----- Original Message -----
From: Penerbit
Sent: Thursday, April 15, 2010 1:53 AM

Ketika menulis buku Emak Ingin Naik Haji yang kemudian difilmkan, saya
teringat sosok ringkih seorang kakek dan nenek yang saya temui terlantar di
tenda bantuan di Mina. Mereka mengikuti haji dengan paspor hijau. Biayanya
18 juta. Tetapi bukan sekadar biaya lebih murah yang membuat mereka
memutuskan berangkat dengan cara demikian, melainkan juga karena usia. Si
Kakek berusia 79 tahun, sementara Nenek yang saya temui berusia 76 tahun.
Jika melalui ONH biasa, berapa lama kakek bisa menunggu, nak? Masih ada
waktu nggak buat kakek untuk berangkat? Begitu pertanyaan kakek tsb terhadap
saya.

Cerpen-cerpen di buku Emak Ingin Naik Haji merupakan kisah pilihan.
Mengabadikan tahun-tahun saya berjuang untuk tetap menulis. Berbagai tema
tersuguh di sana, mulai kisah2 yang paling romantis, hingga realita hidup
yang membuat mata saya, yang menuliskannya pun berkaca. Kisah-kisah itu,
semoga menghidupkan lagi hati kita yang selama ini tertelan rutinitas,
mungkin terasa kosong, atau sebaliknya dihimpit kejenuhan. 12 Kisah di dalam
buku Emak Ingin Naik Haji, semoga memberikan tak hanya perenungan, tetapi
juga semacam wisata hati, agar setelahnya hati, komponen penting dalam Iman,
tersentuh dan tersegarkan kembali.

Buku, selalu merupakan kado cinta saya bagi umat.
Dan buku Emak Ingin Naik Haji, tidak hanya isinya penuh dengan perenungan
dan ajakan untuk mencintai orang tua, istri, sesama kita yang dhuafa, dengan
cara yang lebih baik... tetapi hasil penjualannya semoga bisa menjadi jalan
kebaikan yang lain. Memenuhi mimpi, yang setelah perjalanan haji, mengusik
hati saya sejak kaki sampai di tanah haram, sejak melihat jejak kasih Nabi
Ibrahim... juga jejak cinta Rasulullah. Bisa berada di tempat yang begitu
dekat dengan perjalanan beliau, Nabiyullah tercinta, adalah hal yang luar
biasa saya syukuri, semoga hingga usia berakhir, rasa syukur itu terus
mengisi hati saya, dan siapa saja yang telah sampai ke rumahNya.

Bukan hal mudah bagi seorang penulis, yang sejak memiliki anak pertama,
berpikir bagaimana bisa sampai ke tanah suci dengan kehidupan sehari-hari
yang sederhana. Apalagi ketika itu penghasilan dari dunia menulis, jauh dari
bisa diandalkan. Saya sempat menabung di takaful, tabungan dana siswa yang
saya buka dengan niat tabungan itu, suatu hari bisa Allah cukupkan dengan
rizkiNya yang lain, agar saya bisa naik haji. Selain tabungan itu Caca sudah
memiliki tabungan pendidikan lain. Waktu itu usia saya belum lagi tiga puluh
tahun. Dalam benak saya, insya allah dalam 15 tahun waktu asuransi takaful
itu, saya akan dapatkan dana 15 jutaan. Mungkin lebih sedikit dengan bagi
hasilnya. Dan saya berharap maksimal di usia 45 tahun, saya semoga sudah
sampai ke rumahNya. Dulu tidak terbayang bahwa biaya haji akan terus menerus
melesat, hingga tidak ada rasa pesimis ketika memulai menabung.

Tetapi Allah memberikan jalan lebih cepat... alhamdulillah.
Rizki yang tidak disangka-sangka, ketika buku nonfiksi how to yang pertama
saya tulis; Jangan Jadi Muslimah Nyebelin, lalu seri Catatan Hati (Catatan
hati seorang istri, catatan hati di setiap sujudku, catatan hati karenamu
aku cemburu, dan terakhir Catatan Hati Bunda) meraih best seller dan
memberikan jumlah royalti yang tidak pernah saya sangka sebelumnya. Cukup
untuk mengantar saya ke rumahNya, sepuluh tahun lebih cepat dari perkiraan
saya.

Lewat rizki yang diberikanNya melalui dunia menulis itu pula, plus support
dari Mbak Helvy dan adik saya, Aeron Tomino, Allah mengundang bunda kami,
Maria Erry Susianti, seorang mualaf untuk juga sampai ke rumahNya.

Maret lalu, usia saya masuk ke angka 38.
Alhamdulillah, keluarga sehat dan kompak.
Alhamdulillah saya dan Bang Isa telah sampai ke rumahNya.
Alhamdulillah ada rumah tempat tinggal meski masih mencicil.
Alhamdulillah ada kendaraan, meski juga masih mencicil.
Semgoa Allah berikan rizki hingga kami bisa melunasi cicilan2 yang ada.

Begitu banyak nikmatNya yang dihampirkan bagi saya dan keluarga.
Dan syukur itu, ingin rasanya bisa berbagi kepada lebih banyak orang...
anak-anak dan remaja yang haus membaca... alhamdulillah RumahBaca AsmaNadia
(RBA) terus bertambah di tanah air. Bulan ini mencapai 16 tempat.

Tentu bukan perjuangan saya sendiri. Ada teman-teman yang membantu, termasuk
mereka yang berada di milis pembacaasmanadia yang menyalurkan infak dan
sedekah. Selain Ibu Hj. Yaya dan H. Tony Liando yang tidak hanya sempat
merelakan tempatnya dipakai sebagai rumahbaca, juga sekarang membantu
melayani memproses berdirinya RBA lain di tanah air, berdasarkan aplikasi
yang masuk. Tidak ada syarat-syarat aneh, hanya ketersediaan tempat, lalu
pengurus, dan rencana ke depan agar RBA bisa mandiri, juga lokasi yang
strategis bagi masyarakat tidak mampu untuk membaca.

Selain ibu Yaya ada Bang Andi yang selama ini memberikan tidak hanya ide-ide
demi kemajuan RBA, tetapi juga turun langsung ke tempat-tempat yang sulit
dijangkau termasuk membangun ruangan sederhana untuk RumahBaca AsmaNadia di
Pulau Lancang Besar. Ada Yunita Candra yang pertama kali membuat cabang RBA
di Jogjakarta, Ada Eka yang pertemuan sekali di Bandung menyalakan
semangatnya agar ketika lulus bisa membuka rumah baca di Tegal. Dan banyak
relawan lain yang sulit saya sebutkan satu persatu, mereka dengan semangat
tinggi membuka RBA di Samarinda, PKU, Batam, Balikpapan, Tenggarong,
Kebumen, Gresik, Cigombong-Bogor, Ciamis dan Purwakarta. Belum pihak-pihak
lain dari donatur yang ikut menyumbang utk rumahbaca.

Dari perjalanan RumahBaca AsmaNadia, saya tahu, perlu lebih dari satu tangan
untuk bisa menggelar lebih banyak kebaikan.
Dan mimpi yang selama ini mengusik saya tidak sanggup saya lakukan sendiri.
Menjadi wasilah berangkatnya para saleh dan salehah ke tanah suci.
Perjalanan yang memberikan kebahagiaan luar biasa bagi saya, yang sulit
digambarkan. Juga bagi siapa saja yang sudah sampai ke sana.
Duh, bahagianya jika kita bisa menjadi perpanjangan undangan Allah, kepada
mereka yang lebih dari layak untuk berada di sana.

Bersama Mizan dan Smaradhana (Mas Aditya Gumay) dengan program Emak Ingin
Naik Haji, kami mengadakan lomba menulis kisah inspiratif, sosok-sosok di
sekitar yang layak ke tanah suci.
Rencananya Mizan akan memberangkatkan 5 orang diantaranya.
Dan membaca kisah-kisah itu, membuat saya menangis.
Rob, begitu banyak orang yang rindu ke rumahMu
Mereka yang jauh lebih layak dari saya untuk sampai ke tanah suci, Untuk
berthawaf di rumahMu, untuk memperbarui cinta kami kepada sang Nabi di
Raudhah.
Sementara kami harus memilih hanya 5 diantara para saleh dan salehah itu
untuk berangkat umroh.

Tetapi tangan saya belum sanggup untuk mengantar mereka sendirian.
Yang bisa saya lakukan adalah berdoa agar lebih banyak orang-orang yang
berada dan sudah sampai ke rumah Allah, berbagi kesempatan ini. Haji
wajibnya sekali. Mengingat quota, akan lebih bijak jika kerinduan kembali ke
baitullah ditempuh dengan umroh, dan bukan berhaji lagi, kecuali haji badal,
menggantikan orang tua, kakek atau nenek atau orang yang sudah tiada untuk
berhaji, setelah sebelumnya ybs menunaikan haji untuk dirinya sendiri.

Lalu apa yang bisa saya lakukan, dengan kekuatan yang terbatas tadi untuk
bisa mewujudkan mimpi tsb? Menghantarkan mereka ke tanah suci, jika tidak
haji setidaknya dengan umroh? Dan dari situlah saya tahu apa yang ingin saya
lakukan dengan buku Emak Ingin Naik Haji. Sebuah buku yang penuh cinta,
tidak hanya isi, tetapi juga tujuan ketika diterbitkanNya.
Insya allah dari royalti yang ada, seluruhnya digunakan untuk kebaikan.
Khususnya memenuhi impian mereka yang salih dan salihat tetapi tidak mampu,
ke tanah suci.
Tetapi seperti dalam pengantar bukunya, seorang penulis bisa saja punya niat
baik, tetapi tanpa dukungan pembaca yang membeli bukunya; dan juga
menjadikannya investasi kebaikan, niat ini tidak akan terwujud.

Waktu itu saya tidak tahu dananya dari mana. Sebab laporan penjualan dari
Gramedia masih belum bisa dibayangkan. Tetapi dengan keyakinan akan banyak
pembaca yang terketuk dan membantu dengan membeli dan menjadikan buku ini
hadiah kepada orang-orang terkasih, maka bismillah...
saya ambil dua nama lain, dari 5 nama yang akan diberangkatkan produser film
Emak Ingin Naik Haji.

Dari dua nama itu, seorang diantaranya Ust Tamtam alhamdulillah berangkat ke
tanah suci hari ini.
Beliau adalah seorang ustadz dengan kehidupan yang sangat sangat sederhana,
kalau tidak bisa dibilang minim, tetapi menginfakkan diri sepenuhnya di
jalan Allah.
Ustadz Tamtam aktif mengajak kader dakwah untuk melalui perjalanan jauh
hingga ke pelosok-pelosok, ke daerah-daerah miskin di mana iman dengan mudah
ditukarkan sejumlah uang, atau beberapa liter beras. Beliau berjuang di
sana, membawa pakaian layak pakai, beras, mie dan bahan pokok lain,
sumbangan yang diberikan warga karena simpati pada perjuangan beliau.

Seorang lagi, Ustadzah Mamluanah insya allah bulan Mei ini akan berangkat ke
tanah suci.
Beliau adalah pejuang yang berusaha memberikan cahaya bagi daerah di
sekitarnya yang tergolong gelap secara akhlak juga dililit kesulitan
ekonomi. Tidak memedulikan dirinya yang juga menghadapi masalah sama, bahkan
uang listrik terkadang dibayarkan orang lain, Ustadzah ini terus berjuang.

Miris ketika membaca sosoknya yang telah melepas orang lain, warganya yang
mampu
umroh atau haji... sementara beliau sendiri masih menyimpan impian itu dalam
sebentuk kerinduan.

Pada kenyataannya, royalti buku belum cukup untuk mengantarkan ustadz dan
ustadzah ini ke tanah suci. Alhamdulillah ada uluran tangan lain, antara
lain dari PTRI Jenewa, Bapak Perwakilan Tetap RI untuk Jenewa sendiri ikut
menyisihkan rizki yang diberikan Allah, juga rekan-rekan;warga Indonesia di
Swiss yang saat itu berbuka puasa bersama, setelah saya sampaikan tentang
buku ini, mereka langsung membuka dompet dan memutuskan bahwa infak hari itu
diperuntukkan untuk ini.

Tulisan ini saya sampaikan, sebagai kabar gembira bagi teman-teman pembaca
yang ikut membantu investasi kebaikan ini
dengan membeli buku Emak Ingin Naik Haji. Alhamdulillah.... insya allah
menjadi catatan kebaikan bagi rekan semua.
Terima kasih telah memercayai selama ini...

Semoga proyek ini terus bergulir...
Mohon bantuan rekan semua, untuk buku Emak Ingin Naik Haji.
Selain membeli:) akan berarti jika teman-teman yang sudah membaca membuat
review dan diposting di facebook, blog, atau ke milis-milis.
Semoga dengan begitu lebih banyak lagi tangan-tangan yang meraih buku Emak
di toko buku,
dan semoga ada nama-nama lain yang bisa sampai ke tanah suci, dan banyak
kebaikan lain yang bisa dilakukan dari royalti buku ini.

Terima kasih untuk kebersamaan selama ini.
Sahabat pembaca yang selalu setia mengintip judul buku2 lain yang saya
tulis, baik di multiply, milis, atau fan page Asma Nadia di facebook.
Terima kasih telah membantu mewujudkan impian, yang tidak mungkin saya
wujudkan sendiri, dengan kondisi saat ini.

Rekan sekalian telah membuat saya lebih meyakini kekuatan kebersamaan.
Dengannya, ketiadaan materi bukan halangan untuk melakukan banyak kebaikan.
Juga seluruh pihak yang telah mengiringi langkah saya dengan nasehat, doa,
dan banyak pelajaran... terima kasih.

(untuk semua yang membaca, mohon doanya buat asma, ya? juga buat semua
pembeli buku Emak Ingin Naik Haji, dan semua yang sudah membantu... hingga
mimpi ini terwujud...
semoga tidak berhenti di sini. amin)

salam sayang

Asma Nadia

diambil dari fanpage asma nadia di facebook:
http://www.facebook.com/?sk=messages&tid=1416953428334#!/notes/asma-nadia/al
lah-memberangkatkan-ustadz-tamtam-ke-tanah-suci-lewat-sebuah-buku-dan-begitu
-b/390141462578



------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, 
seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)

Kirim email ke