---------------------------------------------------------- FREE Subscribe/UNsubscribe Indonesia Daily News Online go to: http://www.indo-news.com/subscribe.html - FREE - FREE - FREE - FREE - FREE - FREE - Please Visit Our Sponsor http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1 -0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0 Free Email @KotakPos.com visit: http://my.kotakpos.com/ ---------------------------------------------------------- Hari Ini Delegasi Dagang Israel Bertemu Gus Dur Rabu, 22 Desember 1999 JAKARTA -- REPUBLIKA Delegasi perdagangan Pemerintah Israel seolah telah menjadi tamu resmi Indonesia. Hari ini mereka akan melakukan agenda penting di Jakarta: bertemu Presiden Abdurrahman Wahid dan para pejabat PT Telkom. Itu merupakan agenda lanjutan mereka selama di Jakarta, setelah pada Senin (20/12) lalu mereka bertemu pengusaha Indonesia. Pertemuan dengan Telkom ini memperkuat spekulasi bahwa pedagang pasar modal George Soros yang berdarah Yahudi akan benar-benar membeli saham BUMN yang strategis itu. Terlebih, Soros sebelumnya dikabarkan sudah memborong saham pabrik rokok Bentoel Malang. Ketua Kadin Bidang Perdagangan Luar Negeri, Soy Pardede, yang menjadi salah satu tuan rumah delegasi Israel menjelaskan kunjungan dagang Israel tersebut sejauh ini masih pada taraf penjajakan. Menurutnya, yang berkunjung ke Indonesia tidak seluruhnya pengusaha. ''Sebagian di antaranya adalah utusan Pemerintahan Israel,'' papar Pardede. Setidaknya ada tiga orang dari sembilan anggota delegasi yang merupakan wakil dari pemerintah. Mereka adalah Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN)-nya Israel, Direktur Depperindag, dan Deputi Hubungan Perdagangan Luar Negeri, dan sisanya adalah anggota Kadin negara Yahudi itu. Pada pertemuan delegasi Israel dengan Kadin Indonesia Senin lalu, hadir pula Kepala BPEN Gusmardi Bustami. Ia memberikan informasi mengenai potensi ekspor. Itu membuktikan bahwa kunjungan Israel kali ini dapat disebut setengah resmi, meski Pemerintah RI terkesan terus berusaha menutup-nutupi, dan berkilah bahwa kunjungan tersebut benar-benar merupakan kunjungan antara sesama pelaku usaha. Kesan tertutup pemerintah tersebut diakui Pardede. Menurutnya, itu berkaitan dengan gencarnya reaksi menolak oleh masyarakat terhadap rencana pemerintah membuka hubungan apa pun dengan Israel. ''Dari situlah maka kunjungan delegasi Israel agendanya terkesan sembunyi-sembunyi,'' ujar Pardede. Menurut Pardede, delegasi Israel juga memberikan agenda yang akan mereka kerjakan selama berada di Jakarta. Setelah mengadakan pertemuan dengan Kadin Indonesia, semalam anggota rombongan delegasi dagang Israel bertemu dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pimpinan Siswono Yudohusodo. Di tempat terpisah, Menperindag Jusuf Kalla menegaskan bahwa kunjungan delegasi Israel tersebut benar-benar kunjungan sesama pengusaha. Ia mengaku pihaknya tidak mempunyai agenda untuk melakukan pertemuan dengan pedagang Yahudi itu. ''Saya tidak akan bertemu dengan mereka,'' paparnya kemarin. Serangkaian agenda delegasi Irsael dengan para pejabat Pemerintah RI itu seolah mengabaikan seruan para tokoh masyarakat, terutama umat Islam. Beberapa kali mereka mengadakan aksi demo menolak hubungan dalam bentuk apa pun dengan Israel, sejauh negara Zionis itu masih memainkan perannya sebagai penjajah terhadap beberapa negara tetangganya -- terutama Palestina, Lebanon, dan Suriah. Pardede sendiri mengakui kunjungan delegasi Israel tidak secara otomatis membuat hubungan dagang kedua negara menjadi terjalin. ''Sampai saat ini kami belum terpikir ke arah itu,'' katanya. Sedangkan sikap Kadin, menurutnya, berkewajiban untuk menerima setiap tamu dari berbagai negara. Yang terpenting, pada tahap awal menerima dengan baik setiap tamu yang datang. ''Dalam perdagangan kita tidak boleh diskriminatif,'' paparnya. Menperindag Jusuf Kalla juga mengutarakan hal senada. Tidak ada alasan bagi suatu negara untuk menutup diri terhadap perdagangan dari negara lain. ''Dalam WTO ada prinsip yang yang melarang diskriminatif dalam perdagangan internasional,'' ucapnya. Pendapat berbeda disampaikan pakar ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof DR H Suroso Imam Zadjuli SE. Ia menilai hubungan dagang RI-Israel akan merugikan Indonesia dua kali, yakni rugi secara ekonomi dan politik. ''Kalau diharuskan memilih hubungan diplomatik dengan hubungan dagang dengan Israel, saya memilih hubungan diplomatik saja, karena hubungan diplomatik hanya berdampak politik tapi hubungan dagang akan berdampak politik dan ekonomi,'' katanya di Surabaya, kemarin. Oleh karena itu, kata dosen Unair Surabaya yang pernah berkunjung ke Israel pada 1998 itu, hubungan dagang RI-Israel akan menyebabkan Indonesia mengalami kerugian dua kali yakni kerugian ekonomi dan kerugian politik. ''Kalau hubungan dagang RI-Israel dibuka maka Indonesia akan rugi secara politik pula karena jalur komunikasi akan terbuka, padahal Israel dikenal ahli dalam penyelundupan senjata api sehingga hal itu justru akan menyuburkan gerakan separatisme di Indonesia,'' katanya. Apalagi, kata Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Unair itu, konglomerat Israel sudah 'membeli' penerbitan kelas dunia, Asia Week dan Far Eastern Economic Review (FEER). ''Saya punya bukti bahwa dalam edisi 29 Juli 1999 FEER dan edisi 30 Juli 1999 Asia Week tampak jelas adanya rencana separatisme di Aceh dan Irian Jaya, bahkan di FEER disebutkan bahwa Hasan Tiro cukup dekat dengan Wakil Jenderal CIA,'' katanya. Prof Suroso mengatakan Israel mempunyai strategi dagang yang pintar. Jika Israel 'mengambil' industri dasar seperti listrik, semen, penerbangan, dan sebagainya, Israel akan menjajah ekonomi Indonesia. Sedangkan Indonesia tidak mendapatkan nilai ekonomis apa pun dari Israel. ''Peluang yang mungkin sudah dilihat Israel adalah jamaah haji Indonesia yang berjumlah sekitar 200 ribu orang. Kalau mereka mampir ke Yerussalem yang bagi orang Islam adalah tanah suci kedua setelah Mekah, Israel secara ekonomi akan memperoleh keuntungan sedikitnya 50 juta dolar AS dalam satu kali menginap atau semalam saja,'' katanya. Kerugian politik lainnya, katanya, Indonesia akan menjadi lintasan jaringan bisnis narkotika internasional. Pasalnya, Israel juga merupakan 'negara shabu-shabu' dan 'negara prostitusi' yang terkenal. ''Caranya, Israel bisa mengawali dengan dagang film atau VCD, kemudian narkotika dan akhirnya ekspor prostitusi. Beberapa negara di Timur Tengah sudah mulai menjadi sasaran bisnis itu,'' katanya.*** ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Didistribusikan tgl. 22 Dec 1999 jam 09:37:13 GMT+1 oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]> http://www.Indo-News.com/ ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++