Terima kasih kembali Pak. Saya mengikuti “Maju melompat”nya Mao sejak tahun permulaan enam puluhan melaLui majalah “Tiongkok” berbahasa Indonesia terbitan Peking ketika saya masih di Jakarta. Ketika saya baca bukunya Jung Chang “MAO”(edisi bahasa Belanda) ceritanya memang sangat lain, sangat dibesar-besarkan(umpamanya dia bilang rakyat Tiongkok harus menyerahkan semua alat-alat dapur yang dari metal atau alat pertanian atau apa saja asalkan dari metal untuk diserahkan pada negara dan dijadikan besi tuang untuk mengabdi politik industrialisasi negeri Tiongkok moderen.Memang Chang juga menggunakann dokumen-dokumen dan data-data yang otentik tapi dia campur baurkan dengan data fiksi yang sangat politis. Namun hyperbola Chang sungguh keterlaluan, tidak masuk akal dan bahkan hingga absurd jadinya. Kita pembacanya dianggap anak-anak yang akan begitu saja percaya. Kalau memang begitu yang terjadi tentu produksi bahan makanan seluruh negeri menjadi nol dan seluruh rakyatTiongkok mati kelaparan termasuk juga Mao.Tapi,memang Jung Chang ingin mengambil efek lapar ini disebabkan karna rakyat tidak punya alat masak, tidak punya cangkul hinggga tidak punya pisau untuk keperluan dapur yang kalau hingga demikian memang bermatianlah seluruh orangTiongkok. Kenyataannya tidaklah demikian seperti yang digambarkan Chang menurut pesanan kaum kapitalis yang mengsponsori Jung Chang. Sudah pasti ada kesalahan di sana sini dalam pelaksanaan politik Mao “Maju Melompat” tapi sudah pasti tidak seperti yang digambarkaan dan dibesar-besarkan kaum reaksioner Tiongkok dan para pengkhianat Mao dalam Intern PKT.Semua pemimpin besar punya kesalahan mereka masing-masing, tidak ada kecualinya. Tapi juga kita harus pandai menilai dan menghargai serta respek terhadap apa yang mereka capai dan persembahkan untuk rakyat mereka: Mao membebaskan seluruh Tiongkok dan membangun negeri Sosialis di Tiongkok.Stalin membebaskan seluruh Uni Soviet hingga Eropah. Bukankah jasa dan hasil perjuangan mereka masih bisa dinikmati rakyat mereka hingga sekarangn ini. Saya sendiri bukan Maoist, bukan Stalinist, bukan Leninist tapi saya berpihak pada semua yang memerdekakan dan membebaskan rakyat dan mendukung perlawanan terhadap penghisapan dan penindasan manusia yang tidak berdosa atau manusia dalam kehinaan dan kemiskinannya. Kalau saya dituduh Komunis,ya memang saya Komunis, anggota PKI sejak usia 18 tahun dan hingga sekarang saya masih tetap meyakini Komunisme, tidak ada perubahan meskipun PKI sudah dihancurkan namun Komunisme tetap tidak bisa dilenyapkan. Maaf Pak, bukan mau nantang siapa-siapa,ini jujur saja,saya tidak menyembunyikan diri saya.Orang boleh mendekat boleh menjauh, meremehkan atau menghargai, boleh benci boleh suka ataupun tidak diperdulikan sama sekali. Itu sama sekali tidak soal bagi saya. Semoga Pak Magnis selalu sehat dan bahagia. A.AIDIT.
From: F.Magnis-Suseno Sent: Monday, January 18, 2016 11:31 AM To: diskusi-k...@googlegroups.com Subject: RE: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan Terimakasih Pak Asahan, yang saya khawatir, tidak khusus pada Mao, adalah kecenderungan kaum ideolog untuk tidak memperhitungkan kurban asal tujuan - masyarakat sempurna yang diharapkan - tercapai. Tentu saya tidak punya data rinci sama sekali tentang Mao, namun bukan hanya pada Chang saya baca bahwa akibat looncatan besar ke depan jumlah orang kelaparan luar biasa. Li Chaochi - yang Pak Asahan sebut - katanya juga kaget dengan itu, salam FMS -------------------------------------------------------------------------------- From: diskusi-k...@googlegroups.com [mailto:diskusi-k...@googlegroups.com] On Behalf Of A. Alham Sent: 18 January, 2016 5:08 PM To: Group Diskusi Kita; Sully T. Suharjo; tiaraly; Martiono Hadianto; Abdillah Toha Subject: Re: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan Pak Magnis yang saya hormati, Angka 30 juta korban kelaparan akibat politik Mao adalah angka fiktif. Teng siauw Ping sendiri bilang: “70 persen Mao berjasa, 30 persen dia bersalah”. Tentu Teng siau Pingn (TSP) sangat tidak ingin berhemat dengan kwantitas kesalahan Mao, dia ingin lebih banyak tapi dia harus memperhitungkan reaksi rakyuat Tiongkok. Dan dia nampaknya tidak bodoh dalam ilmu hitung. Kalau Mao membunuh 30 juta rakyatnya (yang tidak ibantahTSP), tentu kesalahan Mao bisa menjadi setidaknya 70 persen dan bahkan mungkin bisa dikatakan hinggan 99 persen yang berarti jasanya hanya tinggal 1 persen. Untunglah TSP bahkan tidak segila itu.Sebagai seorang Marsekal dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiiongkok, meskipunn duia licik luar biasa, kecil, gemuk pendek, dalam politik dia masih memperhitungkan logika dan sedikit kepantasan dan rakyat Tiongkok itu tidak bodoh, betapapun licinnya dan liciknya dia sendiri. Namun kenyataan yang sesungguihnya, “30 juta rakayat Tiongkok yang mati kelaparan akibat politik Mao yang salah” atau menurut Jung Chang dalam bukunya “MAO” dia catat 70 juta rakyat Tiongkok dibunuh Mao”. Tentang catatan Jung Chang, kita mudah mengerti: Dia seorang pengarang, seorang sastrawan.Fiksi adalah spesialis dia, mata pencaharian dia, sumber kekaayaan dia, dia melahairkan buku roman meskipun roman politik. Mungkin Pak Magnis sudah baca buku Jung Chang : “Angsa-angsa Liar”. Saya sangat mengagumi seni bercertanya dan juga kehandalan dann kekuatan fiksinya. Tapi dari segi nilai sejarah, dia cuma suruhan dan memenuhi pesanan kaum kapitalis (suaminya orang Inggris) agar fiksi terkesan realitas. TSP tentu tidak akan mau bikin fiksi a la Jung Chang. TSP seorang jendral besar,petinggi Partai Komunis Tongkok, dikenal semua rakyat Tiongkok. Jadi jika ia ingin memanipulasi angka, dia harus hitung-hitung reaksi rakyat Tiongkok, dia seorang ahli strategi dan taktik kemiliteran kaliber dunia. Hallain yang justru menjadi inti masaalah adalah pemanipulasian angka korban kelaparan yangf sepenuhnya tidak benar yang dituduh karna disebabkan kesengajaan Mao ingin membunuh rakayatnya dengan kelaparan. Ini sama sekali tuduhan absurd dan 100 persen pseudo politik yang dilontarkan oleh kaum reaksioner sedunia sebagai fitnah anti Tiognkok, anti Mao ketika itu dan hingga sekarang ini. Yang terjadi sesungguhanya adalah korban bencana alam di sana sini yang terjadi dalam wilayah Tiongkok yang begitu luas, begitu padat penduduknya dalam dalam pembangunan Sosialisme dalam syarat-syarat diboikot kaum Imperialis di bawah kemudi Amerika Serikat dan bahkan belakangan ditambah lagi boikot dan sabotase Uni Soviet ketika sudah cerai dengan Tiongkok. Selama saya berada di Tiongkok tahun 1971 ketika Revolusi Kebudayaan masih berkecamuk, saya mendengar ratusan cerita yang sama tentang politik Mao “Maju Melompat” yang dibesar-besarkan klik Li siao Chi sebagai politik pemerasan gila-gilaan dan habis-habisan tenaga rakyat untuk memenuhi dan pemaksaan industrialisasi negeri Tiongkok. Yang gila-gilaan bukan politik Mao tapi dusta dan fitnak dalam menggambarkan situasi pembangunan Sosialis di Tiongkok dengan tenaga sendiri, biaya sendiri, dengan kesedaaan seluruh rakyat yang antusias meskipun dalam keadaan basis materi maupun tehnik serta pengetahuan yang sangat terbatas ketika itu. Fitnah dan dusta itu kemudian dijadikan mitos, dijadikan sejarah Tiongkok yang dianggap benar, dijadikan reklame dan propaganda besar-besar oleh kaum Iperialis AS untuk mermusuhi Tiongkok, Mao, Komunisme dan sosialisme. Saya sebagai saksi hidup yang kecil yang dapat kesempatan mengelilingi hampir seluruh Tiongkok lebih dari 6 bulan non stop dengan hampir semua kendaraan yangf ada kecualikapal selam, tidak pernah mendengar cerita-cerita bohong dan fitnah kasar yang hingga sekarangt masih ingin digemakann itu. Saya memang melihat dan merasakan kemiskinan rakyat Tiongkok ketika itu, tapi mereka sedang berjuang mati-matian melawan dan mebasmi kemiskinan mereka dengan sistim Sosialis, dengan semangat berdikari apa adanya dulu, dengan disiplin tinggi dan kesedaran sosialis yang tinggi yang itu menakutkan kaum Imperialis dan kaum rekasioner sedunia dan jauga membikin blingsatan kaum kontra revolusioner perestorasi kapitalisme dalam intern Partai Komunis Tiongkok (PKT) sendiri yang dikepalai oleh Li sao Chi dan kemudian dimenanggkan oleh Teng siauw Ping: SOSIALISME YANG DIBANGUN MAO DIRUNTUH BERANTKKAN, KAPITALISME YANG DIBANGUN TENG, TEGAK DENGAN NAMA INDAH TAPI PALSU: “SOSIALISME DENGAN CIRI TIONGKOK” yang ingin ditiru JOKOWI sekarangn ini dengan nama yang tak kurangn hebatnya: “INDONESIA HEBAT” dengan cara meng-Himalayakan Hutang dan menggadaikan kekayaan negeri dan bangsa Indonesia.Maaf Pak, ini ini sudah terlampau panjang meskipun saya ingin 10 kali lebih panjang dari yang sekarang, tapi bukan di sini tempatnya dan juga tidak diinginkan banyak orang. Salam hangat dari saya Pak. ASAHAN AIDIT. From: Salim Said Sent: Monday, January 18, 2016 3:08 AM To: Group Diskusi Kita ; alumnas-oot ; alumnilemhana...@yahoo.com ; group-indepen...@googlegroups.com ; Sully T. Suharjo ; tiaraly ; Martiono Hadianto ; Abdillah Toha Subject: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan ---------- Forwarded message ---------- From: F.Magnis-Suseno <mag...@dnet.net.id> Date: 2016-01-18 8:57 GMT+07:00 Subject: RE: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan To: diskusi-k...@googlegroups.com Masalahnya dengan sosialisme Mao adalah bahwa sebagai collateral damage ada sekurang-kurangnya 30 juta orang warga RRT mati kelaparan 1959-1962. Rapopo? "Sosialisme pasti jaya" (baris akhir lagu "Nasakom Bersatu" versi 1965 yang masih bisa saya nyanyikan seluruhnya)? FMS -------------------------------------------------------------------------------- From: diskusi-k...@googlegroups.com [mailto:diskusi-k...@googlegroups.com] On Behalf Of Salim Said Sent: 18 January, 2016 5:29 AM To: Group Diskusi Kita; alumnas-oot; alumnilemhana...@yahoo.com; group-indepen...@googlegroups.com; Sully T. Suharjo; tiaraly; Tito Karnavian; Juwono Sudarsono; Anwar Nasution,Prof.; Martiono Hadianto Subject: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan ---------- Forwarded message ---------- From: A. Alham <a.alham1...@kpnmail.nl> Date: 2016-01-17 23:14 GMT+07:00 Subject: Re: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan To: sastra-pembeba...@yahoogroups.com, diskusi-k...@googlegroups.com, rumahkitabers...@yahoogroups.com, wahana-n...@yahoogroups.com, INTI-NET@yahoogroups.com Mao Tse Tung (MTT) yang sedang membangun Sosialisme dengan ulet dan susah payah selama puluhan tahun bersama seluruh rakyat Tiongkok tiba-tiba dibombardir oleh Teng siauw Ping (TSP) dengan gagasan: “KAPITALISME SEKARANG JUGA” (baca: tidak penting kucing hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus). Dan Sosialisme yang dibangun Mao dengan NOL HUTANG dan 100 persen tenaga rakyat, uang rakyat, keringat rakyat dihancur leburkan oleh TSP bersama klik restorasi kapitaalisme-nya dalam satu kali pukul meskipun dengan persiapan lama penuh intrig dan sabotase. KEPEMILIKAN RAKYAT, DIGANTI OLEH TSP DENGAN HUTANG LUAR NEGERI,TENAGA AHLI LUAR NEGERI, MODAL ASING, INVESTOR ASING DAN LALU MENGUKIR NEGERI TIONGKOK DENGAN NAMA;”SOSIALISME DENGAN CIRI TIONGKOK”. Dengan demikiann TSP ingin membutakan mata rakyat sedunia bahwa : “KAPITALISME ADALAH SOSIALISME” dan juga menulikan telinga rakyat sedunia: “KOMUNIS ADALAH KAPITALIS”. Usaha itu berhasil di Tiongkok, kurang berhasil di bagian dunia lainnya dan gagal total di kalangan rakyat yang memahami dan cinta Sosialisme. Teng Siauw Ping juga berhasil melahirkan sejumlah sangat besar kaum oportuhis dunia yang tersebar ke seluruh bangsa di dunia dan TSP Sendiri adalah seorang Oportunis Agung sepanjang sejarah yang dengan gemilang berhasil meng coup Mao dan mengandalkan senjata ampuhnya; DEMAGOGI DAN KEMUNAFIKAN untuk menipu rakyat Tiongkok dan juga rakyat sedunia. Kader-Kader Oportunis murid TSP (termasuk JOKOWI) bertebaran di seluruh dunia yang sedang kembali menyembah berhala kapitalisme, pemuja buta kapitalisme (salah satunya di HONGKONG), sebagai “penyelamat ummat manusia”. Ini kenyataan getir yang harus diterima oleh rakyat dan ini juga yang harus dilawan oleh rakyat sedunia: KAPITALISME DAN OPORTUNISME MENGUASAI UMMAT SELURUH DUNIA DENGAN SENI PENGHISAPANNYAYA YANG DIPERMODEREN DENGAN BALSEM HUMANISME DAN DEMOKRASI PALSU. ASAHAN AIDIT. From: mailto:sastra-pembeba...@yahoogroups.com Sent: Sunday, January 17, 2016 3:48 AM To: gelor...@yahoogroups.com ; Lusi D. Subject: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan SETUJUUU, dengan pernyataan bung Lusi, bahwa manusia bertindak mengikuti kesadaran jalan fikirannya. Yang menjadi problem bagaimana “KESADARAN jalan FIKIRAN” dalam masyarakat itu bisa sama, sehinggah mengambil langkah serempak, apalagi dalam masalah UTAMA untuk menentukan JALAN mana, kiri atau kanan yang diambil. Adalah kenyataan yang tidak terbantahkan, bahwa belasan tahun setelah Suharto lengser 21 Mei 1998, bergantian 5 Presiden sampai Jokowi sekarang ini, Indonesia belum lepas dari kekang NEOLIBERALISME! Jadi, juga tidak aneh dikatakan ketimpangan dan kemiskinan meningkat, makin parah, ... termasuk setahun terakhir dibawah Pemerintah Jokowi sekarang ini. Lalu, adalah juga KENYATAAN yang harus dihadapi, dalam jajaran elite yang berkuasa sampai sekarang ini, masih tetap begundal pengikut Suharto, adalah bajingan-bajingan korup yang hanya mementingkan kantong dewek. Sampai kasus terakhir, dengan Novanto yg sekalipun dikeroyok massa rakyat. Namun aparat penegak HUKUM tidak berhasil menjadikan Novanto tersangka, apalagi menjatuhkan vonis melanggar etika, papa minta saham Freeport! Bahkan satu tamparan lebih telak bagi kekuatan rakyat, sekalipun Novanto telah