From: "Alexander, Yoseph Semuel Wetebossy" <[EMAIL PROTECTED]>
Suatu hari di pinggir jalan Orchard. Saya dan seorang sobat sedang berbincang tentang irama kerja yang sangat cepat dan melelahkan di kota kosmopolitan modern. Letih. Dan rasanya - paling tidak bagi saya - seperti kehilangan arah sesaat. Masing-masing bertanya dan bergumul. Pertanyaan-pertanyaan yang entah mungkin juga dipertanyakan ribuan, jutaan anak Tuhan. Anak-anak Tuhan yang bergumul di dunia kerja. Dunia "sekuler", istilahnya. "Rasanya seperti belum melakukan apa-apa dan tidak mampu melakukan apa-apa," ujar sobat saya agak kecewa. Saya mengerti maksudnya. "Apa-apa" yang dimaksudnya adalah aktifitas pelayanan. Jam-jam kerja sebagai progammer seringkali tidak mengenal belas kasihan. Untuk mengikuti jam-jam pelayanan di gereja yang teratur dan penuh dengan meeting dan meeting, tentu saja sukar. Namun saya tahu bahwa dengan segala keterbatasannya dia telah menggunakan talenta dan puluhan jam waktunya untuk membangun sistem komputerisasi gereja.Tentu saja bukan model pelayanan yang public display. Saya mengerti. Karena rasanya sudah terlalu banyak saya dihadapkan dengan tantangan dan kesukaran di tempat kerja. Letih rasanya setelah menjalani waktu di dunia "sekuler" selama kurang lebih tujuh tahun. Dan saya bertanya-tanya, berhargakah yang saya lakukan? Benarkah yang saya lakukan? Bermaknakah segala kesulitan-kesulitan yang saya jalani? Sampai-sampai saya pernah menulis email kepada sobat dan suhu saya, seorang pendeta yang sedang studi S3 di Boston. "Mungkinkah jadi pendeta atau terjun full time dalam bidang rohani adalah lebih berarti?" tanya saya dalam email saya. Sobat saya - entah tersenyum atau tertawa - menjawab dengan bijaksana, "Ah, pernah malah aku berpikir sebaliknya, enak juga kalau bisa kerja "sekular", walau akhirnya impian semacam itu kusadari tidak terlalu bermanfaat. Pekerjaanmu sebenarnya lebih fruitful, karena di front, avant garde, ... maka yg penting kan semangat mengerjakannya, bukan apa yang dikerjakan. Believe me ... dengan bekal teologimu, bakalan kamu malah bisa mengkombinasi iman-ilmu dengan lebih baik ketimbang kami-kami. So, selamat bekerja, mencari Tuhan di tumpukan kerja dan kertas ....." * * * * Rasanya dikotomi antara dunia sekuler dan dunia rohani sudah mengakar dalam dan membuat pemisahan yang jelas. Dan walaupun sudah dicoba diputus sejak bergenerasi-generasi tetap merupakan pergumulan dan kesalah-pahaman sampai sekarang. Katanya, orang-orang rohani itu yang terjun "full time" di bidang pelayanan, yang bekerja untuk gereja atau badan misi atau sebangsanya. Mereka itu disebut hamba Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang punya panggilan. Sedangkan orang-orang yang kerja di bidang sekuler, ya orang-orang dunia. Yang walaupun anak Tuhan, tingkat kekudusan dan kerohaniannya "seolah" di bawah orang-orang rohani tadi. Mereka tentu tidak lazim disebut hamba Tuhan. Dan tidak lazim juga disebut "punya panggilan". Lalu yang bekerja di dunia sekuler itu hamba siapa? Hamba pendeta? Dan benarkan Tuhan hanya memanggil orang-orang yang bekerja di dunia gereja dan sebangsanya? Yang lain tidak dapat panggilankah? Seorang mengeluh, "Setiap minggu para penatua dan pendeta gereja mendoakan saya sebelum saya melakukan pelayanan sekolah minggu selama 2 jam. Namun mereka tidak penah menumpangkan tangan dan berdoa untuk 40-50 jam dalam minggu itu yang saya habiskan di kantor." Mengapa, ya? Mengapa bisa demikian? Kahlil Gibran pernah menulis dalam Yang Tersalib, "Ia tidak membujuk para pemuda untuk menjadi biarawan atau imam, tapi Ia datang untuk mengutus suatu semangat baru di muka bumi ini, dengan kuasa untuk meruntuhkan landasan setiap kerajaan yang dibangun di atas tulang-tulang dan tengkorak manusia." Ya! Semua orang yang mau taat kepada Allah adalah hamba Tuhan. Semua orang yang mau mendengar suaraNya adalah hambaNya yang Allah panggil dan tempatkan sesuai kehendakNya. Tidak benar bahwa hanya yang jadi pendeta adalah hamba Tuhan dan memiliki panggilan. Setiap kita yang tulus dan mau mendengar suaraNya dan taat pada kehendakNya adalah hambaNya dan mentaati panggilanNya. Ada yang bilang, seorang mekanik yang menghabiskan waktu sejam untuk mereparasi mobil sesuai kehendak Allah, lebih berkenan kepada Allah daripada seorang pendeta yang berkotbah di depan jutaan orang namun tidak melakukan kehendak Allah. Waktu seorang ibu rumah tangga yang setia menyiapkan makan malam buat keluarganya sama berharganya dengan waktu berdoa Fransicus Asisi. Waktu yang kita habiskan di depan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan kita dengan bertanggung jawab, sama seperti waktu yang kita habiskan untuk pelayanan paduan suara atau jadi singer. Karena apapun yang tangan kita lakukan dengan segena p hati bagi Allah, adalah sama seperti kita lakukan itu di sorga! Dan bukankah Kerajaan Allah yang mentransformasikan kehidupan adalah bicara soal sendi-sendi kehidupan yang nyata dan sehari-hari? Kehidupan orang yang berjualan di pasar, orang yang mengantar telur, orang yang menarik becak, orang yang bekerja di kantor, orang yang mengajar di SD, orang yang mencangkul sawah, dan lain-lain. Justru Kerajaan Allah bertahta dan diwartakan di tempat-tempat seperti itu oleh orang-orang yang Tuhan panggil dan tempatkan di situ. Jadi jika anak-anak Tuhan yang bekerja di dunia "sekuler" berpikir bahwa pekerjaan mereka adalah duniawi dan "najis", kapan Kerajaan Allah dapat mentransformasikan dunia ini? Jadi jika anak-anak Tuhan tidak menyadari posisi dan panggilannya sebagai hamba Tuhan dimanapun mereka berada, kapan Kristus bertahta penuh dan bukan hanya dalam gedung gereja? Transformasi yang kita doa-doakan di dalam gedung gereja, pada akhirnya harus dibawa keluar, ke dalam sendi-sendi kehidupan yang nyata sehari-hari. Tantangan hamba Tuhan yang bekerja di dunia "sekuler" justru tidak mudah. Karena dunia punya aturannya sendiri. Dunia pembukuan mengenal "pembukuan ganda". Dunia pembelian mengenal komisi dan "uang pelicin". Dunia produksi mengenal "perbudakan terselubung". Dunia hukum mengenal KUHP atau "Kasih Uang Habis Perkara". Bagaimana hendak tegar menghadapi semua ini dan tetap mengikuti kehendak Tuhan? Bagaimana menantang aturan dunia dan mengkonfrontasikannya dengan aturan Allah? Ya, itulah pergumulan kebanyakan anak-anak Tuhan yang bekerja di dunia sekuler, yang secara statistik tentu lebih banyak jumlahnya daripada anak-anak Tuhan yang terjun full time. Jadi kuncinya adalah mendengar dan taat kepada suara Allah yang memanggil kita, dimanapun kita ditempatkan. Dia yang menuntun kita, tahu jalan-jalan kita. Seperti Chris Manusama - Pendeta Seribu Pulau- pernah bilang, "Tuhan tidak menciptakan kita untuk melakukan sesuatu buat Dia seolah-olah Dia tidak mampu dan kekurangan tangan, tapi supaya kita berjalan bersama-sama dengan Dia..." Dia tahu dan mengendalikan waktu. Dia memanggil dan menempatkan kita sesuai waktu, hikmat dan rencanaNya. Bagian kita untuk setia dan terus menerus mendengar dan mencariNya di tumpukan kerja dan kertas..... * * * "Live by Grace" Mona Dwilestari AO-Kelapa Gading [EMAIL PROTECTED] (021) 42801370/71/75 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: [EMAIL PROTECTED] Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] WebSite: http://jnm.clear-net.com (Webmaster wanted!) -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/