Seorang biologist Belanda dalam satu diskusi tentang “makanan sehat” dalam 
suatu acara TV mengatakan: “makanan sehat itu tidak ada, tidak ujud”. Itu harus 
kita artikan bahwa sehat atau tidak sehat, tergantung pada kita  memilihnya, 
menggunakannya dan merasakannya. Katakaanlah umpamanya makan sehat itu adalah 
sayur dan buah.Namun semua jenis sayur dan buah, juga mempuyai efek negatif 
terhadap kesehatan. Umpamanya,  zat gula dalam buah, bila dikonsumsi terlalu 
banyak bisa menimbulakan efek buruk terhadap kesehatan dan pada umumnya 
sayur-sayuran  sulit dicerna oleh perut dan bisa menimbulkan gangguan  
pencernaan bila dimakan terlalu banyak, terutama sayur mentah. Pisang yang 
terkenal banyak manfaat bagi kesehatan, namun pisang mengandung kadar gula yang 
tinggi. Juga makan pisang terlalu  banyak bisa mencret. Para petenis dunia 
menggunakan waktu istirahat mereka yang singkat dalam pertandingan,  mengunyah 
sepotong kecil buah pisang saja. Mereka harus memperhitungkan kadar gula dalam 
darah meskipun mereka sehat dan terlatih. Bayangkan orang biasa tanpa banyak 
kerja badan makan pisang setiap hari  dalam jumlah lumayan banyak: punya 
kemungkinan  kadar gula dalam darah melebihi norma dan bisa menyebabkan 
penyakit bila berlangsung lama dan sistimatis. Padahal pisang yang dikonsumsi 
secara normal, tidak berlebihan akan memberikan banyak manfaat kesehataan dan 
kecantikan. Bisakah kita katakan pisang adalah makanan sehat? tunggu dulu, 
tergantung pada bagaimana kita menggunakannya: bisa sehat tapi juga bisa tidak 
sehat.
ASAHAN.

From: 'Amir Santoso' via Grup Independen 
Sent: Thursday, March 31, 2016 4:58 PM
To: group-indepen...@googlegroups.com 
Cc: Group Diskusi Kita ; alumnas-oot ; alumnilemhana...@yahoo.com 
Subject: Re: Apa memang masih ada makanan yang aman dikonsumsi?

Makan saja sblm lapar dan berhenti sblm kenyang inshaAllah sehat

Sent from my iPhone

On 31 Mar 2016, at 10.37 AM, gigin praginanto <giginpragina...@hotmail.com> 
wrote:


  Saya sudah tidak mau lagi membaca atau mendengar tentang makanan yang sehat 
atau sebaliknya. Dulu saya suka sekali dan ternyata sering salah. Makanan yang 
sehat hari ini di kemudian hari malah dianggap sebagai bahaya, demikian pula 
sebaliknya. 
  Bahkan makanan berkoleterol tinggi, yang dulu saya yakini sangat berbahya, 
ternyata baru dibantah oleh sebuah hasil penelitian.
  Sekarang saya berprinsip, yang penting tidak berlebihan. Termasuk minum jamu 
Jago yang rasanya maknyus.    



------------------------------------------------------------------------------
  Date: Thu, 31 Mar 2016 10:24:42 +0700
  Subject: Fwd: Apa memang masih ada makanan yang aman dikonsumsi?
  From: bungsali...@gmail.com
  To: diskusi-k...@googlegroups.com; alumnas-...@yahoogroups.com; 
alumnilemhana...@yahoo.com; group-indepen...@googlegroups.com



  ---------- Forwarded message ----------
  From: Chan CT <sa...@netvigator.com>
  Date: 2016-03-31 7:03 GMT+07:00
  Subject: Apa memang masih ada makanan yang aman dikonsumsi?
  To: GELORA_In <gelor...@yahoogroups.com>



  Apa memang masih ada makanan yang aman dikonsumsi?
  Oleh David Robson
  ·         29 Januari 2016

  http://www.bbc.com/indonesia/vert_fut/2016/01/160128_vert_fut_makanan_aman

  Kirim

  <clip_image001[2].jpg>

  Image copyrightWendyFlickrCC BYND 2.0
  Image caption Bacon dan daging olahan disebut punya bahaya yang sama seperti 
rokok. 
  Dulunya, makanan dilihat sebagai sumber nutrisi dan kesenangan. Kini, meja 
makan bisa terasa seperti ladang ranjau darat.

  Apakah bacon berdampak buruk seperti asbestos bagi dunia kuliner, dan akankah 
gandum dalam roti Anda menyebabkan penurunan fungsi otak?

  Bahkan gas dalam minuman bersoda bisa dianggap berbahaya.

  Yang lebih buruk lagi, nasihat itu terus berubah.

  Seperti kata chef televisi Nigella Lawson, "Anda bisa menjamin, makanan yang 
tahun ini dibilang orang menyehatkan buat Anda, tahun depan pasti akan berubah."

  Hal ini sepertinya tak terhindarkan: saran kesehatan berdasarkan pada bukti 
memang seharusnya diperbarui seiring dengan munculnya berbagai penelitian baru 
yang mendalami tentang berbagai hal akan makanan yang kita makan dan dampaknya 
pada tubuh kita.

  Namun saat media (dan tokoh kesehatan yang tak mendapat informasi cukup) 
melebih-lebihkan hasil dari suatu penelitian tanpa memberi konteks, hal ini 
bisa menimbulkan ketakutan yang tak perlu dan, ironisnya, malah mendorong Anda 
membuat pilihan-pilihan yang lebih tidak sehat.

  Kami berupaya menghilangkan kebingungan itu dengan mempertimbangkan semua 
bukti-bukti yang ada.

  Mungkin Anda akan lega saat mengetahui bahwa beberapa makanan favorit 
bukanlah 'bom yang siap meledak' seperti yang digembar-gemborkan.

  Makanannya: Bacon
  Ketakutannya: Daging olahan punya bahaya yang sama seperti rokok

  Faktanya: Meski Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan bukti-bukti yang 
menyatakan bahwa bacon (dan daging olahan lainnya) bisa menyebabkan kanker usus 
besar, bahaya yang sebenarnya tak semengkhawatirkan seperti yang diberitakan 
media.

  Seperti yang disebut oleh badan Penelitian Kanker Inggris dalam blog yang 
jelas, kanker usus besar sebenarnya cukup jarang ditemui.

  Bahkan jika Anda hampir tak pernah makan daging, Anda punya 5,6% risiko 
terkena penyakit itu; dan jika Anda makan bacon dan daging ham setiap hari, 
risiko itu hanya naik menjadi 6,6%.

  Dengan kata lain, untuk setiap 100 orang yang berhenti makan bacon, hanya 
satu yang terhindar dari kanker.

  Mari kita bandingkan dengan rokok: untuk setiap 100 perokok yang berhenti, 
ada 10-15 nyawa yang bisa diselamatkan, sehingga keduanya tak bisa dibandingkan.

  Meski begitu, Anda tetap bisa mempertimbangkan untuk mengurangi kebiasaan 
makan daging olahan.

  Pemerintah Inggris menyarankan, rata-rata 70g per hari masih sehat – sekitar 
tiga potongan tipis, atau dua sosis.

  Singkatnya? Menu English breakfast mungkin tak akan sesehat semangkuk granola 
– tapi juga bukan bahaya gastronomik.

  Makanannya: Kopi
  <clip_image002[2].jpg>

  Image copyrightGuwash 999 Flickr CC BY 2.0Image caption Benarkah "kecanduan" 
kopi berbahaya bagi tubuh?

  Ketakutannya: Ketergantungan kita pada kafein akan menimbulkan serangan 
jantung.

  Faktanya: Hanya ada sedikit bukti bahwa secangkir kopi bisa membuat Anda 
cepat mati; bahkan justru sebaliknya.

  Pada 2012, New England Journal of Medicine melaporkan kesehatan 400.000 orang 
Amerika dalam 13 tahun.

  Ilmuwan menemukan bahwa orang-orang yang minum antara tiga sampai enam 
cangkir kopi sehari akan 10% lebih kecil peluangnya meninggal dalam periode 13 
tahun itu, dan lebih sedikit terkena penyakit jantung, stroke, diabetes dan 
infeksi.

  Dengan mempertimbangkan serangkaian penelitian yang mengecek kesehatan lebih 
dari satu juta orang, sebuah kajian pada 2014 memberi gambaran serupa: 
orang-orang yang minum empat cangkir kopi sehari punya 16% kemungkinan yang 
lebih kecil untuk mati karena penyakit.

  Harap ingat, bahwa ini hanyalah pengamatan.

  Meski ada faktor-faktor lain yang diperiksa, kita tak tahu apakah kopi bisa 
melindungi jantung, atau ada penjelasan lain yang masih tersembunyi.

  Mungkin orang-orang yang sehat menjadi lebih tertarik pada kopi, tapi soal 
"kecanduan", kopi tak berbahaya.

  Singkatnya? Mungkin bukan ramuan ajaib seperti yang diklaim beberapa orang, 
tapi berdasar fakta ini, setidaknya Anda bisa menikmati espresso di pagi hari 
tanpa rasa bersalah.

  Makanannya: Gandum
  <clip_image003[2].jpg>

  Image copyrightGlory Foods Flickr CC BY 2.0Image caption Hanya sejumlah kecil 
orang yang memiliki alergi terhadap gluten.

  Ketakutannya: Fenomena “grain brain” atau "otak gandum" yang menyebabkan 
Alzheimer's.

  Faktanya: Pertama-tama, sejumlah kecil orang - sekitar 1% dari populasi 
manusia - memang punya alergi gluten yang dikenal sebagai penyakit celiac, dan 
bisa merusak usus dan menyebabkan kekurangan gizi.

  Yang lainnya mungkin tak mengidap penyakit celiac, tapi "sensitif" pada 
gandum; meski mereka tak memperlihatkan gejala jika hanya makan gandum dalam 
jumlah kecil, tapi mereka merasa tak nyaman jika makan roti terlalu banyak.

  Penjelasan atas "sensitivitas akan gluten yang bukan merupakan penyakit 
celiac" cukup kontroversial: mungkin bukan sensitif akan gluten yang ada di 
gandum, tapi pada gula dan protein yang juga ditemukan di berbagai makanan 
lain, seperti buah dan bawang.

  Jika benar, maka berhenti makan gandum tak akan mengurangi gejala penyakit.

  Lalu ada juga orang-orang yang makan bebas-gluten meski takmengalami gejala 
alergi gandum, karena mereka melihat gandum sebagai racun.

  Seperti kata Peter Green dari Columbia University baru-baru ini, "Orang-orang 
yang mempromosikan anti-gandum atau anti-gluten sering mengutip penelitian kami 
soal penyakit celiac, mengambil kesimpulan yang luas yang melebihi obat 
berbasis-bukti."

  Satu klaim yang populer misalnya, makanan yang terbuat dari gandum akan 
memicu radang di seluruh tubuh, yang kemudian memicu "kabut otak" dan 
meningkatkan risiko kondisi serius seperti Alzheimer's.

  Meski diet yang padat karbohidrat dan gula bisa, seiring waktu, menyebabkan 
kerusakan saraf, tapi gandum masih lebih baik daripada sumber energi lain, 
seperti kentang, karena melepaskan gula secara perlahan.

  Singkatnya? Manusia sudah makan gandum selama sedikitnya 10.000 tahun - dan, 
kecuali Anda sudah dites alergi, tak ada alasan untuk berhenti makan gandum 
sampai ada bukti lebih lengkap.

  Makanannya: Mentega, keju dan susu full-fat
  <clip_image004[2].jpg>

  Image captionSelama ini, produk susu seperti keju dan mentega dikhawatirkan 
meningkatkan kolesterol dalam darah.

  Ketakutannya: Produk susu bisa menyumbat aliran darah dan menyebabkan 
serangan jantung.

  Faktanya: Selama beberapa dekade, pesannya sederhana: lemak "saturasi" dari 
keju, mentega dan susu full-fat bisa meningkatkan kolesterol di darah dan bisa 
menyebabkan serangan jantung.

  Atas alasan ini, banyak organisasi kesehatan yang mendorong kita untuk 
mengganti mentega dengan margarin dan minyak sayur, mengganti lemak saturasi 
dengan "poly-unsaturate" yang biasanya ditemukan di diet Mediterranea (yang 
sering disebut sehat).

  Tapi dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat serangkaian temuan yang 
membingungkan dan membantah apa yang kita yakini selama ini.

  Dengan menimbang segala buktinya, satu kajian besar di Annals of Internal 
Medicine baru-baru ini menyimpulkan bahwa "konsumsi lemak saturasi yang tinggi 
tidak berdampak pada penyakit jantung koroner".

  Lagi-lagi ini hanyalah studi pengamatan, tapi satu tim mengujinya dengan 
rencana yang disusun hati-hati, dan memberi objek penelitian keju Gouda dengan 
27% lemak setiap hari selama delapan minggu.

  Pada akhir pengujian, mereka punya tingkat kolesterol yang lebih rendah 
daripada mereka yang makan keju alternatif yang nol-lemak.

  Temuan yang paling aneh?

  Meski susu full-fat dan mentega padat kalori, orang-orang yang mengkonsumsi 
produk susu full-fat tidak lebih mungkin menjadi obesitas daripada mereka yang 
minum susu semi-rendah lemak; 12 penelitian terpisah malah menemukan bahwa 
mereka yang mengkonsumsi full-fat malah lebih ramping.

  Mungkin saja lemak membantu mengatur metabolisme, artinya Anda membakar 
energi lebih efisien; atau produk susu full-fat mengunci rasa lapar lebih lama, 
sehingga kita menjadi tidak berminat dengan camilan yang tak sehat.

  Singkatnya? Kami tak tahu sebabnya, tapi "full-fat" mungkin malah menguruskan.

  Makanannya: Susu pasteurisasi
  <clip_image005[2].jpg>

  Image copyrightIntrinsicImageFlickrCC BYNCND 2.0Image caption Susu full-fat 
ternyata tak berdampak lebih buruk daripada susu rendah lemak.

  Ketakutannya: Pasteurisasi bisa menimbulkan ekzema, asma dan gangguan 
kekebalan lainnya.

  Faktanya: Bukan hanya susu full-fat yang mendapat kritikan.

  Asumsi umum adalah, semakin "alami" suatu makanan, pasti akan semakin sehat, 
dan ini mendorong orang untuk menyingkirkan susu pasteurisasi.

  Mereka yang mendukung teori ini mengatakan bahwa pasteurisasi merusak 
berbagai nutrisi berguna dalam susu, termasuk protein yang bisa melindungi kita 
dari alergi. Mereka percaya proses pasteurisasi juga membunuh mikroba "baik" 
dalam susu yang bisa menambah mikrobiome dalam lambung, membantu pencernaan, 
menguatkan sistem kekebalan dan melindungi dari kanker.

  Meski begitu banyak dokter yang percaya ini terlalu prematur. Pemanasan dalam 
suhu rendah yang ada di pasteurisasi seharusnya menjaga semua nutrisi tetap 
ada, dan sepertinya tak mungkin bakteri ramah dalam susu mentah bisa membawa 
keuntungan: koloninya harus ribuan kali lebih besar agar bisa bertahan dari 
proses pencernaan dan terbawa ke usus.

  Dan meski ada beberapa bukti tentatif yang menyatakan bahwa orang yang minum 
susu mentah saat anak-anak cenderung mengalami alergi yang lebih sedikit, sulit 
untuk memastikan bahwa ini adalah dampak dari susu, dan bukan karena banyak 
dari mereka hidup di peternakan.

  Dengan hidup di antara banyak hewan, tubuh mereka mungkin terlatih menghadapi 
alergen pada usia muda, sehingga mengurangi risiko alergi mereka saat dewasa.

  Terlebih lagi, minum susu mentah bisa berbahaya: ada alasannya kenapa susu 
dipasteurisasi, untuk membunuh mikroba yang bisa menyebabkan penyakit serius, 
seperti TBC, Salmonella dan E coli.

  Singkatnya? Jika Anda tak mau terkena infeksi parah, lebih baik menunggu 
bukti untuk mendukung klaim berlebihan itu.

  Makanannya: Telur
  <clip_image006[2].jpg>

  Image copyrightDoug Flickr CC BY NC ND 2.0Image caption Telur dianggap bisa 
menyumbat pembuluh darah dengan kolesterol.

  Ketakutannya: Serangan jantung.

  Faktanya: Seperti halnya susu full-fat, telur dulu dianggap bisa menyumbat 
pembuluh darah dengan kolesterol dan meningkatkan risiko penyakit jantung. 
Mungkin benar, tapi jika Anda sehat, makan tujuh telur seminggu tak mengalami 
dampak kesehatan.

  Singkatnya? Selain risiko kentut dan sembelit, telur adalah sumber protein 
yang aman dan penting.

  Makanannya : Minuman ringan “Diet”
  <clip_image007[2].jpg>

  Image copyrightZeev BarkanFlickrCC BY 2.0Image caption Lebih baik yang mana, 
gula asli atau pemanis buatan?
  Ketakutannya: Pemanis buatan bisa meningkatkan risiko kanker.

  Faktanya: Kita sudah tahu bahwa gula yang terlalu banyak bisa menyebabkan 
obesitas, diabetes dan penyakit jantung -- tapi bagaimana dengan pemanis buatan 
yang kita tambahkan ke minuman "diet" untuk mengurangi dampak dari gula asli? 
Ketakutan terbesar adalah pemanis buatan mendorong pertumbuhan tumor.

  Namun seperti kata Claudia Hammon dari BBC Future, risikonya mungkin 
dilebih-lebihkan; penelitian mendalam yang dilakukan Institut Kanker AS tak 
menemukan ada peningkatan risiko kanker otak, leukaemia atau limfoma pada orang 
yang mengkonsumsi aspartam, pemanis buatan paling umum, dan hal yang sama juga 
terjadi pada pengganti gula.

  Meski begitu ada kemungkinan pemanis buatan bisa mendorong kekebalan glukosa 
dan diabetes tipe 2 -- meski belum terbukti. (Selain itu, Hammond juga 
membantah teori bahwa gelembung pada minuman ringan berbahaya, dan membongkar 
klaim bahwa gelembung soda bisa melukai perut dan melemahkan tulang.)

  Singkatnya? Pemanis buatan lebih baik dari gula -- tetap ada risikonya, tapi 
masih lebih sehat daripada gula asli.

  Versi bahasa Inggris tulisan ini bisa Anda baca di Are any foods safe to eat 
anymore? Here's the truth di laman BBC Future




  -- 
  Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google 
Grup.
  Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
  Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.



  -- 
  You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
  To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
  To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
  To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/CAJKLYGZ8JJHSse5DA89W0v4FWP9tAGbu_y8s%2BHVK6_UQkoSNMQ%40mail.gmail.com.
  For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

  -- 
  You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
  To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
  To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
  To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/BLU181-W62206AA52B3EA0058F77A9B6990%40phx.gbl.
  For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

-- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "Grup 
Independen" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/4CB368EE-B416-4C98-BBCE-683A9BF2B166%40yahoo.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke