----- Forwarded Message ----
From: Abu Ghazali <[EMAIL PROTECTED]>
To: almasdi rahman <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Sunday, October 21, 2007 10:43:15 PM
Subject: Re: Pementuan Idul Adha

Waalaikumussalam Wr.Wb,

Maaf Pak Almasdi, saya baru bisa merespons e-mailnya sekarang

Secara jujur saya harus katakan bahwa selama ini saya kurang suka membicarakan 
masalah-masalah khilafiah, apalagi dengan pendekatan fiqhiiyah. Sebagai orang 
yang berlatar pendidikan teknik, saya tahu betul bahwa satu kesalahan kecil, 
akan menimbulkan akibat yang fatal. Misalnya, dalam menembak pesawat terbang di 
angkasa, maka penembak harus menetapkan sudut elevasi yang tepat jika ingin 
pesawat yang dibidik, tertembak jatuh. Jika sudut elevasi (sudut yang terbentuk 
di antara tanah dengan meriam) bergeser 0.0000001 derajat saja, maka pesawat 
terbang tidak akan tertembak. Ini karena deviasi yang terjadi dari tempat 
meriam sampai ke pesawat terbang semakin melebar sehingga pesawat tidak bisa 
terkena peluru yang diarahkan kepadanya. Begitulah juga dengan masalah-masalah 
khilafiah sehingga keempat imam mazhab yang keturunan Arab, menguasai budaya 
Arab, hafiz Qur'an 30 juz dan menghafal ribuan hadits, juga tidak bisa 
menyelesaikan masalah-masalah khilafiah
 tersebut

Dalam konteks inilah, saya menyarankan agar Bapak meluangkan waktu mencari buku 
Nailul Authar yang menghimpun hadits-hadits hukum. Kalau tidak salah, semua 
hadits di kitab ini yang membicarakan masalah waktu shalat Idul Adha, sama 
substansinya. Yaitu, "hari raya Fithri itu pada hari di mana manusia berbuka 
dan hari raya Adha itu pada hari di mana manusia berkurban."

Jadi dari hadits-hadits tersebut, ada perbedaan metodologi dalam penentuan Idul 
Fithri dan Idul Adha. Kalau Idul Fithri ditentunkan berdasarkan hisab atau 
rukyat terhadap awal bulan, sedangkan penentuan Idul Qurban berdasarkan kapan 
berlangsungnya wukuf di Arafah. Ini karena hadits mengatakan, hari raya Qurban 
berlangsung waktu manusia berkurban di Mina sementara dalam prosesi haji, 
kurban dilaksaknakan di Mina sehari setelah wukuf di Arafah. Jadi kalau sudah 
wukuf di Arafah pada hari A, maka seluruh umat Islam di dunia tidak usah sibuk 
menghitung atau melihat bulan karena shalat Idul Adha harus dilaksanakan 
besoknya pada hari B. Ini berarti, lebih mudah menentukan hari raya Idul Adha 
daripada menentukan hari raya Fithri. Persoalannya, apakah umat Islam di 
Indonesia sama sikapnya dengan para birokratnya, yaitu "kalau bisa dipersulit, 
mengapa harus dipermudah.?" 

Wallahu'alam

Abu Ghazali

almasdi rahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Assalammu'alaikum wr wb
 
Salam sejahtera abu Ghazali......................Ana mau bertanya, kadang 
-kadang sebagahagian kecil umat islam di Indonesia untuk menentukan idul adha 
berdasar kapan dimulainya Wukuf dipadang arafah( 09 Dzulhijjah), maka tanggal 
10 Dzulhijjah besok harinya(idul adha), kadang2 pemerintah Indonesia menetapkan 
besoknya lagi( 11 Dzuhijjah di Mekkah) sedangkan di Indonesia 10 
Dzulhijjah..................Apakah bisa kita berdasar hari Wukuf di 
arafah(tanpa Ruhyat bulan).
 
wassalam
 
almasi rahman/member of jamaah @arroyyan.com


Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke