Hi guys,

Ada gereja setan ... siapa yang mau ngedaptar.
Jangan-jangan di milis ini malah sudah ada anggotanya.
Kok ya ... ada-ada saja manusia itu ya ...:-(

Mungkin kalau dibuat film judulnya The Lucifer strikes back:-)

PS: Mas Sasis jangan-jangan sudah menjadi anggota ya?:-)

Salam
--                                               ** Djoko Luknanto **


        Gatra, Nomor 21/V, 10 April 1999
        
        Memburu ABG Pemuja Setan
        
        Warga Manado terusik oleh kehadiran kelompok Gereja Setan.
        Mereka menjanjikan seks, kekerasan, dan kebiadaban
        seluas-luasnya, kemudian mencampakkan Anda ke hadapan setan.
        
        PERTARUNGAN melawan iblis ini mirip film horor. Adalah Laura,
        16 tahun, yang tengah berjuang dibebaskan dari roh jahat.
        Tubuhnya terguncang hebat. Empat pria bertubuh kekar yang
        memeganginya dibuat repot. Setelah sekitar satu jam didoai,
        akhirnya dari mulut wanita itu keluar darah segar. Tak lama
        kemudian gadis berkulit putih ini lunglai tak berdaya, lalu
        pingsan beberapa saat.
        
        Malam pembebasan salah seorang pengikut Gereja Setan (GS) oleh
        Evangelis Herman Kemala di Gereja Masehi Injil di Minahasa
        (GMIM) Paulus, di Jalan Sam Ratulangi, itu tak urung membuat
        Manado seperti tersentak. Memang, sejak dua pekan terakhir
        ini, kota berpenduduk sekitar 3 juta orang itu dihebohkan oleh
        kehadiran aliran yang menamakan diri komunitas GS.
        
        Laura sudah empat tahun menjadi anggota GS. Dan ia bukan
        satu-satunya pengikut. Sebelumnya, ada enam orang -termasuk
        Rina yang menjadi istri Lucifer, si raja iblis- yang telah
        dibebaskan Herman Kemala dari roh jahat. Dalam komunitas GS,
        tingkatan Rina lebih tinggi ketimbang Laura. Sebab, Laura baru
        dipersiapkan menjadi istri Lucifer tahun 2001 mendatang.
        
        Kehadiran GS di Indonesia memang baru menghebohkan Manado.
        Tapi, Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan juga menjadi
        sasaran penyebaran kelompok ini. Bali dan Irian Jaya juga
        diincarnya. "Ambisi komunitas GS ini sangat besar. Ingin
        menguasai dunia," kata Laura kepada Gatra.
        
        Caranya, dengan mengacaukan dan menggoyahkan iman umat. "Yang
        kami kacaukan adalah persekutuan-persekutuan yang tengah
        menjalankan ibadah," kata Laura. Pengacauan itu dilaksanakan
        lewat roh jahat di tubuhnya. Tapi, menurut Laura, upaya itu
        selalu gagal karena para pendeta di Manado memiliki "kekuatan"
        lebih hebat ketimbang Laura punya.
        
        Heboh GS ini lebih seru oleh pemberitaan koran lokal yang
        menurunkan cerita berseri. Aliran yang mencari sasaran para
        ABG (anak baru gede) ini memang gampang populer karena
        menghalalkan seks bebas, minuman keras, dan obat-obatan
        terlarang. Serunya pula, sebagai kelompok pemuja setan, mereka
        menghalalkan segala hal yang berbau imoral. Mereka
        anti-Kristus.
        
        Oleh sebab itu, sepak terjang GS cepat direspons umat
        Kristiani di Manado, yang berjumlah 1,7 juta jiwa. Gerakan
        untuk membendung GS ini juga dilontarkan berulang-ulang oleh
        para pendeta dalam acara kebaktian Jumat Agung di
        gereja-gereja di Manado.
        
        Reaksi warga memang bermunculan. Sejumlah lokasi yang diduga
        menjadi tempat kebaktian pengikut GS, misalnya, didatangi
        ratusan warga. Mereka ingin tahu dan mau membuktikan kebenaran
        informasi di koran dan cerita yang berkembang dari mulut ke
        mulut. Malah, belakangan tercium ada kelompok yang akan
        mengobrak-abrik tempat-tempat tersebut.
        
        Mereka marah karena merasa nama gereja ikut dicemarkan.
        "Kekhawatiran ini karena penggunaan kata 'gereja' dilihat
        sebagai pelecehan terhadap umat Kristiani," kata Ketua DPD I
        KNPI Sulawesi Utara, Jeffrey Rawis, SE, kepada Gatra. Tak
        hanya itu. Mantan Ketua KNPI dan Majelis Pemuda Daerah
        Sulawesi Utara, Ir. Julius Undap, memobilisasi pemuda untuk
        mendirikan posko-posko rohani. "Guna menangkal menyebarnya
        pengaruh sekte sesat tersebut," kata Julius.
        
        Ada dua rumah yang santer diisukan sebagai tempat pengikut GS.
        Yaitu di wilayah Kelurahan Malalayang II, Kecamatan Sario, dan
        di Desa Winangun, Kecamatan Pineleng, di pinggir kota Manado.
        Akibatnya, dua pemilik rumah itu mengaku sangat tertekan.
        "Saya penganut Katolik yang taat. Mana mungkin rumah saya
        dijadikan tempat kegiatan GS," ujar pemilik rumah di bilangan
        Malalayang itu kepada wartawan.
        
        Secara fisik, rumah putih berlantai dua tersebut berpagar
        tembok setinggi hampir dua meter. Di bagian atas tembok itu
        diberi aksesori aluminium berbentuk setengah lingkaran. Di
        dinding bagian depan sebelah atas, persis menghadap ke jalan,
        beberapa waktu lalu pernah terpasang relief kuda terbang.
        Namun, dua minggu terakhir ini, relief itu dibongkar.
        
        Gara-gara isu tadi, pemiliknya perlu memberi penjelasan. Dia
        mengaku, model gambar pentagram (bintang segilima terbalik
        dalam lingkaran) yang terpasang itu sama sekali bukan
        disengaja. Apalagi sampai dikaitkan dengan kelompok GS. Untuk
        itu, si pemilik dengan tangan terbuka mengundang siapa saja
        untuk melihat langsung ke setiap sudut rumahnya.
        
        Rumah di bilangan Winangun juga begitu. Bangunan ini persis di
        pinggir jalan umum yang ramai. Pada tiang-tiang pagar pintu
        masuknya bertengger patung kepala kuda (empat buah). Di bagian
        dindingnya, dipahat relief kuda. Menghadapi berbagai tudingan
        itu, pemilik rumah Nyonyo Supit dan istri juga mempersilakan
        masyarakat melongok ke bagian dalam rumah. Bahkan, sejumlah
        tokoh agama di Sulawesi Utara, Senin malam pekan lalu,
        diundang berdiskusi mengenai GS di rumah tersebut.
        
        Sebenarnya, heboh ajaran GS bukan pertama kali ini terjadi.
        Pada 1993 di "kota lumpia" Semarang juga muncul aliran serupa.
        Korbannya pun komunitas ABG, berusia 17-20 tahun. Juga di
        Jakarta. Tahun 1997 lalu di kawasan Kota ditengarai adanya
        kelompok GS. Tapi, begitu digerebek, rumah yang dijadikan
        markas itu sudah melompong. Kabarnya, di kawasan Kuningan juga
        ada kegiatan GS.
        
        "Mereka melakukan gerakan di bawah tanah. Sulit diawasi," kata
        Kepala Biro Pelayanan Pemuda Persekutuan Gereja-gereja
        Indonesia (PGI), Audi Wuisang, kepada Gatra. Menurut
        penelusuran, kota Pontianak juga sudah dirambah GS.
        
        GS didirikan Anton Szandor La Vey, 30 April 1966. Saat itulah,
        untuk pertama kalinya, La Vey secara terang-terangan
        mengorganisasikan GS di San Francisco. Sebagai pegangan
        umatnya, La Vey menulis The Satanic Bible, tahun 1969.
        
        Serikat ganjil ini menyebut dirinya: "Organisasi pertama di
        muka bumi dan di sepanjang sejarah, yang secara terbuka
        menyatakan mengabdi kepada penerimaan terhadap fitrah sejati
        manusia, yaitu binatang jasmaniah, yang hidup di dalam kosmos,
        yang diresapi dan dimotivasi oleh kekuatan gelap, yang kami
        sebut setan." Tak jelas, memang.
        
        Melalui perjalanan waktu, menurut mereka, manusia menyebut
        kekuatan itu dengan banyak nama. Ia dicaci maki oleh mereka
        yang memang harus dipisahkan dari asal-muasal dan mata air
        eksistensi ini. Yang bukan anggota dituding sebagai, "Orang
        yang hidup dalam iri hati obsesif terhadap kita, yang tetap
        eksis oleh arus alamiah bersama rasa takut terhadap Pangeran
        Kegelapan." Oleh sebab itu, mereka menyebut dirinya "kaum
        asing yang terpilih dan elite". Bahkan, mereka mengatakan,
        "Kita para pengikut setan adalah Tuhan itu sendiri."
        
        GS menyebarkan doktrin yang diciptakan Anton La Vey melalui
        tulisan, rekaman, dan video. Mereka mengaku punya media yang
        luas, dan selama 33 tahun terakhir ini dirujukkan dengan
        berbagai nama, misalnya Gereja Setan Yang Pertama, Gereja
        Setan, dan Gereja Setan Amerika. Kini, nama resmi mereka
        adalah "Gereja Setan". "Nama lain di luar itu adalah
        pendusta," kata mereka.
        
        Pada 29 Oktober 1997, Anton La Vey mati. GS diwariskannya
        kepada Blanche Barton, "pendeta wanita tinggi" yang juga
        istrinya, dan ibu anaknya nomor tiga, yang diberi nama Satan
        Xerxes Carnacki La Vey. Blanche juga menjabat kepala
        administrasi GS dalam 14 tahun terakhir. Semasa hidupnya,
        Anton La Vey mengangkat banyak orang menjadi anggota
        "Kependetaan Mendes" sebagai "Pengacara Iblis"-nya. Dan
        kependetaan ini, bersama "Ordo Trapezoid Dewan Nan Sembilan",
        kini bekerja bersama Pendeta Wanita Tinggi Barton untuk
        memajukan filosofi ikonoklastik yang diracik La Vey.
        
        Para penganut GS umumnya memakai lambang 666 pentagram
        -bintang bersudut lima terbalik yang bergambar kepala kambing
        bertanduk dua. Sudut bintang yang menggambarkan tanduk itu
        bermakna Lucifer, sama tinggi dengan Allah. Tiga sudut di
        bawah menggambarkan tritunggal iblis. Yang di tengah Lucifer,
        di kiri anti-Kristus, dan yang kanan nabi palsu.
        
        Tritunggal iblis ini lawan Tritunggal umat Kristen. Di tiap
        sudut binatang ada lima lambang kecil-kecil yang menggambarkan
        lima lambang setan: zombie, werewolf, dracula, vampire, dan
        shewolf. Kepala kambing adalah lawannya domba, yang identik
        dengan umat Kristen.
        
        GS mengenal tiga jenis ritual: seks, kebaikan, dan kejahatan.
        Ritual seks mereka lakukan setelah upacara, dan bagian dari
        upacara. Dalam ritual kebaikan, mereka masuk ke gereja-gereja
        lalu menyumbang. Adapun ritual kejahatan dilakukan terutama
        saat ada anggotanya yang melanggar. Mereka tak segan membunuh.
        "Bukan berarti mereka menolak untuk dibunuh. Sebab, bagi
        mereka, adalah terhormat apabila mati untuk Lucifer," kata
        Herman Kemala.
        
        Kemudian, laiknya organisasi, GS juga mengenal struktur. Dalam
        komunitas GS, pimpinan tertingginya adalah Lucifer alias raja
        iblis. Di bawahnya Hyberia, istri Lucifer. Dalam kendali
        Hyberia terdapat kelompok khusus yang terdiri dari 13 wanita,
        Sister of The Light. Sebelum dibebaskan, Rina termasuk dalam
        kelompok ini. Kelompok "elite" ini juga dikenal sebagai
        majelis, dengan kekuasaan khusus.
        
        Selanjutnya, dalam kendali dan komando Hyberia ada jajaran
        vampire & dracula, lalu zombie, serta werewolf dan shewolf.
        Kendati mereka secara organisasi berada pada level yang sama,
        pengendaliannya dipegang jajaran vampire & dracula, kemudian
        zombie. Sedangkan tataran terendah disebut mochua. Tugasnya
        menggoyahkan iman jemaat, termasuk menguras energi "urapan"
        para hamba Tuhan.
        
        Semua kelompok ini tidak berwujud alias dalam bentuk roh.
        Prince of Michael, yang disebut-sebut sebagai pimpinan GS di
        Manado, juga begitu. "Untuk bisa kelihatan, dia akan meminjam
        jasad orang," papar Herman.
        
        Di Amerika Serikat, komunitas tak keruan itu paling tidak
        sudah menyebar di 11 negara bagian. "Hasil pengusutan terhadap
        mereka memang aneh," kata Jim Cavanaugh, Direktur Biro Federal
        untuk Pengawasan Alkohol, Tembakau, dan Senjata Api, Divisi
        Tennessee-Alabama. "Mereka menjanjikan seks, kekerasan, dan
        kebiadaban yang seluas-luasnya, kemudian mencampakkan Anda ke
        pangkuan setan," simpul Jim.
        
        Itu sebabnya, para pimpinan di GMIM menanggapi kasus GS ini
        dengan sangat hati-hati. "Kita sedang dalam tahap menguji
        segala sesuatu yang ada di balik isu kelompok yang menamakan
        diri GS," ucap Nico Gara, STh, MA, Sekretaris Umum Badan
        Pekerja Sinode GMIM, kepada Gatra. Atas dasar itulah, GMIM
        mengambil sikap tetap menganjurkan umat tenang dan tidak
        bertindak emosional.
        
        Di sisi lain, Pendeta Nico Gara juga mengimbau semua pihak,
        khususnya warga GMIM, untuk bersikap dewasa. Sebab, dalam
        situasi seperti ini, di antara warga masyarakat mulai tumbuh
        saling curiga, atau perasaan takut antarsesama. Mereka curiga,
        jangan-jangan seseorang yang diajak omong adalah pengikut GS.
        Maklum, jumlah pengikut GS di Manado dikabarkan ribuan orang.
        "Kita berharap antarsesama tidak sampai terjadi konflik yang
        bisa memicu perpecahan. Sebab, itulah yang justru sangat
        disukai iblis," ujarnya.
        
        Memang, kehadiran GS telah membuat para "gembala" bertindak
        lebih proaktif. Menurut Nico, saat ini berbagai gereja di
        Sulawesi Utara, termasuk GMIM dan Katolik, sudah membentuk tim
        koordinasi yang khusus mengkaji segala sesuatu yang berkaitan
        dengan GS. "Termasuk menguji dan mengkaji berbagai informasi,
        baik secara ilmiah maupun pengetahuan keagamaan," katanya.
        
        Sementara itu, Gubernur Sulawesi Utara, E.E. Mangindaan,
        kepada Gatra mengatakan bahwa ia mengimbau, agar dalam situasi
        yang memanas di belahan Indonesia lain, warganya tidak sampai
        teradu domba hanya karena perbedaan persepsi terhadap isu dan
        pemberitaan sekitar GS. "Hanya dengan berdoa kepada Tuhan,
        kita dapat mempertahankan keharmonisan hidup," katanya.
        
        Isu bahwa Mangindaan termasuk target yang hendak dibunuh
        kelompok GS cuma ditanggapi dengan senyuman. "Saya percaya dan
        mempercayakan semuanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kita harus
        siap mati, kalau itu karena kehendak Tuhan," ujarnya
        diplomatis. Dia menilai, akibat isu tersebut, ada indikasi
        masyarakat mulai mewaspadai turis asing. Memang, beberapa
        pengikut GS yang telah sadar mengaku dibujuk memasuki GS oleh
        orang asing.
        
        Kini, penangkalan memang bukan cuma dari kalangan gereja.
        Pihak keamanan juga tak diam. Menurut Komandan Korem
        131/Santiago, Kolonel TNI Richard Simorangkir, para pejabat
        dan aparatur di Sulawesi Utara melakukan koordinasi dan
        membahasnya dengan sangat serius. Apalagi, belakangan ini,
        cukup banyak umat Kristen yang tidak rela aliran sesat ini
        memakai istilah Gereja Setan. "Secara pribadi, saya keberatan
        dengan penggunaan istilah Gereja Setan. Kita khawatir ada
        warga yang tersinggung, lalu mengamuk," ujarnya kepada Gatra.
        
        Maka, sebelum terjadi sesuatu yang tak diinginkan, banyak
        informasi yang perlu diklarifikasi. Misalnya, disebut-sebut
        oleh bekas pengikut GS bahwa untuk keperluan ritual mereka
        diperlukan darah bayi. Kabarnya, jumlah korban sudah puluhan.
        Logikanya, jika betul, pasti ada bayi yang hilang. "Tapi kita
        tidak menemukan fakta seperti itu. Apakah ada sekian banyak
        orangtua tega memberikan anaknya hilang?" kata Kolonel Richard
        Simorangkir kepada Gatra.
        
        Begitu pula soal klaim bahwa pengikut GS di Manado sudah
        mencapai ribuan. "Kita minta datanya, tapi tidak ada. Kalau
        jumlah sudah begitu banyak, berarti orang yang mengunjungi
        gereja berkurang. Nyatanya? Gereja selalu penuh," kata
        Richard.
        
        Semua orang paham bahwa setan adalah makhluk Tuhan, yang
        tugasnya menghalangi manusia menuju surga. Setan bisa berbuat
        apa saja, dan memberikan apa saja -kecuali memberi kunci
        surga. Karena itu, setan bisa berwujud apa saja. Bisa angker,
        bisa pula "tampak" ramah. Begitulah cara setan mengelabui umat
        lewat aliran GS.
        
        Tapi, harap dicatat, "Ajaran seks bebas itu sama sekali
        bertentangan dengan ajaran Kristen," kata Sekretaris Umum PGI,
        Dr. J.M. Pattiasina, kepada Ronald Panggabean dari Gatra.
        Menurut doktor lulusan School Mission of World Mission
        Pasadena California, Amerika Serikat, 1987, ini, karena
        ajarannya bertentangan dengan iman Kristen, maka aktivitasnya
        pun di bawah tanah dan eksklusif.
        
        Menurut Pattiasina, kelompok GS merekrut umat melalui
        cara-cara setan. Karena itu, umat beragama mesti menangkalnya
        dengan cara-cara yang agamis. Jadi? Tidak perlu merusak, baik
        terhadap diri sendiri maupun lingkungan alam sekitar.
        
        Herry Mohammad, Lian Tanjung, dan Carry Nadeak 
        
        
        ARTIKEL-ARTIKEL RUBRIK LAPORAN UTAMA : 
        
        Memburu ABG Pemuja Setan 
        Saya Korbankan Harta dan Nyawa 
        Kami Dikutuk Gunung Kawi 
        Kisah Ratu Lucifer 
        Dosa Besar Setanisme: Kebodohan 
        
        
        www.gatra.com
        Copyright © 1996 GATRA, Indonesian Weekly Newsmagazine all
           rights reserved
        The First Indonesian Mass Media on the Internet, Online since
           August 1995
        
        GATRA magazine in web maintained by:
        Production Dept. GATRA Indonesian Weekly Newsmagazine,
        Technology Production: Agus Suprayogi,
        Production Manager : Nico.J.Tampi
        [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke