Insan Pemaaf Oleh : Asep Rohadian
''Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.'' (QS Al Hujurat [49]: 13). Manusia telah ditakdirkan hidup sebagai makhluk sosial. Dalam menjalankan roda kehidupannya, dia membutuhkan orang lain agar bisa bersosialisasi, hidup berdampingan, dan saling melengkapi. Dalam aktivitas bersosialisasi, timbulnya berbagai gesekan sosial dan kesalahpahaman akan selalu terjadi. Perbedaan watak, karakter, sikap, dan cara pandang kerap menjadi salah satu penyebabnya. Dengan kondisi demikian, kita dituntut lebih mengedepankan toleransi dan sikap saling menghormati. Namun, di saat gesekan tak dapat dielakkan, Islam mengajarkan kita lebih bisa menahan diri, pun ketika terjadi kesalahan dari pihak lain, kita dianjurkan menjadi insan pemaaf. Allah menjanjikan ampunan dan surga bagi insan pemaaf dan menggolongkannya sebagai orang yang bertakwa. Disebutkan dalam sebuah firman-Nya, ''Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (QS Al Imran [3]: 133-134). Rasulullah SAW adalah contoh ideal sosok insan pemaaf. Dalam menjalankan dakwahnya, beliau mengalami banyak kendala, termasuk kekerasan fisik. Salah satu doa beliau, ''Ya Allah, ampunilah mereka, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui.'' Dalam sebuah kisah disebutkan, bagaimana beliau memberi maaf seorang wanita tua yang selalu menyirami Beliau dengan kotoran setiap kali berangkat ke mesjid. Bukan hanya memaafkan, Beliau bahkan menjenguknya ketika dia terbaring sakit dan lemah tak berdaya. Subhanallah. Itulah ajaran luhur Islam yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Memberi maaf bukan hanya menuntut hati yang lapang, namun juga kesabaran tingkat tinggi. Semoga kita dapat meneladani sikap Rasululah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin. SUMBER : REPUBLIKA