Suatu Subuh di Masjid Al-Ma’mur, Cikini
17 Nov 07 10:28 WIB
Oleh Sigit Indriyono

“ Waktu Subuh kurang sepuluh menit lagi, “ sayup-sayup terdengar suara dari 
pengeras suara masjid menembus kamar hotel tempatku menginap. Mengingatkanku 
untuk segera bersiap diri sebelum berangkat menuju masjid. Aku baru saja 
selesai mandi dan mengenakan pakaian yang baru dimasukkan ke kamar kemarin sore 
oleh petugas laundry hotel. ” Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di 
setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. 
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. ” (QS 
Al-A’raaf[7]:31).
Kulihat jam tanganku, jam empat lewat duapuluh lima menit. Aku sedang 
ditugaskan ke Jakarta oleh perusahaan tempatku bekerja selama tiga hari. 
Kupilih hotel yang berdekatan dengan masjid, hanya berjarak sekitar dua ratus 
meter. Turun dari lift, seorang petugas keamanan hotel yang sedang berjaga di 
lobby menyapaku dengan ramah. Dalam keheningan pagi, yang terkadang diselingi 
suara beberapa kendaraan yang melintas, aku menyusuri jalan Raden Saleh yang 
berada di kawasan Cikini. Raden Saleh adalah pelukis naturalis yang cukup 
terkenal pada abad sembilan belas. Namanya dijadikan sebagai nama jalan tempat 
dia pernah bertempat tinggal saat itu.
Tidak sampai lima menit sampailah aku di depan masjid Al-Ma’mur. Masjid yang 
dijadikan sebagai cagar budaya. Bangunan asli yang terletak di bagian depan 
terlihat kokoh dan terawat. Bangunan di bagian belakang merupakan perluasan 
masjid yang menyatu dengan bangunan lama. Di sayap kanan masjid terdapat 
bangunan madrasah. Bertepatan saat aku menyelesaikan sholat tahiyatul masjid, 
adzan tanda waktu Subuh dikumandangkan.
Jama’ah sholat Subuh mulai berdatangan di masjid. Alhamdulillah, cukup lumayan 
jumlahnya. Selesai sholat Subuh berjama’ah, imam memimpin dzikir dan do’a 
bersama. Kemudian dilanjutkan dengan saling berjabatan tangan. “Bapak-bapak 
jangan pulang, kita minum kopi jahe dulu. Ada pisang goreng hangat, “ kata imam 
sambil menjabat tangan jama’ah masjid.
Di sudut masjid terlihat tumpukan gelas, teko berisi minuman kopi jahe, 
sepiring besar pisang goreng. Jama’ah masjid duduk rapi mengelilinginya, sambil 
menunggu giliran kopi jahe dituangkan ke dalam gelas oleh ta’mir masjid. 
Sementara itu, piring pisang goreng diedarkan berkeliling.
Sambil menikmati pisang goreng dan kopi jahe, kami berbincang-bincang akrab. 
Imam masjid bisa mengenal jama’ah secara dekat, seperti yang dicontohkan oleh 
Rasulullah SAW.
Perhatian Rasulullah terhadap jama’ah masjid sangat besar, sebagaimana yang 
kita baca dalam kisah-kisah beliau. Ketika beliau akan shalat maka terlebih 
dahulu melihat ke arah jama’ah, ketika meneliti shafnya dan beliau mengetahui 
ada seorang jama’ah yang biasanya hadir namun tidak ada dalam barisan shaf itu, 
maka beliau bertanya: “Ke mana si Fulan?” Salah seorang jama’ah menyampaikan 
bahwa yang bersangkutan sakit. Setelah melaksanakan shalat berjama’ah, 
Rasulullah mendatangi rumah si Fulan untuk takziyah.
Sholat berjama’ah di masjid memberikan banyak hikmah dan manfa’at. Salah satu 
di antaranya adalah terjalinnya silaturahim antar jama’ah dan antara jama’ah 
dengan pengurus masjid seperti tergambar di atas.
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman 
kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat 
dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah 
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat 
petunjuk. ” (QS At Taubah[9]:18).
Fakta yang ada saat ini, banyak masjid yang ramai oleh jama’ah saat sholat 
Jum’at dan bulan Ramadhan saja. Memakmurkan masjid memiliki arti yang luas, 
bukan hanya sekedar ramai oleh jama’ah sholat wajib. Namun, memakmurkannya 
berarti memberdayakan masjid untuk berbagai macam kegiatan yang bernilai ibadah 
untuk kemaslahatan umat. Masjid adalah institusi utama berbagai pusat kegiatan. 
Berbagai kegiatan bisa dikembangkan oleh pengurus masjid. Bidang pendidikan, 
misalnya mendirikan Taman Kanak-kanak Islam. Bidang ekonomi, mendirikan lembaga 
amil zakat. Ini hanya beberapa contoh, masih banyak bidang kegiatan lain yang 
bisa dikelola oleh pengurus masjid.
Saat ini, sebagian besar masjid di tanah air masih belum diberdayakan secara 
optimal bagi pembangunan dan pengembangan umat Islam. Memerlukan pengelolaan 
masjid yang lebih baik lagi namun tetap berada dalam koridor syariat. Perlu 
usaha keras oleh seluruh elemen umat Islam untuk mewujudkannya secara 
konseptual.


      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

Kirim email ke