mengundurkan diri dari Ketua DPR, oleh GOLKAR dinobatkan sebagai ketua Fraksi Gokar yg notabene tetap menjabat ketua DPR. Sebaliknya, terhadap tokoh-tokoh yang bersih, jujur dan berani melawan bajingan-bajingan korup dan sedikit membela RAKYAT miskin, macam Ahok, ... diserang habis-habisan, hanya karena ucapan gunakan kata-kata kasar, TIDAK ada KESOPANAN dan tidak pantas keluar dari mulut pejabat. Gerak untuk menjegal dan menggantikan Ahok dilangsungkan, ... begitu juga serangan dan tekanan pada Rijal Ramli yang berusaha melepas jerat kencang Neolib yg masih terjadi, membuka dilengserkannya Gus Dur bukan karena Bologgate, cepat-cepat dituduhnya orang yang tidak pernah berbuat apa-apa pada negara kecuali bikin onar saja, ... NAMPAK jelas kekuatan kanan yang masih saja hendak mempertahankan neolib dalam pemerintah yang berkuasa masih kuat, sebaliknya kekuatan kiri, kekuatan pihak rakyat masih sangat lemah. Masih terlalu sedikit yang berkesadaran benar-benar mengabdi RAKYAT! Menghadapi kenyataan begini, yaa, ... harus realisits, melihat dan memperjuangkan apa yang bisa dicapai sesuai kondisi sekarang. Tidak dan jangan menjadi sicebol merindukan bulan. Berusaha menggapai apa yg jelas TIDAK terjangkau oleh kekuatan RAKYAT sekarang. Itu namanya bermimpi disiang hari bolong, ... dukung kuat tokoh-tokoh yang agak dan sedikit saja membela kepentingan rakyat itu. Jangan hanya karena sedikit saja ada yang kurang sependapat dengan langkah yang diambil lalu ditinggalkan, dan tidak lagi mendukung Ahok, misalnya saat terjadi penggusuran Kampung Pulau tahun yl. Saya tidak hendak menyangkal tulisan Risal Kurnia “Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan dan Kemiskinan”, tapi hendaknya juga masih bisa melihat bahwa pemerintah Jokowi dalam setahun ini, sedang berusaha menitik beratkan pembangunan pada infrastuktur, pembangunan jalan tol, KA, jembatan dan pelabuhan, diberbagai daerah. Dana dan pusat perhatian pemerintah diletakkan dipembangunan infrastruktur agar ekonomi nasional bisa tumbuh lebih baik kemudian. Jadi, lumrah saja kalau dalam setahun ini kesenjangan meningkat dan kemiskinan bertambah. Bagaimana Jokowi melepas jerat NEOLIB, tentu tergantu adu kekuatan yg terjadi. Tokoh-tokoh macam Novanto jelas berusaha mempertahankan dengan usaha memperpanjang kontrak Freeport yg merugikan kepentingan rakyat, ... juga dengan tarik-menarik, lobi yang terjadi masalah Masela. Perjuangan terus terjadi dan berlangsung, ... kesadaran melawan dan menentang NEOLIB masih harus diperkuat untuk mencapai kemenangan! Capailah itu dengan perlahan-lahan, setapak demi setapak maju memperkuat barisan kekuatan Rakyat dan akhirnya bisa mengalahkan kekuatan neolib, ...! Salam, ChanCT From: mailto:gelor...@yahoogroups.com Sent: Sunday, January 17, 2016 12:14 AM To: Edy Loekmono ; sastra-pembeba...@yahoogroups.com ; nasional-l...@yahoogroups.com Cc: gelor...@yahoogroups.com ; nasional-l...@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan Hukum alam yang umum menyatakan bahwa manusia itu bertindak mengikuti kesadaran jalan fikirannya. Nah kalau risalah yang tepat dibaca dan dimengerti banyak orang tentunya akan meningkatkan pengertian dan tingkat pengetahuannya. Dan kalau massa luas mempunyai pengertian yang sama, saya yakin akan mampu menyatukan kesadaran berfikir sebab-musabab kepincangan masyarakat yang di depan mata semua saja yang ingin mengubah kepincangan masyarakat ini. Hasil penyimpulan dari pelajaran sejarah kemanusiaan: manakala massa rakyat tertindas sudah menguasai fikiran yang tepat, mereka akan mampu mengatasi dan melemparkan beban penindasan seberat apapun. Am Sat, 16 Jan 2016 15:22:56 +0000 (UTC) schrieb Edy Loekmono <esloekw...@yahoo.com>: > Risalah yang bagus. Tetapi apakah risalah ini hanya sampai di disini? > Pertanyaannya apakah ada usaha untuk mengkomunikasikan ide ini kepada > pihak-pihak yang mengambil keputusan di negeri ini? Bagaimana > mengekspose dan mendistribusikan ide ini sehingga di makan dan > dicerna dengan baik kepada para pemikir di negeri ini. Semoga tidak > hanya mimpi saja. > > On Saturday, January 16, 2016 4:52 AM, "'Lusi D.' > lus...@rantar.de [GELORA45]" <gelor...@yahoogroups.com> wrote: > > Artikel Risal Kurnia dengan judul "Neoliberalisme Memperparah > Ketimpangan Dan Kemiskinan" ini baik sekali untuk menambah pengetahuan > kita bagaimana para penguasa di Indonesia mengabdikan dirinya dalam > mempraktekkan ideologi neo-liberalisme, sementara mereka > berkomat-kamit menghias dirinya dengan istilah berdikari mereka. > Juga sangat bermanfaat untuk memperkaya argumentasi dalam menangkal > dan mencegah kita terjerembab di kubangan lumpur fanatisme dalam > bersikap thd kekuasaan Jokowi-JK. > > Beginn der weitergeleiteten Nachricht: > > Datum: Sat, 16 Jan 2016 03:41:01 +0100 > Von: "'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]" <gelor...@yahoogroups.com> > An: <Undisclosed-Recipient:;> > Betreff: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan > Kemiskinan > > http://www.berdikarionline.com/neoliberalisme-memperparah-ketimpangan-dan-kemiskinan/ > Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan Dalam 15 tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup mengesankan. Namun, dalam rentang waktu itu juga, ketimpangan ekonomi meningkat sangat tajam. Laporan terbaru Bank Dunia menyebutkan, rasio gini yang mengukur tingkat kesenjangan pendapatan menunjukkan peningkatan signifikan dari 30 poin (0,30) di tahun 2000 menjadi 41 poin (0,41) di tahun 2014. Malahan tahun ini rasio gini Indonesia sudah menyentuh 42 poin (0,42). Dengan rasio gini tersebut, ketimpangan ekonomi sekarang merupakan yang tertinggi dalam sejarah Republik ini. Juga termasuk yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Hal ini, tentu saja, merupakan lonceng peringatan bagi pemerintah. Pada saat bersamaan, indeks keparahan kemiskinan di Indonesia melaju kencang. Laporan Biro Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengungkapkan, indeks keparahan kemiskinan pada September 2014 di level 0,44. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan pada September 2015 di level 0,51. Masih dari laporan BPS, Indeks kedalaman kemiskinan di Indonesia juga meningkat dari level 1,75 pada September 2014 menjadi 1,84 pada September 2015. Sementara, pada kurun waktu yang sama, jumlah orang miskin bertambah 780.000 orang. Silahkan anda terpaku memandangi angka-angka di atas. Namun, satu hal yang pasti, pendekatan ekonomi pemerintahan Jokowi-JK sekarang ini, termasuk setengah lusin Paket Kebijakan Ekonomi-nya, gagal menghalau laju kemiskinan dan ketimpangan. Masalahnya, pendekatan ekonomi pemerintahan Jokowi-JK masih dalam koridor neoliberalisme juga. Padahal, neoliberalisme inilah yang berkontribusi besar dalam mempercepat laju kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia. Tidak percaya? Ada beberapa alasan mengapa neoliberalisme berkontribusi besar dalam mendorong laju kemiskinan dan ketimpangan. Pertama, neoliberalisme mendorong komoditifikasi dan privatisasi barang-barang yang seharusnya dikuasai publik (common good), seperti tanah, air, hutan, pangan, dan lain-lain. Semuanya kemudian dikonversi menjadi milik korporasi besar. Sementara rakyat banyak yang turun-temurun di atasnya disingkirkan atau diusir paksa. Kedua, neoliberalisme mempromosikan perdagangan bebas barang dan jasa. Faktanya, liberalisasi perdagangan dan jasa menghancurkan usaha produksi dalam negeri; produksi berskala menengah/kecil (UMKM dan usaha rumah tangga), perdagangan berskala menengah/kecil, dan pertanian rakyat. Ketiga, neoliberalisme mendorong komersialisasi layanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, listrik, air minum, dan lain-lain. Padahal, layanan publik itu menyangkut kebutuhan dasar manusia. Nah, setelah layanan publik dikomersialisasi, harga layanannya pun mengikuti mekanisme pasar. Akibatnya, rakyat banyak kesulitan mengakses layanan tersebut. Keempat, neoliberalisme mendorong liberalisasi investasi. Demi memanggil sebanyak-banyaknya investor asing, biasanya pemerintah menjanjikan kondisi atau iklim yang bersahabat dengan investasi, seperti upah murah, pasar tenaga kerja yang liberal, gerakan/serikat buruh lemah, dan lain-lain. Kelima, kebijakan pajak yang tidak adil. Biasanya juga, agar investor mau datang berbondong-bodong, pemerintah memberikan insentif berupa pengurangan (tax allowance) atau penghapusan pajak (tax holiday). Jadi, pebisnis-pebisnis besar itu dibebaskan dari pajak. Ironisnya, pada sisi yang lain, rakyat banyak dipaksa membayar pajak lebih banyak. Keenam, akibat hancurkan usaha produksi dalam negeri, baik industri, perdagangan, maupun pertanian, adalah membengkaknya jumlah pekerja sektor informal. Menurut data resmi, hampir 60 persen tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor informal. Nah, masalahnya, hak-hak pekerja sektor informal ini tidak dilindungi Undang-Undang. Mereka rentan dengan kondisi kerja yang buruk, upah murah, dan ketiadaan jaminan sosial. Ketujuh, demi memfasilitasi kepentingan bisnis, neoliberalisme juga seringkali melakukan penggusuran terhadap usaha rakyat dan tempat tinggal rakyat. Ada begitu banyak usaha rakyat, terutama pedagang kecil dan kaki lima, yang dihancurkan. Juga penggusuran pemukiman rakyat miskin atas nama keindahan dan pembangunan. Itulah beberapa fakta yang menunjukkan betapa neoliberalisme berkontribusi besar dalam mempercepat laju kemiskinan dan ketimpangan. Artinya, kalau pemerintahan Jokowi-JK ingin melawan kemiskinan dan ketimpangan, maka pendekatan ekonomi neoliberalisme ini harus ditinggalkan. Kalau mau melawan kemiskinan dan ketimpangan, maka seharusnya pemerintahan Jokowi-JK kembali pada pendekatan ekonomi konstitusi: pasal 33 UUD 1945. Tentu saja, disertai dengan kebijakan redistribusi kekayaan yang progressif, seperti penerapan pajak progressif, memperbanyak anggaran dan cakupan program sosial, bantuan modal untuk usaha rakyat, dan lain-lain. Risal Kurnia Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/neoliberalisme-memperparah-ketimpangan-dan-kemiskinan/#ixzz3xSQjLdpX Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook -- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. bahagia [Non-text portions of this message have been removed]