Pak Jaya yang selalu saya hormati,
Saya tidak sangat antusias  meyambut tindakan Ahok menggusur perumahan rakyat 
di wilayah Pasar Ikan untuk  membangun sesuatu yang baru yang lebih teratur dan 
beradab.Tapi bahwa Ahok juga menyediakan secara memadai perumahan baru rusun 
sebagai pengganti rumah-rumah yang digusur , saya juga tidak bisa menuduh 
perbuatan Ahok sebagai tukang gusur, anti orang miskin dsb,dsb. Satu hal saya 
setuju dengan Ahok: dia tidak mau meng-awetkan (mengkonservasi) kawasan kumuh, 
daerah pelacuran yang dikuasi mafia, daerah pinggir kali yang konstan diancam 
banjir. Saya setuju peradaban Indonesia berangsur dipromosi dan dipertinggi 
asalkan jaminan Negara (dalam hal ini Ahok sebagai Gubernur) terhadap semua 
kerugian dan kesulitan rakyat yang menjadi korban, mutlak harus dilaksanakan 
dan dibuktikan dalam tindakan dan selalu dalam kontrol sosial seluruh rakyat.
Tentu banyak penentang Ahok berpikir lain dan tidak lagi bisa obyektif dari 
segi politik maupun ekonomi. Justru mereka sudah tidak mau bertolak dari 
kepentingan rakyat yang sesungguhnya, tapi hanya bertolak secara a priory 
menentang dan melawan Ahok. Mereka mendramatisir apa yang mereka  lukiskan 
sebagai korban penggusurun akibat politik Ahok yang anti orang miskin, dsb,dsb. 
Ini tidak lebih dari kemunafikan dan pemutar balikan serta menyebar kebencian 
yang super kontraproduktif di kalangan rakyat dan juga persatuan Indonesia. 
Mereka buta tuli terhadap semua apa yang sudah disiapkan dan diatur dalam 
bentuk perumahan yang sudah sedia ada, kemudahan-kemudahan lainnya yang mungkin 
diberikan. Melihat  dengan sebelah mata pada kenyataan yang tidak menguntungkan 
kepentingan sendiri adalah kebiasaan kaum reaksioner. Pak Jaya mungkin tahu, 
secara pandangan politik, saya berseberangan jauh dengan Ahok. Ahok itu anti 
komunis. Namun tindakan Ahok yang positif, tentu saya tidak bisa menutup mata  
menulikan telinga selama Ahok tetap bertindak seiring sejalan dengan 
kepentingan rakyat. Kalau dia menyimpang, saya dengan serta merta akan 
menentangnya seperti apa yang saya lakukan terhadap Jokowi. Kalau seorang yang 
anti komunis tapi berbuat positip , membantu dan mengutamakan kepentingan 
rakyat, mengapa harus saya tentang? mengapa tidak saya sokong. Yang tidak anti 
komunis tapi punya kebiasaan korupsi, merugikan kepentingan rakyat, suka 
munafik,  nah itu yang harus ditentang dan dilawan.Ini bukan hanya pendirian 
saya tapi pendirian semua komunis yang masih normal.
Salamm hangat dari saya,
ASAHAN AIDIT.

From: Jaya Suprana 
Sent: Tuesday, April 12, 2016 4:04 AM
To: group-indepen...@googlegroups.com 
Cc: Group Diskusi Kita ; alumnas-oot ; alumnilemhana...@yahoo.com 
Subject: Re: #sastra-pembebasan# Trs: [nasional-list] 4 Negara Sosialis Ini 
Lakukan Revolusi Kesehatan

Pak Asahan seharusnya kemarin Senin pagi berada di Pasar Ikan untuk melihat 
bagaimana rakyat miskin papa ditertibkan (istilah eufemisme utk digusurkan ) di 
bawah ancaman 4500 aparat "keamanan" satpol, polisi, brimob, intel, TNI seolah 
berperang melawan tentara penjajah demi pembangunan infra struktur yang gilang 
gemilang sebab Jakarta akan dijadikan New-Singapore yang lebih keren ketimbang 
Singapore . Salam hormat dari jaya suprana


jaya suprana


Pada 12 April 2016 06.59, Salim Said <bungsali...@gmail.com> menulis:


  ---------- Forwarded message ----------
  From: A. Alham <a.alham1...@kpnmail.nl>
  Date: 2016-04-12 0:41 GMT+07:00
  Subject: Re: #sastra-pembebasan# Trs: [nasional-list] 4 Negara Sosialis Ini 
Lakukan Revolusi Kesehatan
  To: diskusi-k...@googlegroups.com, group-indepen...@googlegroups.com, 
rumahkitabers...@yahoogroups.com, sastra-pembeba...@yahoogroups.com, 
wahana-n...@yahoogroups.com, inti-net@yahoogroups.com



  Kuba mementingkan SOSIALISME HEBAT bagi jaminan sosial rakyatnya. Indonesia 
mementingkan” INDONESIA HEBAT” bagi kepentingan kaum borjuis-neoliberalis. 
Indonesia disebut negara kaya meskipun rakyatnya amat miskin. Kuba disebut 
miskin tapi rakyatnya kaya dengan jaminan sosial yang merata. Kuba memilih agar 
rakyatnya kenyang, berpakaian sederhana, kendaraan reot tapi bangsa mereka 
sehat bugar. Indonesia memilih bangun ibu kota mentereng, penguasa negara kaya 
raya, pembangunan  infrastruktrur gemilang gemerlapan tapi rakyatnya tetap 
gembel meskipun sudah lebih setengah abad “merdeka”  dan hanyalah bangsa sakit 
yang tak mampu membeli obat. APAKAH INI PILIHAN RAKYAT ATAU PILIHAN PENGUASA? 
ATAU RAKYAT YANG SALAH PILIH?
  ASAHAN AIDIT


  From: mailto:sastra-pembeba...@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, April 11, 2016 3:39 PM
  To: Yahoo! Inc. ; Jaringan Kerja Indonesia ; Sastra Pembebasan ; Yahoo! Inc. 
; Yahoo! Inc. ; DISKUSI FORUM HLD 
  Subject: #sastra-pembebasan# Trs: [nasional-list] 4 Negara Sosialis Ini 
Lakukan Revolusi Kesehatan

    



  Pada Senin, 11 April 2016 11:25, "'Chan CT' sa...@netvigator.com 
[nasional-list]" <nasional-l...@yahoogroups.com> menulis:




    
  4 Negara Sosialis Ini Lakukan Revolusi Kesehatan


  Kesehatan adalah hak dasar setiap manusia. Itu juga dijamin dalam Konstitusi 
kita. Kendati demikian, belum semua warga negara Indonesia bisa mengakses 
layanan kesehatan yang adil dan berkualitas.
  Di Indonesia, yang sistim kesehatannya berorientasi bisnis, layanan kesehatan 
itu tidak murah. Ada banyak cerita tentang pasien miskin yang ditolak rumah 
sakit. Kalaupun sekarang ada yang namanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 
(BPJS), rakyat tetap harus keluar uang.
  Itupun ada kelas-kelasnya berdasarkan besaran iuran: kelas III dengan iuran 
Rp 25.500; kelas II dengan iuran Rp 51 ribu; dan kelas I dengan iuran Rp 80 
ribu. Dan setiap kelas memperlihatkan perbedaan kualitas layanan. Itulah wajah 
sistim jaminan kesehatan nasional kita: berbayar dan berkelas-kelas.
  Nah, mari kita lihat sistim kesehatan di empat negara di Amerika Latin: Kuba, 
Venezuela, Ekuador, dan Bolivia. Yang menarik, keempat negara sosialis ini 
menjadikan layanan kesehatan sebagai hak dasar bagi setiap warga negaranya.
  Kuba: mengutamakan pencegahan
  Layanan kesehatan di Kuba bersifat universal dan gratis. Tidak mengenal 
diskriminasi apapun. Bagi pemerintah Kuba, kesehatan adalah hak azasi manusia 
yang paling mendasar.
  Yang revolusioner dari sistim kesehatan Kuba adalah pendekatannya: 
mengutamakan pencegahan. Artinya, negara dituntut memastikan kondisi sosial, 
ekonomi, dan lingkungan untuk memastikan rakyatnya tidak rentan terhadap 
penyakit.
  Untuk mewujudkannya, Kuba menerapkan yang disebut “dokter keluarga”. Di Kuba, 
dokter tinggal dan hidup di tengah-tengah rakyat. Mereka hidup di tengah 
komunitas yang dilayaninya. Di situ mereka melayani, mengawasi, dan memeriksa 
kesehatan rakyat di komunitasnya. Tak jarang, dokter-dokter ini datang mengetuk 
rumah-rumah penduduk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
  Berkat komitmen pemerintah Kuba atas kesehatan rakyatnya, tenaga dokter di 
Kuba melimpah. Di Kuba, 67 dokter melayani 10.000 orang. Lebih tinggi dari AS 
dengan 25 doktor per 10.000 orang. Malahan, ada 50.000 dokter Kuba yang dikirim 
ke 66 negara lain untuk misi solidaritas dan kemanusiaan.
  Tidak hanya itu, anggaran kesehatan Kuba tidak pernah di bawah 10 persen dari 
APBN-nya. Ketika dicekik krisis, Kuba memilih memangkas belanja militernya 
ketimbang kesehatan. Anggaran kesehatan yang besar itu memungkinkan Kuba bisa 
mengembangkan teknologi kesehatannya.
  Prestasi kesehatan Kuba menakjubkan. Angka kematian bayi (infant mortality 
rate) di Kuba berada di bawah lima bayi per seribu kelahiran. Ini termasuk yang 
terendah di dunia (lebih rendah dari AS dan Kanada). Kuba juga menjadi negara 
pertama di dunia yang menghapuskan penularan HIV dan Sipilis dari Ibu ke anak. 
Angka harapan hidup orang Kuba adalah 78 tahun.

  Venezuela: revolusi sektor kesehatan
  Sebelum pemerintahan Hugo Chavez, anggaran kesehatan selalu di bawah 2 persen 
dari PDB. Saat itu, jumlah rakyat Venezuela yang bisa mengakses layanan 
kesehatan dasar hanya 21,5 persen. Tak hanya itu, ada 21 persen penduduk 
Venezuela yang kekurangan gizi. Privatisasi kesehatan di Venezuela menyuburkan 
layanan kesehatan yang sekedar mencari laba. Kesehatan hanya bisa diakses 
dengan kartu kredit dan asuransi. Klinik dan rumah sakit swasta menjamur. 
Tentunya dengan biaya selangit. Sedangkan rumah sakit umum, yang tarifnya lebih 
murah, kebanjiran pengunjung.
  Begitu Chavez berkuasa, sektor kesehatan mengalami revolusi. Melalui 
konstitusi yang disahkan tahun 1999, kesehatan dinyatakan sebagai hak dasar 
rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara. Lalu, seiring dengan mandat konstitusi, 
Chavez mendeklarasikan “sistem kesehatan baru”, yang dimaksudkan untuk 
mendemokratiskan layanan kesehatan dan menjadikan kesehatan sebagai hak rakyat 
paling fundamental.
  Pada tahun 2000, Chavez lansung meluncurkan proyek Bolivar 2000, dengan 
dukungan militer, yang memberikan layanan kesehatan bagi mereka yang paling 
membutuhkan. Program ini diprioritaskan untuk mereka yang selama bertahun-tahun 
menunggu operasi tapi tidak pernah ada uang dan kesempatan yang diberikan oleh 
negara.
  Pada tahun 2003, Chavez meluncurkan program Barrio Adentro I, yakni pembukaan 
klinik-klinik kesehatan di komunitas. Klinik-klinik ini memberikan layanan 
kesehatan kepada rakyat di setiap perkampungan (barrio) tanpa dipungut biaya. 
Kemudian, pada tahun 2005, Chavez meluncurkan misi Barrio Adentro II, yakni 
pembangunan klinik kesehatan yang disebut “Pusat Diagnosa Komprehensif (CDI)”, 
yang dilengkapi teknologi, dokter spesialis, dan lain-lain.
  Sebelum Chavez berkuasa, Venezula butuh empat dekade untuk membangun 5,081 
klinik kesehatan. Di era Chavez, 13 tahun revolusi Bolivarian berhasil 
membangun 13,721 klinik kesehatan. Pembukaan klinik-klinik kesehatan gratis itu 
membuat mayoritas rakyat Venezuela bisa mengakses layanan kesehatan 
berkualitas. Tahun 1997, hanya 21 persen rakyat Venezuela yang mengakses 
layanan kesehatan dasar. Pada tahun 2007, hanya 8 tahun setelah Revolusi, 
sebanyak 95% rakyat Venezuela bisa mengakses layanan kesehatan.
  Layanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah ini juga berkualitas dan 
memuaskan rakyat. Survei dari Institut Statistik Nasional (INE) menyebutkan, 
sebanyak  81.8 persen warga menggunakan sistem kesehatan publik. Survei juga 
menyebutkan, sebanyak 93.5 persen rakyat Venezuela pernah menggunakan layanan 
Barrio Adentro.
  Selain misi Barrio Adentro, sejak tahun 2004 lalu, Venezuela juga meluncurkan 
misi Miracle yang memberikan pengobatan gratis kepada 1,5 juta rakyat Venezuela 
yang menderita penyakit katarak atau penyakit mata lainnya. Pada tahun 2008, 
Chavez juga punya misi sosial untuk para penyandang cacat. Pada tahun 2010, 
Venezuela juga meluncurkan Smile Mission, yang memberikan layanan gratis untuk 
kesehatan gigi rakyat.
  Tak hanya itu, untuk mencetak tenaga dokter, Chavez membuka pintu-pintu 
Universitas selebar-lebarnya agar rakyat bisa belajar ilmu kedokteran. Ini 
dicapai melalui mission sucre, yang memberikan kesempatan pemuda-pemuda untuk 
belajar di Universitas dengan biaya gratis. Kemudian, melalui Medicina Integral 
Comunitaria (MIC) alias Universitas Tanpa Tembok, pemerintah menyelenggarakan 
kursus kesehatan gratis, yang menyeimbangkan antara teori dan praktek, di semua 
klinik Barrio Adentro. Melalui program ini, anak-anak muda dan rakyat biasa di 
sekitar klinik diajari sistim pengobatan komprehensif berbasis komunits.
  Dengan program itu, Venezuela mencetak tenaga dokter revolusioner, yang siap 
bekerja di mana saja. Saat ini, rasio dokter di Venezuela meningkat dari 20 
orang dokter per 100.000 penduduk pada 1999 menjadi 80 orang dokter per 100,000 
penduduk pada 2010, atau meningkat hingga 400 persen.
  Ekuador: biaya murah tapi berkualitas
  Tahun 2008, di bawah pemerintahan Rafael Correa, Ekuador menerapkan 
konstitusi baru. Konstitusi itu menegaskan kesehatan sebagai hak rakyat dan 
wajib dipenuhi oleh negara. Menariknya lagi, menurut konstitusi itu, pemenuhan 
hak kesehatan harus berbarengan dengan hak dasar lainnya, seperti hak atas air, 
pangan, pendidikan, olahraga, pekerjaan, jaminan sosial, kesehatan lingkungan 
dan segala hal yang mempromosikan kesejahteraan.
  Untuk mencapai tujuan itu, Correa pun meningkatkan belanja kesehatan 
negerinya. Antara 2007 hingga 2014, Ekuador menggelontorkan 9 milyar USD untuk 
sektor kesehatan. Bandingkan dengan era sebelumnya: empat pemerintahan digabung 
hanya membelanjakan 2,6 milyar USD.
  Infrastruktur kesehatan publik juga diperbaiki, terutama di daerah pedesaan 
dan daerah terpencil. Sejak tahun 2007, sudah 46 pusat kesehatan dan 12 rumah 
sakit baru dibangun. Sebelumnya rumah sakit publik Ekuador sudah ada 140 buah.
  Meningkatnya jumlah rumah sakit dan pusat kesehatan publik itu memberikan 
ruang kepada jutaan rakyat Ekuador yang sebelumnya dikecualikan/terpinggirkan, 
baik karena faktor jarak/geografi, kemiskinan dan diskriminasi, untuk 
mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.
  Bolivia: layanan medis gratis untuk semua
  Bolivia, yang mayoritas penduduknya masyarakat asli/pribumi, berjibaku keluar 
dari kemiskinan. Lebih dari 60 persen penduduknya hidup di bawah garis 
kemiskinan. Dan tentu saja, mereka sulit mengakses layanan kesehatan. 
Masyarakat pribumi nyaris tidak pernah disentuh oleh layanan kesehatan.
  Tahun 2013 lalu, di bawah pemerintahan Evo Morales, Bolivia meluncurkan 
program kesehatan yang disebut “Mi Salud” (Kesehatanku). Program ini memberikan 
layanan medis gratis kepada setiap rakyat Bolivia di seantero negeri.
  Tahun pertama, program ini berhasil memberikan layanan kesehatan gratis 
kepada 500 ribu orang di kota El Alto, tempat di mana program ini dimulai. Dan 
sejak itu program ini telah diperluas ke kota-kota lain dan pelosok-pelosok 
kampung.
  Memang, dibandingkan dengan Kuba, Venezuela, dan Ekuador, Bolivia agak 
tertinggal di belakang. Namun, program itu menunjukkan itikad kuat pemerintah 
Bolivia untuk mewujudkan mandat konsitusi-nya: kesehatan adalah hak dasar 
setiap warga negara.
  Raymond Samuel


  Sumber Artikel: 
http://www.berdikarionline.com/4-negara-sosialis-ini-lakukan-revolusi-kesehatan/#ixzz45VMeMVO0
 
  Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook



  
  -- 
  Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google 
Grup.
  Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
  Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.



  -- 
  You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
  To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
  To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
  To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/CAJKLYGZxi_ohhGyWquJwub%3Dwug1sQjFRm15rcRTxH%2BzT5bpQ1g%40mail.gmail.com.
  For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.


-- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "Grup 
Independen" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/CALcuTPQCjkcN3M5SsbowhZ39CMRC9RN%3D1PJWhwmv9NBivatiKA%40mail.gmail.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke