----------------------------------------------------------
FREE Subscribe/UNsubscribe Indonesia Daily News Online
go to: http://www.indo-news.com/subscribe.html
- FREE - FREE - FREE - FREE - FREE - FREE -
Please Visit Our Sponsor
http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1
-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0
Free Email @KotakPos.com
visit: http://my.kotakpos.com/
----------------------------------------------------------

Precedence: bulk

Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka
PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp
Xpos, No 46/II/19-25 Desember 99
------------------------------

BURUK MUKA, KONSUMEN DIBELAH

(EKONOMI): Tarif listrik segera naik. Tapi PLN belum menunjukkan langkah
konkrit efisiensi yang menjadi penyebab utama kebangkrutan PLN.

Pemerintah merencanakan kenaikan tarif dasar listrik rata-rata sekitar 35
persen, mulai tahun anggaran 2000/2001. Pelaksanaannya paling cepat April
2000. Menurut Mentamben Susilo Bambang Yudhoyono, penetapan sebesar itu
merupakan kebijakan yang tepat dan adil bagi masyarakat. "Tepat dalam arti,
kenaikan itu tak menyeluruh tapi disesuaikan  dengan golongan ekonomi
masyarakat. Konsumen yang merupakan golongan lemah masih mendapat proteksi,"
katanya. Tidak berlaku bagi konsumen lemah dan kecil.

Namun kategori lemah dam kecil ini, sampai sekarang belum diperjelas
batasannya. Sebab penggolongan yang dilakukan saat ini sama sekali tidak
mencerminkan keadilan. Bayangkan saja, kelompok R1 terdiri dari pelanggan
pengguna listrik 250 VA-2.200 VA. Rangenya masih terlalu jauh. Dan data di
PLN menyebutkan, sepanjang tahun 1998, subsidi yang dikeluarkan pemerintah
untuk pelanggan PLN kelas R1 (250 VA-2.200 VA) mencapai 61,9 persen dari
seluruh subsidi (atau Rp6,1 triliun). Ibaratnya, kang Bejo sopir bajaj yang
tinggal di sebuah RSS mendapatkan subsidi yang sama bagi Donny yang tinggal
di sebuah perumahan semi real-estat yang tiap harinya mengendarai mobil pribadi.

Sementara subsidi untuk pelanggan bisnis hanya 4,3 persen (Rp429 miliar) dan
industri 28,7 persen (Rp2,8 triliun). Saat ini, rata-rata, pemerintah harus
mensubsidi 68 persen biaya operasional. Akibatnya sepanjang 1999, realisasi
subsidi BBM dan listrik mencapai Rp35 triliun-Rp40 triliun, atau sekitar 15
persen dari anggaran.

Beberapa kalangan masyarakat, termasuk anggota DPR RI Komisi VIII,
sebenarnya meminta agar sebelum menaikkan tarif, pemerintah, dalam hal ini
PLN seharusnya terlebih dahulu menyehatkan dirinya, bertindak efisien.
Sehingga kenaikan TDL masyarakat bukan karena pembebanan terhadap
pengeluaran PLN yang mubazir. Sebab ditilik dari data PLN di atas,
sebenarnya subsidi yang dikeluarkan untuk konsumen hanya 15 persen saja dari
anggaran. Itu masih termasuk subsidi terhadap kalangan bisnis dan industri.
Artinya, kalau serius menangani ketidakberesan di PLN, sejumlah pengamat
memperkirakan angka 15 persen tersebut bukan sebuah persoalan.

Beberapa anggota Komisi VIII DPR mensinyalir, PLN sebenarnya saat ini banyak
dibebani masalah inefisiensi yang sudah berlangsung sejak masa lalu.
Misalnya saja, tahun 2000 nanti PLN mempunyai kewajiban sebesar Rp9 triliun
kepada listrik swasta. Pengeluaran ini belum digunakan tetapi sudah masuk
biaya tetap, karena ada kesalahan kebijakan di masa lampau. Anehnya,
pengeluaran ini masuk dalam kalkulasi alasan kenapa subsidi harus dihapus.
Padahal, dana sebesar itu disinyalir berasal dari akal-akalan kontrak bisnis
kroni Soeharto yang dilakukan sebelumnya.

Angka 9 triliun itu bisa saja masih terlalu kecil, bila sejumlah
kontrak-kontrak besar mulai beroperasi. Karena seperti sinyalemen Komisi
VIII DPR RI bahwa seluruh kontrak PT PLN dengan perusahaan listrik swasta
ditinjau ulang, karena ada indikasi mark up besar-besaran. Hasil auditor
Arthur Andersen yang belum dipublikasi mengindikasikan inefisiensi
perusahaan listrik negara ini tahun 1995-1998, yang besarnya mencapai tiga
kali kerugian Pertamina selama tahun 1996-1998, atau sekitar US$21 Miliar.
Atau 151,2 trilyun rupiah bila kurs 7200/$US!

Sebelumnya anggota Komisi VIII dari Fraksi Golkar, membuat perkiraan, nilai
korupsi di tubuh PT PLN pada tahun-tahun terakhir ini mencapai US$6 miliar,
atau Rp44,400 triliun jika kurs Rp7.400 per dolar. Perkiraan itu muncul dari
perhitungan kasar terhadap mark up di 26 proyek listrik swasta karena
penunjukan langsung. Nilai investasi proyek tersebut sebesar US$18 miliar
dan persentase asumsi mark up yang lazim 30 persen.

Namun angka itu oleh Dirut PT PLN Adhi Satria justru dianggap terlalu kecil.
Sebab, katanya, mark up rata-ratanya melebihi 30 persen. Bahkan untuk proyek
Paiton I mark up-nya bukan hanya 30 persen, tetapi mencapai 200 persen
lebih. Perlu diketahui, Proyek Paiton I ditawarkan investornya, PT Paiton
Energy Co. (salah satu pemegang sahamnya Hasjim Djoyohadikusumo) dengan
nilai US$2,5 miliar. Padahal dalam perhitungan PLN, pada seharusnya nilai
proyek hanya US$1,1 miliar dengan asumsi layaknya harga umum untuk
pembangkit yang berkapasitas sama. Bahkan seharusnya nilainya bisa lebih
kecil lagi karena tanah dan prasarana telah disediakan oleh PT PLN.

Menurut informasi yang diterima dari Serikat Pekerja PT PLN, mark up yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan listrik swasta mencapai enam kali lipat
dari harga proyek normal. Biasanya, proyek-proyek itu tidak dilakukan tender
secara terbuka. Tapi merupakan proyek tunjukkan pemerintah, maksudnya Soeharto.

Sebenarnya masih banyak celah PLN untuk bisa memperoleh sumber pendanaan,
selain mengkaji kembali sejumlah pengeluaran hasil akal-akalan masa lalu
itu, juga bisa meminta restrukturisasi utang luar negerinya. Dari sini PLN
bisa menghemat Rp5 triliun. Juga perlu renegosiasi dengan listrik swasta
karena saat ini mereka sudah berhasil. Dengan langkah ini PLN bisa
membatalkan pengeluaran Rp5,1 triliun. Langkah lainnya adalah mengusulkan
agar pemerintah menurunkan harga gas yang selama ini disuplai Pertamina.
Menurut auditor Arthur Andersen, harga yang ditetapkan Pertamina terlalu
mahal, kami mengusulkan agar harga diturunkan US$0,5 sen per MBTU sehingga
harga menjadi US$2,5 sen per MBTU. Diharapkan, langkah ini bisa menghemat
Rp800 milyar.

Dengan begitu, artinya, kalau serius PLN tidak perlu lagi meributkan lagi
subsidi yang diberikan pada konsumen. Sehingga bukan buruk muka lalu
konsumennya yang dibelah. (*)

------------------------------------------------
Daftar Proyek PLN yang Diproses
dengan Penunjukan Langsung
------------------------------------------------
PROYEK
KONTRAKTOR PELAKSANA

1. PLTP Sarulla --- PT Parama Nusantara Unocal
   Status Proyek --> On going
2. PLTP Salak Unit 4, 5, 6 --- PT Nusamba Unocal
   Status Proyek --> On going
3. PLTP Dieng --- Himpurna California Energy
   Status Proyek --> On going
4. PLTP Patuha --- Patuha Power Ltd
   Status Proyek --> On going
5. PLTP Wayang Windu --- PT Mandala Nusantara
   Status Proyek --> On going
6. PLTP Karaha --- PT Karaha Bodas
   Status Proyek --> On going
7. PLTP Kamojang --- PT Latoka Trimas Bina Energy
   Status Proyek --> On going
8. PLTP Bedugul --- PT Bali Energy
   Status Proyek --> On going
9. PLTP Cibuni --- PT Yala Teknosa Geothermal
   Status Proyek --> On going
10. PLTP Darajat --- PT Prasarana Nusantara Jaya
    Status Proyek --> On going
11. PLTP Sibayak --- PT Dizamatra Powerindo
    Status Proyek --> On going
12. PLTU Paiton I --- PT Paiton Energy Co.
    Status Proyek --> On going
13. PLTU Paiton II --- PT Jawa Power Co.
    Status Proyek --> On going
14. PLTU Tj Jati B --- PT Cepa Indonesia
    Status Proyek --> On going
15. PLTU Tj Jati C --- PT Cepa Indonesia
    Status Proyek --> On going
16. PLTU Sibolga A --- PT Tenaga Listrik Sibol
    Status Proyek --> On going
17. PLTU Amurang --- PT Tenaga Listrik Amurang
    Status Proyek --> On going
18. PLTU Jawa Barat --- PT Bali Daya Listrik Pratama
    Status Proyek --> On going
19. PLTU Cilacap --- PT Citra Kartika Jaya
    Status Proyek --> On going
20. PLTP Serang --- PT Power Jawa Barat
    Status Proyek --> On going
21. PLTP Sarulla --- PT Parama Nusantara Unocal
    Status Proyek --> On going
22. PLGU Sengkang --- PT Energy Sengkang
    Status Proyek --> Beroperaso
23. PLGU Palembang TimurPT Asrigita Pratama
    Status Proyek --> On going
24. PLTD Pare-pare --- PT Makasar Power Co.
    Status Proyek --> On going
25. PLTA Asahan --- PT Bajradaya Sentranusa
    Status Proyek --> On going
26. Cikarang Listrindo --- PT Cikarang Listrindo
    Status Proyek --> Beroperasi

PROYEK TRANSMISI DAN GARDU INDUK
27. West Java Project --- Consortium PT Wika/Wahanayasa
    Status Proyek --> 95% selesai
28. Conventional Switcher Cirebon --- Cons. PT Meta/Epsi
    Status Proyek --> 100% selesai
29. West Java Conventional Substation --- Cons. Gec Alsthom
    Status Proyek --> 95% selesai
30. Suralaya Unit 5, 6, 7 --- Consortium ABB/BBS
    Status Proyek --> 100% selesai
31. Java Bali Power Trasmition --- Consortium ABB/Wika
    Status Proyek --> 100% selesai
32. Jakarta & West Jawa --- PT Meta Epsi
    Status Proyek --> 90% selesai
33. Bali Power Transmition --- Consursium ABBAG/BBS
    Status Proyek --> 100% selesai
34. Central Jawa & East Java Substation --- Cons. GEC Alsthom
    Status Proyek --> 100% selesai
35. Power Transformer For Java --- PT Austrodwipa Energy
    Status Proyek --> 100% selesai
36. South Kalimantan --- Consortium ABB/Wahanayasa
    Status Proyek --> dalam pelaks.
37. Kotapanjang Hepp --- Consortium PT Wika
    Status Proyek --> 100% selesai

PROYEK PEMBANGKITAN
38. Lot II-Metal Work --- Voest Alpine MCE
    Status Proyek --> 100% selesai
39. Lot III Turbines --- Voest Alpine MCE (th 1993)
    Status Proyek --> 100% selesai
40. Lot IV-Generator --- Elin Energio (th 1993)
    Status Proyek --> 100% selesai
41. Lot III Turbine --- Voest Alpine (th 1996)
    Status Proyek --> 63% selesai
42. Lot IV Generator --- Elin Energio (th 1995)
    Status Proyek --> 72,5% selesai
43. PLTD Tersebar --- Anglo Belgian Corp
    Status Proyek --> 100% selesai
44. PLTD Rehab Mesin --- CMI Putri Kencana Powerindo
    Status Proyek --> 90% selesai
45. PLTGU Tambak Lorok Phase I --- Sumitomo Copr
    Status Proyek --> 100% selesai
46. PLTGU Grati --- Mitsubishi Corp
    Status Proyek --> 100% selesai
47. PLTGU Muara Tawar --- ABB-Marubeni
    Status Proyek --> 98% selesai
48. PLTGU Tambak Lorok Phase II --- Sumitomo Corp
    Status Proyek --> 100% selesai
49. PLTD Tersebar Phase V --- Siemens AG & PT BBI
    Status Proyek --> 80% selesai
50. PLTP Gn Salak --- Ansaldo Energia Spa
    Status Proyek --> 100% selesai
51. PLTP Lahendong Phase I -- Cons. GEC Alsthom & SPIE
    Status Proyek --> 90% selesai

PENGADAAN JASA RUTIN
52. Angkutan BBM ke Smg, Muara Karang,
    Muara Tawar, Gresik
    PT Pelayaran Wasita Bahari Nusantara Eka
    Status Proyek --> On going
53. Angkutan BBM ke Muara Karang, Muara Tawar
    PT Gading Cakra Loka
    Status Proyek --> On going
54. Angkutan BBM untukGrati, Pesanggrahan
    PT Daya Nusa Gading
    Status Proyek --> On going
55. Pengadaan Gas dari Kangean ke Gresik
    PT Transjava Pipe Line
    Status Proyek --> On going

------------------------------------------------
Sumber: PT PLN

---------------------------------------------
Berlangganan mailing list XPOS secara teratur
Kirimkan alamat e-mail Anda
Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS
Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda
ke: [EMAIL PROTECTED]

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didistribusikan tgl. 24 Dec 1999 jam 19:41:21 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]>
http://www.Indo-News.com/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Kirim email ke