----------------------------------------------------------
FREE for JOIN Indonesia Daily News Online via EMAIL:
go to: http://www.indo-news.com/subscribe.html
- FREE - FREE - FREE - FREE - FREE - FREE -
Please Visit Our Sponsor
http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1
----------------------------------------------------------

Precedence: bulk


BAYI-BAYI KORBAN PERKOSAAN PERISTIWA MEI SUDAH LAHIR

        JAKARTA, (SiaR, 3/9/99). Para korban perkosaan dalam kerusuhan Mei
1998 di Jakarta lalu sudah melahirkan bayinya. Dua bayi hasil perkosaan
massal itu telah berusia enam dan tujuh bulan saat ini dirawat di sebuah
yayasan sosial. Menurut informasi yang dihimpun SiaR, dua remaja kakak
beradik berusia 18 dan 16 tahun dari etnis Tionghoa itu melahirkan bayi
mereka dengan bedah caesar. Dua kakak beradik ini melahirkan di salah satu
rumah sakit di sekitar Jakarta. Demi keamanan ibu dan bayinya, tim relawan
merahasiakan tempat pastinya.
Korban yang berusia 18 tahun itu melahirkan bayi wanita sekitar bulan
Januari lalu. Sedangkan adiknya melahirkan bayi laki-laki sebulan kemudian.

        "Bayi-bayi yang mereka lahirkan pun normal dan sehat. Kini,
bayi-bayi lucu itu sengaja
dititipkan di salah satu yayasan demi kebaikan ibunya," ujar Ita F. Nadia,
koordinator Tim Relawan untuk Kemanusiaan Divisi Kekerasan terhadap Perempuan.

        Ibu muda yang baru saja melahirkan itu adalah dua korban di antara
puluhan wanita keturunan Tionghoa yang menjadi sasaran tindak kekerasan
seksual saat meletusnya kerusuhan Mei 1998 lalu.

        Menurut Ita, kondisi kedua ibu muda tersebut sehat-sehat saja.
Mereka, seperti umumnya remaja lain, juga punya cita-cita dan kembali ke
bangku sekolah seperti semula. Meski demikian, mereka masih membatasi diri
dalam bergaul karena trauma belum begitu saja terhapus. Jika ada ramai-ramai
sedikit saja atau masyarakat berkumpul terlalu banyak, korban seperti
ketakutan. "Kami tidak sebutkan lokasinya demi masa depan mereka sendiri,"
tambah Ita.

        Memang, seperti cerita Ita, di antara beberapa korban perkosaan Mei,
kini sudah ada yang bekerja kembali. Namun, tidak semua korban bisa dan
bernasib baik, serta tegar menghadapi cobaan itu. Seorang ibu dan putrinya,
misalnya, terpaksa mengungsi ke Australia. Tapi, karena tidak kuat, mereka
pun akhirnya bunuh diri. "Bahkan, ada yang nekat ke luar negeri karena tidak
ingin nasibnya diketahui orang lain. Kami merasa  kecolongan," tambah Ita.

        Menurut cerita Ita, saat kerusuhan Mei lalu, keluarga gadis itu
didatangi serombongan orang. Seingat korban, dia diseret ke kamar mandi,
sedangkan adiknya dibawa ke gudang. Mereka berdua tidak ingat berapa orang
yang memperkosa mereka. Sejak itu, kedua gadis ini stres berat. Bahkan,
keluarga korban pun panik lalu mengurung mereka di kamar.

        Begitu Tim Relawan untuk Kemanusiaan Divisi Kekerasan terhadap
Perempuan mendengar itu, mereka langsung melacaknya. Tapi, baru saja bertemu
dengan orang tua korban, tak lama kemudian korban langsung menghilangkan
jejak. Tim tersebut dengan gigih mencari keberadaan korban. Baru setengah
bulan kemudian, korban ditemukan. Saat itu kondisi korban cukup mengenaskan.
Mereka dikurung dalam satu kamar, mandi-berak di satu tempat. Kalau ada
lelaki, selalu berteriak-teriak dan ingin bunuh diri. "Makanya, segala
barang yang membahayakan di kamar disingkirkan," tutur Ita.

        Saat diperiksakan ke dokter, usia kandungan kedua korban sudah
berwujud manusia atau jabang bayi. Jadi, tidak mungkin digugurkan. Akhirnya,
diputuskan tetap dibiarkan sampai cukup untuk dilakukan operasi caesar.
Selama masa mengandung pun kedua ibu muda itu tidak menunjukkan kelainan.
Hanya, mereka sulit makan hingga perlu ditambah vitamin. "Maunya mereka
makan bakso, seperti layaknya ibu hamil yang ngidam."

        Repotnya, orang tua korban tidak mau mereka tinggal bersama.
Bukannya tidak kasihan, tapi mereka takut karena keluarga mereka akan lebih
menderita. Sebab, secara perlahan usaha keluarga itu mulai bangkit kembali.
Kalau mereka berkumpul, dikhawatirkan banyak teror baru yang menghunjam mereka.

        Akhirnya Tim Relawan untuk Kemanusiaan Divisi Kekerasan terhadap
Perempuan mengambil alih semua masalah keluarga itu. Mulai menyiapkan
kelahiran, mencari dokter, sampai mau dikemanakan anak yang dilahirkan para
korban itu. Semuanya kemudian dipersiapkan dengan baik oleh tim itu. Sampai
akhirnya, kedua korban melahirkan bayinya lewat operasi caesar. "Kini, bayi
itu dititipkan di sebuah yayasan tanpa tahu siapa ibu dan bapak mereka,"
ujar Ita. ***


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didistribusikan tgl. 5 Sep 1999 jam 04:54:18 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]>
http://www.Indo-News.com/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Kirim email ke