Terima kasih kembali Pak. Saya mengikuti “Maju melompat”nya Mao sejak tahun 
permulaan enam puluhan melaLui majalah “Tiongkok” berbahasa Indonesia terbitan 
Peking ketika saya masih di Jakarta. Ketika saya baca bukunya Jung Chang 
“MAO”(edisi bahasa Belanda) ceritanya  memang sangat lain, sangat 
dibesar-besarkan(umpamanya dia bilang rakyat Tiongkok harus menyerahkan semua 
alat-alat dapur yang dari metal atau alat  pertanian atau apa saja asalkan dari 
metal untuk diserahkan pada negara dan dijadikan besi tuang  untuk mengabdi 
politik industrialisasi negeri Tiongkok moderen.Memang Chang  juga menggunakann 
dokumen-dokumen dan data-data yang otentik tapi dia campur baurkan dengan data 
fiksi yang sangat politis.  Namun hyperbola Chang sungguh keterlaluan, tidak 
masuk akal dan bahkan hingga absurd jadinya. Kita pembacanya dianggap anak-anak 
yang akan begitu saja percaya. Kalau memang begitu yang terjadi tentu produksi 
bahan makanan seluruh negeri menjadi nol dan seluruh rakyatTiongkok mati 
kelaparan termasuk juga Mao.Tapi,memang Jung Chang ingin mengambil efek lapar 
ini disebabkan karna rakyat tidak punya alat masak, tidak punya cangkul hinggga 
tidak punya pisau untuk keperluan dapur yang kalau hingga  demikian memang 
bermatianlah  seluruh orangTiongkok. Kenyataannya tidaklah demikian seperti 
yang digambarkan Chang menurut pesanan kaum kapitalis yang mengsponsori Jung 
Chang. Sudah pasti ada kesalahan di sana sini dalam pelaksanaan politik Mao 
“Maju Melompat” tapi sudah pasti tidak seperti yang digambarkaan dan 
dibesar-besarkan kaum reaksioner Tiongkok dan para pengkhianat Mao dalam Intern 
PKT.Semua pemimpin besar punya  kesalahan mereka masing-masing, tidak ada  
kecualinya. Tapi juga kita harus pandai menilai dan menghargai serta respek 
terhadap apa yang mereka capai dan persembahkan untuk rakyat mereka: Mao 
membebaskan seluruh Tiongkok dan membangun negeri Sosialis di Tiongkok.Stalin 
membebaskan seluruh Uni Soviet hingga Eropah. Bukankah jasa dan hasil 
perjuangan mereka masih bisa dinikmati rakyat mereka hingga sekarangn ini.
Saya sendiri bukan Maoist, bukan Stalinist, bukan Leninist tapi saya berpihak 
pada semua yang memerdekakan dan membebaskan rakyat dan  mendukung perlawanan 
terhadap penghisapan dan penindasan manusia yang tidak berdosa atau manusia 
dalam kehinaan dan kemiskinannya. Kalau saya dituduh Komunis,ya memang saya 
Komunis, anggota PKI sejak usia 18 tahun dan hingga sekarang saya masih tetap 
meyakini Komunisme, tidak ada perubahan meskipun PKI sudah dihancurkan namun 
Komunisme tetap tidak bisa dilenyapkan. Maaf Pak, bukan mau nantang 
siapa-siapa,ini jujur saja,saya tidak menyembunyikan diri saya.Orang boleh 
mendekat boleh menjauh, meremehkan atau menghargai, boleh benci boleh suka 
ataupun tidak diperdulikan sama sekali. Itu sama sekali tidak soal bagi saya. 
Semoga Pak Magnis selalu sehat dan bahagia.
A.AIDIT.

From: F.Magnis-Suseno 
Sent: Monday, January 18, 2016 11:31 AM
To: diskusi-k...@googlegroups.com 
Subject: RE: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan Dan Kemiskinan

Terimakasih Pak Asahan, yang saya khawatir, tidak khusus pada Mao, adalah 
kecenderungan kaum ideolog untuk tidak memperhitungkan kurban asal tujuan - 
masyarakat sempurna yang diharapkan - tercapai. Tentu saya tidak punya data 
rinci sama sekali tentang Mao, namun bukan hanya pada Chang saya baca bahwa 
akibat looncatan besar ke depan jumlah orang kelaparan luar biasa. Li Chaochi - 
yang Pak Asahan sebut - katanya juga kaget dengan itu,
salam
FMS


--------------------------------------------------------------------------------

From: diskusi-k...@googlegroups.com [mailto:diskusi-k...@googlegroups.com] On 
Behalf Of A. Alham
Sent: 18 January, 2016 5:08 PM
To: Group Diskusi Kita; Sully T. Suharjo; tiaraly; Martiono Hadianto; Abdillah 
Toha
Subject: Re: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan Dan Kemiskinan


Pak Magnis yang saya hormati,
Angka 30 juta korban kelaparan akibat politik Mao adalah angka fiktif. Teng 
siauw Ping sendiri bilang: “70 persen Mao berjasa, 30 persen dia bersalah”. 
Tentu Teng siau Pingn (TSP) sangat tidak ingin berhemat  dengan kwantitas 
kesalahan Mao, dia ingin lebih banyak tapi dia harus memperhitungkan reaksi 
rakyuat Tiongkok. Dan dia nampaknya tidak bodoh dalam ilmu hitung. Kalau Mao 
membunuh 30 juta rakyatnya (yang tidak ibantahTSP), tentu kesalahan Mao bisa 
menjadi setidaknya 70 persen dan bahkan mungkin bisa dikatakan hinggan 99 
persen yang berarti jasanya hanya tinggal 1 persen. Untunglah TSP bahkan tidak 
segila itu.Sebagai seorang Marsekal dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiiongkok, 
meskipunn duia licik  luar biasa, kecil, gemuk pendek,  dalam politik dia masih 
memperhitungkan logika dan sedikit kepantasan dan rakyat Tiongkok itu tidak 
bodoh, betapapun licinnya dan liciknya dia sendiri.
Namun kenyataan yang sesungguihnya, “30 juta rakayat Tiongkok yang mati 
kelaparan akibat politik Mao yang salah” atau menurut Jung Chang dalam bukunya 
“MAO” dia catat 70 juta rakyat Tiongkok dibunuh Mao”. Tentang catatan Jung 
Chang, kita mudah mengerti: Dia seorang pengarang, seorang sastrawan.Fiksi 
adalah spesialis dia, mata pencaharian dia, sumber kekaayaan dia, dia 
melahairkan buku roman meskipun roman politik. Mungkin Pak Magnis sudah baca 
buku Jung Chang : “Angsa-angsa Liar”. Saya sangat mengagumi seni bercertanya 
dan juga kehandalan dann kekuatan fiksinya. Tapi dari segi nilai sejarah, dia 
cuma suruhan dan memenuhi pesanan kaum kapitalis (suaminya orang Inggris) agar 
fiksi terkesan realitas. TSP tentu tidak akan mau bikin fiksi a la Jung Chang. 
TSP seorang jendral besar,petinggi Partai Komunis Tongkok, dikenal semua rakyat 
Tiongkok. Jadi jika ia ingin memanipulasi angka, dia harus hitung-hitung reaksi 
rakyat Tiongkok, dia seorang ahli strategi dan taktik kemiliteran kaliber dunia.
Hallain yang justru menjadi inti masaalah adalah pemanipulasian angka korban 
kelaparan yangf sepenuhnya tidak benar yang dituduh karna disebabkan 
kesengajaan Mao ingin membunuh rakayatnya dengan kelaparan. Ini sama sekali 
tuduhan absurd dan 100 persen pseudo politik  yang dilontarkan  oleh kaum 
reaksioner sedunia sebagai fitnah anti Tiognkok, anti Mao ketika itu dan hingga 
sekarang ini. Yang terjadi sesungguhanya adalah korban bencana alam di sana 
sini yang terjadi dalam wilayah Tiongkok yang begitu luas, begitu padat 
penduduknya dalam dalam pembangunan Sosialisme dalam syarat-syarat diboikot 
kaum Imperialis di bawah kemudi Amerika Serikat dan bahkan belakangan ditambah 
lagi boikot dan sabotase Uni Soviet ketika sudah cerai dengan Tiongkok. Selama 
saya berada di Tiongkok tahun 1971 ketika Revolusi Kebudayaan masih berkecamuk, 
saya mendengar ratusan cerita yang sama tentang politik Mao “Maju Melompat” 
yang dibesar-besarkan klik Li siao Chi sebagai politik pemerasan gila-gilaan 
dan habis-habisan  tenaga rakyat untuk memenuhi dan pemaksaan industrialisasi 
negeri Tiongkok. Yang gila-gilaan bukan politik Mao tapi dusta dan  fitnak 
dalam menggambarkan situasi pembangunan Sosialis di Tiongkok dengan tenaga 
sendiri, biaya sendiri, dengan kesedaaan seluruh rakyat yang antusias meskipun 
dalam keadaan basis materi maupun tehnik serta pengetahuan yang sangat terbatas 
ketika itu. Fitnah  dan dusta itu kemudian dijadikan mitos, dijadikan sejarah 
Tiongkok yang dianggap benar, dijadikan reklame dan propaganda besar-besar oleh 
kaum Iperialis AS untuk mermusuhi Tiongkok, Mao, Komunisme dan sosialisme. Saya 
sebagai saksi hidup yang kecil yang dapat kesempatan mengelilingi hampir 
seluruh Tiongkok lebih dari 6 bulan non stop dengan hampir semua kendaraan 
yangf ada kecualikapal selam, tidak pernah mendengar cerita-cerita bohong dan 
fitnah kasar yang hingga sekarangt masih ingin digemakann itu. Saya memang 
melihat dan merasakan kemiskinan rakyat Tiongkok ketika itu, tapi mereka sedang 
berjuang mati-matian melawan dan mebasmi kemiskinan mereka dengan sistim 
Sosialis, dengan semangat berdikari apa adanya dulu, dengan disiplin tinggi dan 
kesedaran sosialis yang tinggi yang itu menakutkan kaum Imperialis dan kaum 
rekasioner sedunia dan jauga membikin blingsatan kaum kontra revolusioner 
perestorasi kapitalisme  dalam intern Partai Komunis Tiongkok (PKT) sendiri 
yang dikepalai oleh Li sao Chi dan kemudian dimenanggkan oleh  Teng siauw Ping: 
SOSIALISME YANG DIBANGUN MAO DIRUNTUH BERANTKKAN, KAPITALISME YANG DIBANGUN 
TENG, TEGAK DENGAN NAMA INDAH TAPI PALSU: “SOSIALISME DENGAN CIRI TIONGKOK” 
yang ingin ditiru JOKOWI sekarangn ini dengan nama yang tak kurangn hebatnya: 
“INDONESIA HEBAT” dengan cara meng-Himalayakan Hutang dan menggadaikan kekayaan 
negeri dan bangsa Indonesia.Maaf  Pak, ini ini sudah terlampau panjang meskipun 
saya ingin 10 kali lebih panjang dari yang sekarang, tapi bukan di sini  
tempatnya dan juga tidak diinginkan banyak orang.
Salam  hangat dari saya Pak.
ASAHAN AIDIT.


From: Salim Said 
Sent: Monday, January 18, 2016 3:08 AM
To: Group Diskusi Kita ; alumnas-oot ; alumnilemhana...@yahoo.com ; 
group-indepen...@googlegroups.com ; Sully T. Suharjo ; tiaraly ; Martiono 
Hadianto ; Abdillah Toha 
Subject: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan Dan Kemiskinan


---------- Forwarded message ----------
From: F.Magnis-Suseno <mag...@dnet.net.id>
Date: 2016-01-18 8:57 GMT+07:00
Subject: RE: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan Dan Kemiskinan
To: diskusi-k...@googlegroups.com



Masalahnya dengan sosialisme Mao adalah bahwa sebagai collateral damage ada 
sekurang-kurangnya 30 juta orang warga RRT mati kelaparan 1959-1962. Rapopo? 
"Sosialisme pasti jaya" (baris akhir lagu "Nasakom Bersatu" versi 1965 yang 
masih bisa saya nyanyikan seluruhnya)?
FMS


--------------------------------------------------------------------------------
From: diskusi-k...@googlegroups.com [mailto:diskusi-k...@googlegroups.com] On 
Behalf Of Salim Said
Sent: 18 January, 2016 5:29 AM
To: Group Diskusi Kita; alumnas-oot; alumnilemhana...@yahoo.com; 
group-indepen...@googlegroups.com; Sully T. Suharjo; tiaraly; Tito Karnavian; 
Juwono Sudarsono; Anwar Nasution,Prof.; Martiono Hadianto
Subject: Fwd: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan Dan Kemiskinan



---------- Forwarded message ----------
From: A. Alham <a.alham1...@kpnmail.nl>
Date: 2016-01-17 23:14 GMT+07:00
Subject: Re: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan Dan Kemiskinan
To: sastra-pembeba...@yahoogroups.com, diskusi-k...@googlegroups.com, 
rumahkitabers...@yahoogroups.com, wahana-n...@yahoogroups.com, 
INTI-NET@yahoogroups.com



Mao Tse Tung (MTT) yang sedang membangun Sosialisme dengan ulet dan susah payah 
selama puluhan tahun bersama seluruh rakyat Tiongkok tiba-tiba dibombardir oleh 
Teng siauw Ping (TSP) dengan gagasan: “KAPITALISME SEKARANG JUGA” (baca: tidak 
penting kucing hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus). Dan 
Sosialisme yang dibangun Mao  dengan NOL HUTANG dan 100 persen tenaga rakyat, 
uang rakyat, keringat rakyat dihancur leburkan oleh TSP bersama klik restorasi 
kapitaalisme-nya dalam satu kali pukul  meskipun dengan persiapan lama penuh 
intrig dan sabotase. KEPEMILIKAN RAKYAT, DIGANTI OLEH TSP DENGAN HUTANG LUAR 
NEGERI,TENAGA AHLI LUAR NEGERI, MODAL ASING, INVESTOR ASING DAN LALU MENGUKIR 
NEGERI TIONGKOK DENGAN NAMA;”SOSIALISME DENGAN CIRI TIONGKOK”.
Dengan demikiann TSP ingin membutakan mata rakyat sedunia bahwa : “KAPITALISME 
ADALAH SOSIALISME” dan juga menulikan telinga rakyat sedunia: “KOMUNIS ADALAH 
KAPITALIS”. Usaha itu berhasil di Tiongkok, kurang berhasil di bagian dunia 
lainnya dan gagal total di kalangan rakyat yang memahami dan cinta Sosialisme. 
Teng Siauw Ping juga berhasil melahirkan sejumlah sangat besar kaum oportuhis 
dunia yang tersebar ke seluruh bangsa di dunia dan TSP Sendiri adalah seorang 
Oportunis Agung sepanjang sejarah yang dengan gemilang berhasil meng coup Mao 
dan mengandalkan  senjata ampuhnya;
DEMAGOGI DAN KEMUNAFIKAN untuk menipu rakyat Tiongkok dan juga rakyat sedunia. 
Kader-Kader Oportunis murid TSP (termasuk JOKOWI) bertebaran di seluruh dunia 
yang sedang kembali menyembah berhala kapitalisme, pemuja buta kapitalisme 
(salah satunya di HONGKONG), sebagai “penyelamat ummat manusia”. Ini kenyataan 
getir yang harus diterima oleh rakyat dan ini juga yang harus dilawan oleh 
rakyat sedunia: KAPITALISME DAN OPORTUNISME MENGUASAI UMMAT SELURUH DUNIA 
DENGAN SENI PENGHISAPANNYAYA YANG DIPERMODEREN DENGAN BALSEM HUMANISME DAN 
DEMOKRASI PALSU.
ASAHAN AIDIT.

From: mailto:sastra-pembeba...@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, January 17, 2016 3:48 AM
To: gelor...@yahoogroups.com ; Lusi D. 
Subject: #sastra-pembebasan# Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan Dan Kemiskinan

  
SETUJUUU, dengan pernyataan bung Lusi, bahwa manusia bertindak mengikuti 
kesadaran jalan fikirannya. Yang menjadi problem bagaimana “KESADARAN jalan 
FIKIRAN” dalam masyarakat itu bisa sama, sehinggah mengambil langkah serempak, 
apalagi dalam masalah UTAMA untuk menentukan JALAN mana, kiri atau kanan yang 
diambil.

Adalah kenyataan yang tidak terbantahkan, bahwa belasan tahun setelah Suharto 
lengser 21 Mei 1998, bergantian 5 Presiden sampai Jokowi sekarang ini, 
Indonesia belum lepas dari kekang NEOLIBERALISME! Jadi, juga tidak aneh 
dikatakan ketimpangan dan kemiskinan meningkat, makin parah, ... termasuk 
setahun terakhir dibawah Pemerintah Jokowi sekarang ini. 

Lalu, adalah juga KENYATAAN yang harus dihadapi, dalam jajaran elite yang 
berkuasa sampai sekarang ini, masih tetap begundal pengikut Suharto, adalah 
bajingan-bajingan korup yang hanya mementingkan kantong dewek. Sampai kasus 
terakhir, dengan Novanto yg sekalipun dikeroyok massa rakyat. Namun aparat 
penegak HUKUM tidak berhasil menjadikan Novanto tersangka, apalagi menjatuhkan 
vonis melanggar etika, papa minta saham Freeport! Bahkan satu tamparan lebih 
telak bagi kekuatan rakyat, sekalipun Novanto telah mengundurkan diri dari 
Ketua DPR, oleh GOLKAR dinobatkan sebagai ketua Fraksi Gokar yg notabene tetap 
menjabat ketua DPR. 

Sebaliknya, terhadap tokoh-tokoh yang bersih, jujur dan berani melawan 
bajingan-bajingan korup dan sedikit membela RAKYAT miskin, macam Ahok, ... 
diserang habis-habisan, hanya karena ucapan gunakan kata-kata kasar, TIDAK ada 
KESOPANAN dan tidak pantas keluar dari mulut pejabat. Gerak untuk menjegal dan 
menggantikan Ahok dilangsungkan, ... begitu juga serangan dan tekanan pada 
Rijal Ramli yang berusaha melepas jerat kencang Neolib yg masih terjadi, 
membuka dilengserkannya Gus Dur bukan karena Bologgate, cepat-cepat dituduhnya 
orang yang tidak pernah berbuat apa-apa pada negara kecuali bikin onar saja, 
... NAMPAK jelas kekuatan kanan yang masih saja hendak mempertahankan neolib 
dalam pemerintah yang berkuasa masih kuat, sebaliknya kekuatan kiri, kekuatan 
pihak rakyat masih sangat lemah. Masih terlalu sedikit yang berkesadaran 
benar-benar mengabdi RAKYAT!

Menghadapi kenyataan begini, yaa, ... harus realisits, melihat dan 
memperjuangkan apa yang bisa dicapai sesuai kondisi sekarang. Tidak dan jangan 
menjadi sicebol merindukan bulan. Berusaha menggapai apa yg jelas TIDAK 
terjangkau oleh kekuatan RAKYAT sekarang. Itu namanya bermimpi disiang hari 
bolong, ... dukung kuat tokoh-tokoh yang agak dan sedikit saja membela 
kepentingan rakyat itu. Jangan hanya karena sedikit saja ada yang kurang 
sependapat dengan langkah yang diambil lalu ditinggalkan, dan tidak lagi 
mendukung Ahok, misalnya saat terjadi penggusuran Kampung Pulau tahun yl.

Saya tidak hendak menyangkal tulisan Risal Kurnia “Neoliberalisme Memperparah 
Ketimpangan dan Kemiskinan”, tapi hendaknya juga masih bisa melihat bahwa 
pemerintah Jokowi dalam setahun ini, sedang berusaha menitik beratkan 
pembangunan pada infrastuktur, pembangunan jalan tol, KA, jembatan dan 
pelabuhan, diberbagai daerah. Dana dan pusat perhatian pemerintah diletakkan 
dipembangunan infrastruktur agar ekonomi nasional bisa tumbuh lebih baik 
kemudian. Jadi, lumrah saja kalau dalam setahun ini kesenjangan meningkat dan 
kemiskinan bertambah. Bagaimana Jokowi melepas jerat NEOLIB, tentu tergantu adu 
kekuatan yg terjadi. Tokoh-tokoh macam Novanto jelas berusaha mempertahankan 
dengan usaha memperpanjang kontrak Freeport yg merugikan kepentingan rakyat, 
... juga dengan tarik-menarik, lobi yang terjadi masalah Masela. Perjuangan 
terus terjadi dan berlangsung, ... kesadaran melawan dan menentang NEOLIB masih 
harus diperkuat untuk mencapai kemenangan!

Capailah itu dengan perlahan-lahan, setapak demi setapak maju memperkuat 
barisan kekuatan Rakyat dan akhirnya bisa mengalahkan kekuatan neolib, ...! 


Salam,
ChanCT


From: mailto:gelor...@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, January 17, 2016 12:14 AM
To: Edy Loekmono ; sastra-pembeba...@yahoogroups.com ; 
nasional-l...@yahoogroups.com 
Cc: gelor...@yahoogroups.com ; nasional-l...@yahoogroups.com 
Subject: Re: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan

  
Hukum alam yang umum menyatakan bahwa manusia itu bertindak mengikuti
kesadaran jalan fikirannya. Nah kalau risalah yang tepat dibaca dan
dimengerti banyak orang tentunya akan meningkatkan pengertian dan
tingkat pengetahuannya. Dan kalau massa luas mempunyai pengertian yang
sama, saya yakin akan mampu menyatukan kesadaran berfikir sebab-musabab
kepincangan masyarakat yang di depan mata semua saja yang ingin mengubah
kepincangan masyarakat ini. Hasil penyimpulan dari pelajaran sejarah
kemanusiaan: manakala massa rakyat tertindas sudah menguasai fikiran
yang tepat, mereka akan mampu mengatasi dan melemparkan beban
penindasan seberat apapun.

Am Sat, 16 Jan
2016 15:22:56 +0000 (UTC) schrieb Edy Loekmono <esloekw...@yahoo.com>:

> Risalah yang bagus. Tetapi apakah risalah ini hanya sampai di disini?
> Pertanyaannya apakah ada usaha untuk mengkomunikasikan ide ini kepada
> pihak-pihak yang mengambil keputusan di negeri ini? Bagaimana
> mengekspose dan mendistribusikan ide ini sehingga di makan dan
> dicerna dengan baik kepada para pemikir di negeri ini. Semoga tidak
> hanya mimpi saja. 
> 
> On Saturday, January 16, 2016 4:52 AM, "'Lusi D.'
> lus...@rantar.de [GELORA45]" <gelor...@yahoogroups.com> wrote: 
> 
>   Artikel Risal Kurnia dengan judul "Neoliberalisme Memperparah
> Ketimpangan Dan Kemiskinan" ini baik sekali untuk menambah pengetahuan
> kita bagaimana para penguasa di Indonesia mengabdikan dirinya dalam
> mempraktekkan ideologi neo-liberalisme, sementara mereka
> berkomat-kamit menghias dirinya dengan istilah berdikari mereka. 
> Juga sangat bermanfaat untuk memperkaya argumentasi dalam menangkal
> dan mencegah kita terjerembab di kubangan lumpur fanatisme dalam
> bersikap thd kekuasaan Jokowi-JK.
> 
> Beginn der weitergeleiteten Nachricht:
> 
> Datum: Sat, 16 Jan 2016 03:41:01 +0100
> Von: "'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]" <gelor...@yahoogroups.com>
> An: <Undisclosed-Recipient:;>
> Betreff: [GELORA45] Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan
> Kemiskinan
> 
> http://www.berdikarionline.com/neoliberalisme-memperparah-ketimpangan-dan-kemiskinan/
> 


Neoliberalisme Memperparah Ketimpangan Dan Kemiskinan
 
Dalam 15 tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia  cukup mengesankan. Namun, 
dalam rentang waktu itu juga, ketimpangan ekonomi meningkat sangat tajam.



Laporan terbaru Bank Dunia menyebutkan, rasio gini yang mengukur tingkat 
kesenjangan pendapatan menunjukkan peningkatan signifikan dari 30 poin (0,30) 
di tahun 2000 menjadi 41 poin (0,41) di tahun 2014. Malahan tahun ini rasio 
gini Indonesia sudah menyentuh 42 poin (0,42).

Dengan rasio gini tersebut, ketimpangan ekonomi sekarang merupakan yang 
tertinggi dalam sejarah Republik ini. Juga termasuk yang tertinggi di kawasan 
Asia Tenggara. Hal ini, tentu saja, merupakan lonceng peringatan bagi 
pemerintah.



Pada saat bersamaan, indeks keparahan kemiskinan di Indonesia melaju kencang. 
Laporan Biro Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengungkapkan, indeks 
keparahan kemiskinan pada September 2014 di level 0,44. Sedangkan indeks 
keparahan kemiskinan pada September 2015 di level 0,51.

Masih dari laporan BPS, Indeks kedalaman kemiskinan di Indonesia juga meningkat 
dari level 1,75 pada September 2014 menjadi 1,84 pada September 2015. 
Sementara, pada kurun waktu yang sama, jumlah orang miskin bertambah 780.000 
orang.

Silahkan anda terpaku memandangi angka-angka di atas. Namun, satu hal yang 
pasti, pendekatan ekonomi pemerintahan Jokowi-JK sekarang ini, termasuk 
setengah lusin Paket Kebijakan Ekonomi-nya, gagal menghalau laju kemiskinan dan 
ketimpangan.

Masalahnya, pendekatan ekonomi pemerintahan Jokowi-JK masih dalam koridor 
neoliberalisme juga. Padahal, neoliberalisme inilah yang berkontribusi besar 
dalam mempercepat laju kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia. Tidak percaya?

Ada beberapa alasan mengapa neoliberalisme berkontribusi besar dalam mendorong 
laju kemiskinan dan ketimpangan.

Pertama, neoliberalisme mendorong komoditifikasi dan privatisasi barang-barang 
yang seharusnya dikuasai publik (common good), seperti tanah, air, hutan, 
pangan, dan lain-lain. Semuanya kemudian dikonversi menjadi milik korporasi 
besar. Sementara rakyat banyak yang turun-temurun di atasnya disingkirkan atau 
diusir paksa.



Kedua, neoliberalisme mempromosikan perdagangan bebas barang dan jasa. 
Faktanya, liberalisasi perdagangan dan jasa menghancurkan usaha produksi dalam 
negeri; produksi berskala menengah/kecil (UMKM dan usaha rumah tangga), 
perdagangan berskala menengah/kecil, dan pertanian rakyat.

Ketiga, neoliberalisme mendorong komersialisasi layanan publik, seperti 
pendidikan, kesehatan, listrik, air minum, dan lain-lain. Padahal, layanan 
publik itu menyangkut kebutuhan dasar manusia. Nah, setelah layanan publik 
dikomersialisasi, harga layanannya pun mengikuti mekanisme pasar. Akibatnya, 
rakyat banyak kesulitan mengakses layanan tersebut.

Keempat, neoliberalisme mendorong liberalisasi investasi. Demi memanggil 
sebanyak-banyaknya investor asing, biasanya pemerintah menjanjikan kondisi atau 
iklim yang bersahabat dengan investasi, seperti upah murah, pasar tenaga kerja 
yang liberal, gerakan/serikat buruh lemah, dan lain-lain.



Kelima, kebijakan pajak yang tidak adil. Biasanya juga, agar investor mau 
datang berbondong-bodong, pemerintah memberikan insentif berupa pengurangan 
(tax allowance) atau penghapusan pajak (tax holiday). Jadi, pebisnis-pebisnis 
besar itu dibebaskan dari pajak. Ironisnya, pada sisi yang lain, rakyat banyak 
dipaksa membayar pajak lebih banyak.



Keenam, akibat hancurkan usaha produksi dalam negeri, baik industri, 
perdagangan, maupun pertanian, adalah membengkaknya jumlah pekerja sektor 
informal. Menurut data resmi, hampir 60 persen tenaga kerja di Indonesia 
bekerja di sektor informal. Nah, masalahnya, hak-hak pekerja sektor informal 
ini tidak dilindungi Undang-Undang. Mereka rentan dengan kondisi kerja yang 
buruk, upah murah, dan ketiadaan jaminan sosial.

Ketujuh, demi memfasilitasi kepentingan bisnis, neoliberalisme juga seringkali 
melakukan penggusuran terhadap usaha rakyat dan tempat tinggal rakyat. Ada 
begitu banyak usaha rakyat, terutama pedagang kecil dan kaki lima, yang 
dihancurkan. Juga penggusuran pemukiman rakyat miskin atas nama keindahan dan 
pembangunan.

Itulah beberapa fakta yang menunjukkan betapa neoliberalisme berkontribusi 
besar dalam mempercepat laju kemiskinan dan ketimpangan. Artinya, kalau 
pemerintahan Jokowi-JK ingin melawan kemiskinan dan ketimpangan, maka 
pendekatan ekonomi neoliberalisme ini harus ditinggalkan.

Kalau mau melawan kemiskinan dan ketimpangan, maka seharusnya pemerintahan 
Jokowi-JK kembali pada pendekatan ekonomi konstitusi: pasal 33 UUD 1945. Tentu 
saja, disertai dengan kebijakan redistribusi kekayaan yang progressif, seperti 
penerapan pajak progressif, memperbanyak anggaran dan cakupan program sosial, 
bantuan modal untuk usaha rakyat, dan lain-lain.

Risal Kurnia



Sumber Artikel:

http://www.berdikarionline.com/neoliberalisme-memperparah-ketimpangan-dan-kemiskinan/#ixzz3xSQjLdpX
 
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook




-- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.



-- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


-- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

-- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
-- 
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
bahagia

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke