Dear all,

Menurut informasi dibawah ini, "Secara biologis, testosteron merupakan hormon 
terpenting pada pria. Hormon itu menciptakan seksualitas pria, karakter fisik 
pria, vitalitas, hingga kepercayaan diri. Hormon testosteron mewujudkan 
kesejatian pria. Pada lokakarya media yang digelar Bayer HealthCare Bayer 
Schering Pharma bertema "Achieving Overall Good Health Beyond A Satisfying Sex 
Life" di Pulau Jeju, Korea Selatan, awal Oktober 2007, sejumlah urolog 
menjelaskan kaitan TDS dengan berbagai penyakit berbahaya lain. ". 

Lhipureceng diyakini mampu membantu mengatasi masalah Kesejatian Pria / 
Vitalitas Pria antara lain meningkatkan gairah sexual, mengatasi loyo, mudah 
ngantuk, gagal ereksi, dan meningkatkan stamina untuk berolahraga. Lhipureceng 
diproses 100% dari tumbuhan herbal alami Indonesia yaitu tanaman Purwoceng atau 
dikenal juga dengan nama Antanan Gunung (Pimpinella Pruatjan) yang hanya tumbuh 
di dataran tinggi Indonesia, tanpa bahan pengawet dan aditif sehingga aman 
untuk dikonsumsi. 
Lhipureceng sekarang tersedia di agen/ apotek terdekat anda dapat dilihat 
daftar agen di http://www.lizaherbal.com. Produk- produk Herbal Dr. Liza telah 
terdaftar di Badan POM, Dinas Kesehatan, Sertifikat Halal MUI, mendapatkan 
penghargaan Juara I Pemprop Jawa Barat dan telah melaui test di laboratorium 
IPB, Bogor.   
Artikel lengkap tentang Testosteron Deficiency Syndrome :
TDS, Tak Berarti "Kiamat"! 
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0711/16/kesehatan/3992215.htm
GESIT ARIYANTO

Anda loyo, ngantukan, gairah seksual menurun, gagal ereksi, depresi, kegemukan, 
dan sulit konsentrasi? Tenang, tak berarti "kiamat"! Bisa jadi Anda mengalami 
penurunan hormon testosteron.

Seseorang dinyatakan mengalami penurunan hormon testosteron atau testosteron 
deficiency syndrome (TDS) bila kadar testosteron dalam darahnya di bawah 12 
nmol per liter. Tanda-tanda fisiknya, di antaranya, ya itu tadi: loyo, selalu 
mengantuk tak lama setelah makan, dan lingkar perutnya tidak proporsional alias 
kegendutan.

Tanda-tanda tersembunyi yang diketahui setelah pemeriksaan, di antaranya, 
adalah kadar kolesterol jahat (LDL) meningkat, kadar kolesterol baik (HDL) 
menurun, sel darah berkurang, gula darah meningkat, dan osteoporosis.

Pada gilirannya, TDS akan menimbulkan gangguan kesehatan serius, seperti 
sindrom metabolik yang berujung pada diabetes dan penyakit jantung. Bagaimana 
ceritanya?

Kenaikan kadar gula darah dampak TDS memicu diabetes, sementara peningkatan LDL 
yang bersanding dengan penurunan HDL menyebabkan penyempitan pembuluh darah. 
Selamat datang penyakit jantung.

Secara biologis, testosteron merupakan hormon terpenting pada pria. Hormon itu 
menciptakan seksualitas pria, karakter fisik pria, vitalitas, hingga 
kepercayaan diri. Hormon testosteron mewujudkan kesejatian pria.

Pada lokakarya media yang digelar Bayer HealthCare Bayer Schering Pharma 
bertema "Achieving Overall Good Health Beyond A Satisfying Sex Life" di Pulau 
Jeju, Korea Selatan, awal Oktober 2007, sejumlah urolog menjelaskan kaitan TDS 
dengan berbagai penyakit berbahaya lain.

Mereka juga mengungkapkan sejumlah hasil penelitian terkait disfungsi ereksi 
(DE), terapi erektogenik (obat-obat terapi DE), dan pengobatan TDS. Dari total 
pengidap DE, hanya 15-20 persen yang aktif berobat. Tahun 2005, jumlah 
penderita DE diperkirakan 152 juta pria (atau sekitar 56 persen dari pria 
berusia 20-75 tahun).

Jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi 322 juta pada tahun 2025. 
"Kesadaran berobat pria di Asia termasuk yang paling rendah," kata Kepala 
Departemen Urologi dari Universitas Sungkyunkun, Pusat Pengobatan Samsung, 
Seoul, Korsel, Dr Sung Won Lee. Ia mengutip penelitian di sejumlah negara, 
tidak termasuk di Indonesia.

Ditegaskannya, DE terkait erat dengan TDS dan gejala sindrom metabolik. Karena 
itu, terapi DE secepatnya berpotensi menutup pintu penyakit pasca-TDS.

Terapi testosteron undecanoate 
Penelitian menunjukkan, setelah usia 40 tahun, kadar testosteron pria menurun 
1,2 persen per tahun. Saat usia ke-70, setiap pria diperkirakan kehilangan 35 
persen kadar testosteronnya plus dampak ikutannya.

Salah satu terapi peningkatan kadar testosteron yang dikenal adalah injeksi 
testosteron undecanoate (TU). Terapi ini lebih maju daripada obat oral.

Terapi TU memungkinkan kadar testosteron seseorang kembali normal sehingga 
mengurangi gejala TDS. Sekali suntik isi 4 cc cukup untuk tiga bulan. Dalam 
setahun, pasien cukup empat kali mendatangi dokter untuk menerima injeksi TU.

Setelah suntik, pasien dapat menjalankan rutinitas hariannya tanpa perlu 
diganggu kewajiban menelan obat setiap hari. "Hasilnya menakjubkan," kata 
peneliti pada Departemen Andrologi dan Urologi Pusat Endokrinologi RAMS, 
Moskow, Rusia, Dr Svetlana Kalinchenko. 
TU memperbaiki atau menormalkan berbagai penyakit yang disebabkan TDS. Pasien 
yang sebelumnya tak pernah mengalami ejakulasi setiap kali berhubungan, setelah 
terapi mengalami ejakulasi hampir pada setiap aktivitas seksualnya.

Bagi mereka yang masih mengonsumsi obat-obat erektogenik, seperti levitra, 
vardenafil, maupun sildenafil, dapat tetap mengonsumsinya sembari menjalani 
terapi TU.

Dokter Nugroho Setiawan MS, SpAnd, yang setahun terakhir menggunakan terapi TU 
kepada pasien dengan TDS pun mengakui efektivitas terapi itu. "Seluruh pasien 
saya puas," kata dia.

Semua gejala yang mengiringi TDS dilaporkan menunjukkan perbaikan pascaterapi. 
Gairah seksual membaik, gula darah mengarah normal, dan kadar lemak jahat 
menurun, sebaliknya HDL meningkat. Pembentukan sel-sel darah pun membaik.

Salah satu pasiennya, setelah menjalani tiga kali injeksi TU (sekitar 9 bulan 
terapi) kelebihan lingkar perutnya menurun 10 sentimeter, tanpa mengurangi 
berat badan. "Gumun (heran) saya," kata dia.

Hal serupa diungkapkan Prof dr Arif Adimoeljo SpAnd SSS (Be), yang mengelola 
klinik gangguan seksual di RSAL dr Ramelan Surabaya, Jawa Timur.

Menurut dia, terapi TU juga mengurangi keluhan umum penyakit-penyakit tua 
sehingga pasien tidak mudah lelah, tidak lekas marah, tidur tenang, dan keriput 
berkurang. Dengan kata lain, terapi menyebabkan proses regeneratif.

Pada pria dengan keturunan diabetes, sindrom bawaan perlahan pun menghilang. 
Hipertensi tinggi juga menurun. "Syaratnya, terapi dilakukan teratur," kata dia.

Bahkan, ia turut menganjurkan mereka yang di usianya yang ke-40 mengalami 
gangguan seksual agar mencoba terapi. Begitu pula bagi mereka yang memiliki 
keluhan sindrom metabolik.

Salah satu paparan tim dokter dalam pertemuan di Korea Selatan menyebutkan 
bahwa terapi TU menurunkan risiko terkena serangan jantung pada pria dengan TDS 
dan sindrom metabolik. Setelah 13 bulan terapi, kepadatan tulang pun ditemukan 
meningkat dengan jelas, yang berarti kabar baik bagi pasien dengan osteoporosis.

Waspadai risiko 
Terapi TU bukan berarti tanpa risiko. Salah satunya pada prostat. Akan tetapi, 
pemeriksaan dokter dapat meminimalkan risiko tersebut. 
Prinsipnya, tidak setiap orang direkomendasikan memperoleh terapi tersebut 
sebelum ada pemeriksaan menyeluruh. "Kalau pembesaran prostat bertendensi 
kanker, terapi TU tentu dilarang. Bila itu normal, ya tidak ada masalah," kata 
Arif.

Untuk Anda yang berminat dengan terapi itu, harga obat sekali suntik antara Rp 
1,75 juta hingga Rp 2,5 juta.

Sekalipun begitu, obat tersebut laris manis hingga para pasien harus menunggu 
berminggu-minggu untuk memperolehnya.

Berdasarkan penelitian Svetlana terhadap 87 pasien, sebanyak 92,5 persen 
responden mengaku puas, 2,1 persen antara puas dan tidak, sedangkan 3,2 persen 
mengaku tidak puas.

"Menyamar" 
Menurut Nugroho, indikasi TDS membutuhkan kejelian dokter. Sering kali, TDS 
"menyamar" dalam gejala yang hampir menipu, seperti infertilitas alias tidak 
subur.

"Pasien saya baru ketahuan TDS setelah cek di laboratorium. Infertilitas 
seperti tidak terkait dengan TDS," kata dokter yang berpraktik di RS Fatmawati, 
Jakarta Selatan, itu.

Gejala menonjol dari seseorang yang patut dicurigai TDS adalah seputar 
penurunan gairah seks dan tubuh tak bergairah alias loyo. Hampir bisa 
dipastikan, seseorang dengan testosteron rendah mengalami gangguan gairah 
seksual.

Hasil penelitian dan kesaksian pengobatan menunjukkan terapi TU efektif bagi 
pengidap TDS, bukan hanya soal kualitas seksual, tetapi juga kesehatan secara 
keseluruhan. Akan tetapi, bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Sebelum telanjur, seperti dianjurkan para dokter, olahraga secukupnya penting 
dilakukan. Menjaga pola makan pun demikian. "Yang penting, kita aktif bergerak 
sesuai porsinya dan makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan," kata Arif.
Demikian informasinya semoga bermanfaat.

Salam Hangat,
Dr. Liza Communications
Be Healthy With Herbs
http://www.lizaherbal.com
Email: r...@lizaherbal.com


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke