Tidak ada hubungannya karakter bangsa dengan
pelarangan Perda Syari'ah.

Dalam sistem syari'ah yang benar minuman keras/mabuk,
perjudian, perzinahan/pelacuran, pornografi bahkan
pencurian/korupsi dilarang.  Adakah yang negatif dari
itu?

Jika minuman keras dibebaskan orang kerjanya hanya
akan mabuk dan otak rusak karena kecanduan. Yang
berjudi menghabiskan uangnya di meja judi ketimbang
untuk belanja keluarga atau usaha.

Suami yang pergi ke tempat pelacuran akan menularkan
berbagai penyakit seperti herpes, sipilis, bahkan AIDS
ke istrinya. Adakah para istri yang jadi anggota di
milis ini bangga/senang jika suaminya rajin pergi ke
tempat pelacuran?

Pencurian/korupsi dalam Islam juga dilarang.
Hukumannya tegas: potong tangan. Dan hukum
dilaksanakan tanpa pandang bulu. Nabi berkata, jika
yang mencuri adalah Fatimah anaknya, maka dia sendiri
yang akan memotong tangannya.

Agar maju bukan sistem syari'ah yang positif dilarang
atau membiarkan minuman keras, perjudian,
pelacuran/pornografi merajalela. Kalau perjudian,
minuman keras/mabuk-mabukan, pelacuran,
pencurian/korupsi merajalela bangsa kita malah akan
hancur. Justru kita harus menghilangkan sisi yang
negatif agar karakter kita bisa baik.

Selain itu mental bahwa bangsa kita tidak mampu,
bangsa kita belum mampu (misalnya dalam berbagai kasus
pengelolaan migas dan hasil tambang lainnya) itu harus
dihilangkan. Tanamkan keyakinan bahwa kita bisa. Pasti
ada cara.

Bukankah bangsa Amerika ketika sama sekali belum
pernah ada orang yang melakukan pertambangan minyak di
abad 18 mereka berani melakukannya meski mungkin
sebelumnya mengalami banyak kegagalan?

Thomas Alva Edison seribu kali gagal sebelum akhirnya
menemukan lampu listrik. Jika kita mungkin 5-7 kali
gagal saja sudah menyerah.

Jadi agar maju tanamkan mental bahwa kita bisa, tidak
mudah menyerah, jujur, dan tidak ada kompromi untuk
pencurian/korupsi dan hal negatif lainnya.


--- Jehan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Halo rekans semua, assalamu'alaikum dan salam
> sejahtera. Ini ada renungan menarik dari om Josef.
> secuil tanggapan saya ada di bawahnya. - jehan
> 
> 
> 
> SUARA PEMBARUAN DAILY
> -------------------------------------------------
> 
> Josef P Widyatmadja
> 
> Berapa pun besar bantuan luar negeri dikucurkan,
> berapa pun utang luar negeri diperoleh, berapa pun
> tenaga ahli dikirimkan, akan sia-sia kalau bangsa
> Indonesia gagal melakukan "character and nation
> building".
> 
> 
> ejak jatuhnya Orde Baru, perekonomian Indonesia
> masih
> terpuruk dan bergantung pada CGI. Kehidupan politik,
> budaya dan ideologi bangsa juga sedang mengalami
> krisis. Kesatuan wilayah dan hati bangsa Indonesia
> makin terpecah belah setelah era reformasi. Upaya
> perbaikan nasib rakyat bukan makin baik tapi makin
> menyedihkan. Lalu apa yang di perlukan oleh bangsa
> Indonesia untuk keluar dari krisis? 
> 
> Utang lebih banyak pada negara CGI seperti yang
> dilakukan tim ekonomi Indonesia dari Soeharto hingga
> Yudhoyono. Membuka pasar lebar-lebar kepada investor
> asing untuk menguras tambang di Freeport dan blok
> Cepu
> dengan harapan akan mendatangkan devisa? Lalu kalau
> investor didatangkan, apakah perlu dipertaruhkan
> nasib
> buruh dan petani sebagai tumbal bangsa demi mencapai
> pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional? Apakah
> datangnya investor dan pinjaman utang baru mampu
> mengakhiri krisis Indonesia bangsa yang multi
> dimensi?
> 
> 
> Memang untuk membangun ekonomi Indonesia membutuhkan
> investor dan sumber daya manusia dari luar. Tapi
> mendatangkan investor dan utang lebih banyak tak
> akan
> banyak menolong kalau karakter bangsa tidak
> diperbaiki. Krisis utama bangsa Indonesia bukan
> sekadar krisis ekonomi dan negara kesatuan tapi juga
> krisis kebangsaan khususnya karakter bangsa.
> 
> 
> Kebanggaan yang Sirna
> 
> Bagi banyak orang yang pernah hidup dalam tahun lima
> puluhan sampai tahun enam puluh lima, betapa bangsa
> Indonesia memiliki kebanggaan ketika Indonesia
> berhasil menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika di
> Bandung tahun 1955. Disusul kemudian berbagai
> konferensi seperti konferensi wartawan Asia-Afrika,
> penulis Asia Afrika dan Konferensi Mahasiswa
> Asia-Afrika. Semua orang Indonesia tak peduli dia
> itu
> Batak atau Jawa, keturunan Tionghoa atau India,
> Kristen maupun Islam merasa bangga menjadi bangsa
> Indonesia. 
> 
> Semua merasa dilindungi dan bebas dari dianaktirikan
> karena agama dan sukunya. Tidak ada pertikaian dan
> kekerasan yang berarti di antara suku dan agama yang
> berbeda. Indonesia melalui kepemimpinan Bung Karno
> bisa menjadi obor yang memberikan harapan tidak
> hanya
> kepada bangsa Indonesia tapi juga bangsa yang masih
> di
> bawah belenggu penjajahan. Nama Bung Karno cukup
> hidup
> di benak hati rakyat di Asia, Afrika, dan Amerika
> Latin. 
> 
> Salah satu yang dilakukan Bung Karno pada waktu itu
> dan yang tidak dilakukan oleh Soeharto dan
> penggantinya adalah melakukan "character and nation
> building". Siapa tak bangga pada waktu itu memiliki
> Presiden Indonesia Bung Karno? Pembangunan karakter
> bangsa adalah fondasi untuk memperbaiki krisis
> bangsa.
> Kalau karakter bangsa sudah rusak maka bangsa itu
> akan
> menjadi cemooh bangsa lain, diejek dan diremehkan
> oleh
> kekuatan asing. Pembangunan sosial, ekonomi,
> politik,
> kebudayaan memerlukan pembangunan karakter bangsa. 
> 
> Berapa pun besar bantuan luar negeri dikucurkan,
> berapa pun utang luar negeri diperoleh, berapa pun
> tenaga ahli dikirimkan akan sia-sia kalau bangsa
> Indonesia gagal melakukan "character and nation
> building". Yang ada setelah enam puluh tahun
> merdeka,
> utang makin membumbung, korupsi makin merajalela,
> pejabat bisa dibeli, rasa persatuan sebagai bangsa
> mulai luntur, ke- kerasan antarsuku dan antaragama
> menjamur. Bangsa Indonesia diremehkan dalam
> percaturan
> global.
> 
> 
> Peran Agama dan Pendidikan
> 
> Agama dan pendidikan seyogianya menjadi pilar dalam
> pembangunan karakter bangsa. Tapi sayang banyak
> pihak
> telah menyalahgunakan peran agama dan pendidikan
> dalam
> kehidupan berbangsa dan bernegara. Orang lebih
> mengutamakan simbol, ritual, dan kekuasaan daripada
> hikmah dan makna agama dalam membangun karakter
> bangsa.
> 
> Munculnya beberapa Perda atau Rancangan
> Undang-Undang
> yang bernuansa keagamaan dan golongan telah
> mengkhawatirkan banyak tokoh kebangsaan di tanah
> air.
> Rupanya negara kebangsaan mulai diabaikan oleh
> beberapa pemimpin politik dan agama. Mereka lebih
> mengutamakan simbol dan syariah agama sebagai agenda
> politik dari pada memajukan bangsa dan negara
> Indonesia. Simbol dan syariah agama dianggap lampu
> Aladin yang mampu menyulap karakter dan kemajuan
> bangsa. Banyak yang khawatir bahwa Indonesia di atas
> kertas masih mengakui negara kebangsaan tapi dalam
> praktek sedang menuju menjadi negara yang
> berorientasi
> keagamaan. 
> 
> Kemajemukan suku dan agama mulai diabaikan dan
> beberapa pemimpin mulai menonjolkan dikotomi
> mayoritas
> dan minoritas berdasarkan keagamaan atau suku.
> Kemayoritasan agama membuat sekelompok pemimpin
> agama
> dan politik menuntut agar pemerintah ikut campur
> tangan dalam menegakkan syariah agama bagi
> pemeluknya
> melalui seperangkat peraturan daerah. Ketika bencana
> alam terjadi di Aceh, Nias, dan Yogyakarta
> solidaritas
> sebagai anak bangsa dan manusia dinomorduakan dan
> yang
> muncul adalah prasangka keagamaan dan golongan. 
> 
> Dalam kehidupan berbangsa orang tak lagi melihat
> lagi
> apakah seseorang itu mampu menunaikan tugas dan
> kewajiban negara tapi pertanyaannya menjadi apakah
> seseorang itu seagama dengan dirinya. Jabatan publik
> sering sulit diberikan atau dipersoalkan ketika
> seseorang bukan merupakan bagian mayoritas agama di
> negeri ini. Ketika ada pengusutan terhadap pelaku
> korupsi dan kejahatan maka solidaritas golongan dan
> keagamaan dimunculkan sehingga kasus kejahatan dan
> korupsi harus dipetieskan dan mandeg di tengah
> jalan. 
> 
> Untuk mengatasi krisis karakter bangsa memang tak
> mudah. Tak bisa diselesaikan dalam sekejap mata. Di
> sinilah peranan pemimpin bangsa, agama, masyarakat,
> dan pendidikan sangat menentukan. Sejauh ini
> pemimpin
> agama dan pemerintah gagal membangun karakter bangsa
> karena para pemimpinnya lebih menonjolkan
> kepentingan
> partai, agama, dan golongan. 
> 
> Selain itu, lembaga agama dan pendidikan yang
> seyogianya menjadi tumpuan untuk menjadi kawah
> candra
> di muka gagal melaksanakan peran dan tugas mereka
> dalam membangun karakter dan kemajuan bangsa.
> Dibutuhkan terobosan untuk membangun Indonesia dari
> keterpurukan kalau bangsa Indonesia berkehendak
> disegani dan dihormati oleh bangsa di dunia. 
> 
> 
> Penulis adalah pengamat sosial
> 
> Last modified: 18/7/06 
> 
> 
> ---------------------------
> 
> Jehan:
> 
> Memang sosiolog itu harusnya banyak menulis seperti
> Pak Yosef ini. Pada kemana sosiolog handal kita?
> kerja
> di bank? jadi pns? 
> 
> Nation character building, memang itu yang hampir
> tak
> berbekas di bangsa kita. saya banyak setuju dengan
> pemikiran om Yosef ini. namun tiba di solusi memang
> sulit untuk tidak balik ke situ2 lagi, agama dan
> pendidikan. tapi justru yang bisa kita lihat, agama
> dan pendidikan itu sendiri sudah ikut keropos
> dimakan
> mental bangsa yang sudah karatan. hehehe, jadinya
> ibarat lingkaran setan.
> 
> kalaupun ditampilkan contoh isu hangat perda-perda
> islam, menurut saya kita tidak bisa terlalu banyak
> berkomentar. mau ambil inspirasi dari mana pun suatu
> perda ya terserah saja masyarakat daerh itu, sejauh
> tidak bertentangan. mau dari kodok, jin dan hantu
> gentayangan pun orang lain mau apa? ya itulah
> demokrasi. wong kuhp, uu graria dll lagi per uu an
> kita dari jaman belanda baheula yang orangnya udah
> berabad lalu meninggal, toh masih juga dipakai.
> sebenarnya desentralisasi bisa kita lihat sebagai
> ajang kompetisi antar daerah. lihat saja nanti
> daerah
> mana yg lebih cepat sejahtera dan dengan menggunakan
> tesis apa. karena ibarat bisul kalau belum pecah
> dulu
> nggak sembuh2. mungkin masih banyak yg menganggap
> tesis syariah kudu dibuktikan dulu, jadi biarlah.
> dan
> lihat saja.
> 
> lalu ttg karakter bangsa, dari mana harus memulai?
> 
> mari kita coba kembali ke alam ciptaan Allah, dan
> belajar dari kearifan alam. alam punya mekanismenya
> sendiri. air yang kotor dapat dibersihkan kembali.
> udara yang pengap dapat disegarkan kembali. generasi
> yang tidak unggul bisa dimuliakan kembali. ada cikal
> bakal yang selalu bertumbuh dan diperbaharui. 
> 
> demikian pula dengan perbaikan nasib bangsa.
> hendaknya
> membenahi masyarakt itu perlu berangkat dari sesuatu
> yang terus terbarui dan beregenerasi di masyarakat.
> dimulai dari sesuatu yg natural. apalagi kalau bukan
> dengan memperhatikan keluarga-keluarga yang ada di
> masyarkat? keluarga2 adalah cikal bakal pebaikan
> masyarakat. sudah cukup banyak penjelasannya saya
> kira. jadi ibarat pemuliaan tanaman yg menuju pada
> rekayasa genetik dna2 dsb (saya kurang paham) yg
> berukuran mikro, maka pemuliaan masyarakat juga
> perlu
> dimulai dari penyemaian lembaga2 keluarga nya. 
> 
> tinggal lagi, bagaimana strateginya? sekedar
> menyebut
> dimulai dari pendidikan, agama, mental, dsb, rasanya
> sudah berbusa orang mengucapkan dan mencoba itu dari
> dulu kala. 
> 
> kembali, kebijakan pro-keluarga merupakan salah satu
> strategi yg sangat potensial. karena sifat2nya yang:
> 1.membangun kepedulian yang luas. 2.komprehensif
> menyoroti dan menyentuh semua aspek dan sektor
> kehidupan, 3.menggunakan pendekatan integratif antar
> tingkatan dan pelaku, dan 4. paling alami, karena
> terkandung di dalamnya pengembangan fungsi-fungsi
> natural-biologis-organik dari elemen-elemen keluarga
> dan komunitas.
> 
> saya sempat membaca draft konsep pembangunan manusia
> indonesia yg sedang digodok di menko kesra. dari
> namanya memang keren. tapi kok ya isinya kering,
> hanya
> kompilasi comot sana sini rumusan-rumusan muluk
> seperti GBHN lagi. tak berkarakter. mungkin karena,
> maaf, yang menyusunnya termasuk golongan yg tak
> punya
> karakter lagi. 
> 
> jadi sosialisasi apa itu kebijakan pro-keluarga,
> mainstreaming di berbagai lapisan, pengkajian
> berbagai
> produk kebijakan berbagai bidang, pengkajian
> berbagai
> implementasi kebijakan, dsb, itulah yg perlu segera
> dilakukan bangsa indonesia, terutama para elitnya,
> selain tentu, menjuarai olimpiade fisika.
> 
> merdeka!
> 
> wassalam,
> jehan
> 
> maaf, bisanya masih numpang lewat dulu. bye...
> 
> 
> 
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
> protection around 
> http://mail.yahoo.com 
> 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 
_______________________________________________
is-lam mailing list
is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke