----------------------------------------------------------
FREE for JOIN Indonesia Daily News Online via EMAIL:
go to: http://www.indo-news.com/subscribe.html
- FREE - FREE - FREE - FREE - FREE - FREE -
Please Visit Our Sponsor
http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1
----------------------------------------------------------

Precedence: bulk


Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka
PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp
Xpos, No 30/II/29 Agustus-4 September 99
------------------------------

PRD MASIH TERLARANG?

(POLITIK): Di Jawa Timur muncul radiogram untuk tetap mengawasi gerak-gerik
PRD. TNI menyangkal ada di belakangnya, tapi PRD tak percaya.

Partai Rakyat Demokratik (PRD) dapat "hadiah" radiogram penting. Asalnya
dari Kepala Direktorat Sosial Politik Jawa Timur, Hadi Siswanto. Radiogram
bernomor 300/1281/303/1999 itu mengudara pada tanggal 21 Juli 1999 persis
sehari sebelum PRD merayakan ulang tahunnya yang ketiga. Mulanya radiogram
itu dianggap biasa sebagai upaya menekan pengerahan massa dari partai yang
dideklarasikan di YLBHI oleh Budiman Sudjatmiko cs. Sementara itu PRD
sendiri memang memutuskan untuk tidak tampil di jalanan Jawa Timur pada hari
ulang tahunnya.

Tapi buntut radiogram itu lebih represif dari yang semula diduga.
Menindaklanjuti radiogram tersebut, Kepala Kantor Sosial Politik
(Kakansospol) Surabaya, Kadri Kusuma memerintahkan agar seluruh camat di
wilayah Kotamadya Surabaya mewaspadai aktivitas PRD. Dalam surat tanggal 26
Juli 1999 bernomor 300/1808/402.8.02/1999 itu, Kadri Kusuma menekankan
perlunya pengawasan terhadap PRD mengingat partai ini cenderung menghasut
buruh dan masyarakat. Kadri Kusuma juga meminta supaya para camat
menyebarluaskan perintah tersebut, terutama ke kantor-kantor kelurahan yang
ada di Surabaya.

Alhasil, selama Bulan Agustus, kampung-kampung di Surabaya jadi penuh isu
bahaya komunisme PRD. Di kampung Tembaan yang terletak antara Tugu Pahlawan
dan Stasiun Pasar Turi misalnya, sampai ada peraturan lomba 17 Agustusan
bahwa anggota PRD tidak diperbolehkan menjadi peserta lomba apalagi menjadi
panitia. Alasannya? "Karena anggota PRD itu anak cucu komunis, dan merekalah
yang meracuni Orde Baru itu dengan kebiasaan korupsi, kolusi, dan
nepotisme," kata Mardiyo, seorang panitia lomba makan krupuk.

Wajar bila isu itu kemudian membuat jengah para aktivis PRD yang tinggal di
Surabaya. Ketua Komite Pimpinan Kota Surabaya PRD, Heru Krisdianto
menyesalkan upaya yang disebutnya sebagai "black propaganda" untuk
menjatuhkan nama PRD di tengah masyarakat. Usut punya usut, PRD menemukan
surat edaran Kakansospol yang bersifat rahasia. Isinya menyebut, Panglima
Kodam V/Brawijaya Mayjen Ryamizard Ryacudu telah mengeluarkan perintah yang
sama untuk mengawasi PRD.

Perintah untuk mewaspadai itu dikeluarkan atas dasar temuan intelijen
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang menerima laporan ditemukannya selebaran PRD
dan buku-buku berjudul "Potret Gerakan Demo" dan "Bangkitnya Kembali Gerakan
Marxisme-Leninisme/Komunis di Indonesia". Setelah menerima fotocopy berkas
selebaran dan buku yang ditemukan di kapal ferry dari Pelabuhan Ujung
Surabaya menuju Pelabuhan Kamal Madura, Kodam V kabarnya langsung mengkontak
Kaditsospol untuk mengeluarkan radiogram.

Tetapi sinyalemen bahwa Kodam V adalah dalang di balik radiogram itu
disangkal oleh Pangdam V/Brawijaya Mayjen Ryamizard. "Saya tidak pernah
mengeluarkan perintah khusus untuk mewaspadai PRD. Kalau saya mengeluarkan
perintah waspadai PRD, kepada siapa? Itu 'kan surat dari Pemda. Saya tidak
ada hubungan dengan Pemda," tegas Ryamizard di hadapan para wartawan di
Surabaya (23/8). Ryamizard juga tak akan mempersoalkan kasus ini secara
mendalam. "Masih banyak masalah-masalah besar dan rumit yang lebih penting
untuk segera diselesaikan," katanya.

Menanggapi Pangdam, Ketua PRD Surabaya, Heru Krisdianto tertawa dan
menganggap omong-kosong bila Pangdam tak punya hubungan dengan Pemda. "Lalu
siapa yang ada di Bakorstanasda? Muspida? Sampai di tingkat-tingkat desa
saja TNI punya Babinsa," tukas Heru Krisdianto. PRD rupanya memang jadi duri
dalam daging bagi TNI. Partai yang jauh-jauh hari sebelum reformasi sudah
meneriakkan cabut dwifungsi ABRI ini bagi TNI bagaimanapun tetap bisa
dianggap sebagai musuh nomor satu. Tetapi perseteruan yang muncul tidak
terungkap secara terbuka, melainkan menggunakan oknum-oknum yang tak jelas
identitasnya.

Sebelum kasus radiogram ini, PRD pernah mengalami tekanan dalam bentuk
penculikan aktivis-aktivisnya yang ternyata dilakukan oleh Tim Mawar
Kopassus. Setelah reformasi, tekanan tak kalah reda. Markas PRD Yogyakarta
pernah dilempar bom molotov dan seorang aktivisnya dibacok celurit. Di
jalanan pun, bentrok massa paling brutal juga pernah terjadi antara aparat
dengan demonstran PRD di depan Gedung KPU.

Mengamati hal ini, Prof. William Liddle melihatnya secara sederhana. "Ya ini
pertarungan biasa antara ekstrim kiri yang diwakili PRD dan ekstrim kanan
yang diwakili oleh TNI. PRD bisa saja tak punya hubungan dengan PKI, para
anggota PKI'65 juga agaknya tidak memilih PRD, tapi kalau kita baca
materi-materi politik PRD jelas mereka itu kiri secara politik. Sedangkan
TNI, ditutupi dengan demagogi apa pun, akan tampak sejumlah praktek politik
kanan. Jadi dua kubu yang berseteru ini memang sudah tidak bisa didamaikan.
Siapa yang menang juga tergantung siapa penguasa Indonesia ke depan," kata
Indonesianist yang biasa dipanggil Pak Bill itu.

Niscaya dua belah pihak akhirnya memang akan saling mewaspadai. Tidak ada
damai di antara keduanya, kecuali misalnya dwifungsi TNI dicabut atau PRD
dianggap sebagai organisasi terlarang. Adanya radiogram itu menunjukkan
upaya yang tetap menganggap PRD sebagai organisasi terlarang. (*)

---------------------------------------------
Berlangganan mailing list XPOS secara teratur
Kirimkan alamat e-mail Anda
Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS
Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda
ke: [EMAIL PROTECTED]


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didistribusikan tgl. 30 Aug 1999 jam 06:05:53 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]>
http://www.Indo-News.com/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Kirim email ke