Israel menyalak, bukan hanya dariketurunan Arab, tapi juga non Arab yang muak pada eksploitasi nasibburuk Israel di masa pasca Perang Dunia Kedua, demi membenarkanserangan kejinya ke Palestina. Salah seorang warga AS yang mengkritik Israel adalah aktor, sastrawan,sosiolog, dan pengarang buku terkenal "The Pursuit of Loneliness,"Philip Slater. Dalam Huffington Post edisi 6 Januari 2009 yang dipublikasikan lagiMiddle East Times pada 19 Januari, Philip menyampaikan opini berjudul,"A Message to Israel: Time to Stop Playing the Victim Role." Berikut adalah terjemahan artikel Philip. Di awal tulisannya, Philip menyatakan dia tak bisa memahami Israel yangselama ini dibela bangsanya, berubah menjadi agresor dengan masih sajamendramatisir nasibnya di masa lalu sebagai korban permusuhan Arab. "Kalian tak perlu lagi pura-pura menjadi korban. 'Israel yang malang'terdengar aneh manakala kalian justru menjadi kekuatan dominan di TimurTengah," kata Philip. Saat kalian menduduki beberapa tetanggamu, membom dan menaklukannya dimedan perang, menguasai tanah mereka, dan mengusirnya dari rumah-rumahmereka, maka saatnya untuk berhenti berpura-pura tertindas. Ya benar, negara-negara Arab menolak keberadaanmu, mengancam akanmembuang kalian ke laut, dan semua itu retorika palsu. Faktanya adalahkalian kuat, mereka (Arab) tidak. Kalian punya senjata canggih, merekatidak. Kalian bersenjata nuklir, mereka tidak. Jadi berhentilahbersikap cengeng. Itu tak laku lagi. Ya, saya tahu, kami rakyat Amerika mesti berbicara dan selalu bergetarsaat mendengar nama teroris, "negara brandal" dan "kekaisaran iblis"saat kami memiliki cukup nuklir untuk meledakkan dunia dan berbelanjasenjata lebih besar dari negara manapun. Tetapi, hanya karena kamihipokrit dan gelisah, tidak berarti kalian harus seperti kami. Philip berkata, menyebut Hamas agresor sungguh tidak pantas karenaJalur Gaza lebih dari sebuah kamp konsentrasi besar Israel dimana wargaPalestina diserang semau Israel dan harus menderita kesulitan makan,bahan bakar, energi, bahkan suplai obat-obatan. "Mereka tidak bisa berkeliaran dan mesti membuat terowongan untukmenyelundupkan kebutuhan hidup sehari-harinya. Mereka tak akan kalianperhatikan jika tidak menembakkan roket-roketnya pada kalian." Philip menulis, lobi Israel bereaksi sejadi-jadinya manakala merekadituduh mengadopsi metodologi Nazi yang telah menyiksa mereka, untukmenghukum sebuah bangsa dengan menyerang bagian kecil bangsa itu dansecara konsisten dilakukannya di Gaza. Israel, demikian Philip, telah melanggar hukum internasional, sebuahhukum yang ironisnya pernah diterapkan untuk mengadili praktik kejiyang dilakukan Nazi kepada bangsa Yahudi semasa Perang Dunia Kedua. "Ayolah, pisahkan kami dari kemunafikan dengan mengatakan setiap upayaIsrael adalah demi mencegah korban sipil. Saat kalian menjatuhkanbom-bom di satu kota padat penduduk, kalian membom peradaban. Bom takpernah bertanya apa KTPmu. Bom adalah pembunuh rakyat sipil. Bom-bom dirancang untuk menjatuhkansemangat sebuah bangsa dengan membantai keluarga-keluarga. Bomdigunakan selama Perang Dunia Kedua oleh semua pihak dengan tujuanmeruntuhkan semangat bangsa. Dan ini pula yang dilakukan di Gaza. Ayolah Israel, cobalah tahan diri kalian untuk tak berkilah denganargumen menyesatkan yang dipinjam dari Bush, bahwa para pemimpin Hamasbersembunyi di tengah rakyatnya, meninggalkan rumah-rumah mereka. Yang sesungguhnya terjadi adalah Israel ingin menggiring mereka ketempat-tempat yang tidak ada penduduknya, padahal tak ada satu punlahan kosong penduduk dan pemukiman di Gaza. Jadinya, para pejuangHamas bolak balik di daerah padat penduduk itu." Philip melanjutkan, Israel telah membom tiga sekolah PBB dan membunuhlusinan anak-anak serta orang dewasa, meskipun faktanya PBB memberikalian koordinat semua sekolahnya di Gaza agar sekolah-sekolah itutidak menjadi sasaran pemboman karena PBB ingin mencegah jatuhnyakorban sipil dengan tanda itu sehingga kalian tak mungkin membomnya.Alih-alih Israel membom sekolah-sekolah itu. "Tampaknya kalian merasa bisa membunuh siapapun, kapanpun dan dimanapunkalian suka, hanya karena kalian mendapat restu dari Amerika Serikat,"kata Phiilip. Setiap hari serangan yang dilancarkan ke Pelestina, kalian semakinterlihat melecehkan PBB, masyarakat internasional dan hidup manusia.Persis prilaku negara berandal. Kalian mungkin juga memberi perhatian pada fakta bahwa kebijakan kunokalian yang sok jagoan --kebijakan yang kalian lakukanberdekade-dekade-- tidak berhasil! Bangsa Palestina itu manusia. Mereka bukan anjing yang bisa kalianperintah. Makin buruk kalian perlakukan mereka, makin ingin merekamelawanmu. Itulah arti menjadi manusia. Semakin keras kalian tindas,semakin kuat mereka melawan. Kami (AS) pernah membom Vietnam dengan jumlah lebih banyak dari seluruhbom yang dijatuhkan selama Perang Dunia Kedua. Itu belum termasuk bomnapalm (bom curah), herbisida (bom biologi) dan semua jenis ranjaudarat canggih. Tapi, apakah mereka (bangsa Vietnam) lantas bersujud danmencium lutut penjajahnya? Tidak, mereka pantang tunduk. Kalian mesti membunuh mereka semua. Dan saat kalian melakukan itu,kalian akhirnya tidak akan lagi didukung siapapun, bahkan AmerikaSerikat. Ingatlah, bahwa dukungan Amerika kepada kalian seluruhnya didasarkanpada gagasan bahwa tidak ada satu pun politisi (AS) memenangkan pemilutanpa dukungan suara Yahudi. Tapi tak semua Yahudi Amerika berpikir Israel mengemban misi agung dariTuhan. Banyak warga Yahudi Amerika lebih mempercayai hukum dan keadilaninternasional. Saya bisa mengerti Israel jengkel mendapat pelajaran seperti ini dariseorang Amerika. Tapi bukankah ini yang telah kami orang Amerikalakukan? Mendatangi negara orang lain, membantai 95% penduduknya untukkemudian mengambilalihnya? Ketika yang dirampas tanahnya serentak melawan, agresor (Israel ditanah Arab) panik dan segera menyebut agresinya ke tanah orang lain itusah meskipun dengan melakukan pembantaian genosidal. "Mohon maaf saya mesti katakan padamu wahai Israel, kalian ketinggalanzaman. Alasan genosida tidak lagi laku. Saya tahu ini tak adil, kalianmemiliki hak untuk tersinggung dengan semua ini, namun dunia itusemakin kecil, gaya koboy itu sudah kuno, dan para algojo tidak lagimenjadi pahlawan," kata Philip menutup tulisannya. (*)(ANT ) Sumber: Huffington Post dan Middle East Times [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme! Situs Web: http://www.indomarxist.co.nr/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:indo-marxist-dig...@yahoogroups.com mailto:indo-marxist-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: indo-marxist-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/