Kehidupan Sebagai Suatu Pertandingan

Berakhirlah sudah harapan Jerman untuk menjadi juara dunia di rumah sendiri. Suasana entusiasme dalam hari-hari belakangan ini berubah menjadi suasana dukacita (yang kurang ada pahalanya J) suasana berkabung, kerendahan hati yang sulit untuk ditolak. Beberapa wawancara memberikan kesan yang beraneka-ragam antara kekecewaan, rasionalisasi kekalahan, tetap berusaha mempertahankan kebanggaan, menerima dengan pahit, tapi juga ada pula yang bersifat sportif.  

Heran sekali bahwa suatu permainan sederhana bisa mengobarkan semangat hampir seluruh warga, bahkan seolah-olah mereka mempertaruhkan kehormatan dan harga diri mereka di atasnya. Dosen saya (Michael Welker) sempat berkomentar sedikit bahwa pertandingan seperti ini sebenarnya merupakan semacam pelampiasan terhadap persoalan manusia yang sangat tua yaitu tegangan dialektis antara universality dan particularity. Dalam pertandingan sepak bola ini seseorang menemukan dirinya sebagai bagian universal bangsa tertentu, namun sekaligus juga menemukan baying-bayang dirinya sendiri dalam kesebelasan yang sedang bertanding karena ia sendiri juga seorang penggemar bola. Suatu harapan penyelesaian tegangan dialektis yang diakhiri dengan suatu kekecewaan karena ternyata regu yang diharapkan menyelesaikan persoalan ini ternyata kalah.

Ya, ini hanya sebuah permainan bola, tidak menyangkut hidup atau mati bukan, tapi mengapa dalam kenyataannya ada begitu banyak hal yang lebih menyangkut hidup atau mati, tidak mendapat tanggapan seentusias pertandingan bola ini? Salah satu jawaban adalah karena manusia, sejak kejatuhannya dalam dosa, suka melihat kehidupan ini sebagai suatu pertandingan, namely  pertandingan melawan sesamanya. Perjuangan untuk memperoleh gelar “I am be tter than thou, greater than thou, holier than thou” ini bukan hanya penyakit akut negara tertentu atau partai tertentu seperti National Sozialismus (Nazi) misalnya, melainkan penyakit akut seluruh manusia berdosa. Ketika ia berhasil mengalahkan sesamanya, ia menikmati penerimaan serta penghargaan diri yang palsu.

Sejak awal pertandingan yang tidak sehat ini (jauh berbeda dengan pertempuran rohani yang dinubuatkan antara benih perempuan melawan si ular tua) sudah terjadi dalam nenek moyang kita. Pertandingan yang pertama ini bukan sepak bola melainkan pertandingan atau adu persembahan kepada Tuhan! Alangkah ironisnya jika di antara hamba-hamba Tuhan, para pelayan Tuhan yang terjadi adalah spirit Kain terhadap Habel ini. Pelayanan yang seharusnya saling melengkapi, saling mengisi kekurangan satu sama lain, menjadi semacam persaingan, di mana satu orang menjadi ancaman bagi orang yang lain. Kain dikuasai oleh dukacita duniawi ketika ia mendapati bahwa pertandingan itu ‘dimenangkan’ oleh Habel dan dia hanya mendapat juara kedua (dari dua peserta J). Iri hati dan kebencian segera menguasai dirinya, sekalipun Tuhan sudah memperingatkan agar ia berkuasa atas nafsu dosa ini.

Seorang yang biasa hidup dalam spirit kompetisi, di dalam kehidupannya akan bany ak mengalami kekecewaan dan kesedihan yang tidak perlu. Orang demikian biasanya memiliki hati yang sempit dan tidak rela melihat sesamanya atau orang lain dipuji, dihargai, dihormati, dikagumi lebih daripada dia. Ia akan mengembangkan spirit mengasihi diri sendiri (bhs. Jawa: nelongso), suatu penyakit jiwa yang membuat seseorang tidak dapat melihat kelimpahan anugerah Tuhan, khususnya dalam diri orang lain. Suatu komunitas gereja yang dipenuhi dengan orang-orang yang berjiwa seperti ini akan sulit untuk dipergunakan secara leluasa oleh Tuhan, kecuali kita semua diubahkan terlebih dahulu oleh kuasaNya. Sangat disayangkan banyak gereja memberikan tugas kepemimpinan bukan berdasarkan karakter dan integritas hidup seseorang melainkan berdasarkan banyaknya gelar, banyaknya talenta dan bakat, kefasihan berbicara, kemampuan organisatoris, kelihaian mencari muka manusia (bukan muka Tuhan!), public relationship, dan sederetan kualifikasi-kualifikasi lainnya yang tidak seturut dengan kualifikasi Tuhan. Masa depan gereja akan sangat suram jika dipimpin oleh orang-orang yang dalam filsafat pelayanannya lebih banyak diwarnai oleh spirit kompetisi.

Kita tidak sedang membahas bahwa orang Kristen tidak boleh ikut pertandingan bola, atau tidak boleh main game, bulutangkis jangan pakai hitungan, ujian ndak usah dikasih nilai dsb, karena itu berarti kita harus meninggalkan dunia ini. Yang menjadi persoalan adalah menemukan identitas diri dalam hirarki kemenangan dan kekalahan, sehingga yang mendefinisi hidup saya adalah perbandingan dengan sesama saya. Lho, apa salahnya, bukannya dunia kita memang dipenuhi dengan penilaian seperti itu? Ya, tapi itu dunia kita, bukan penilaian dari surga. Kita masih hidup dalam dunia ini, tapi kita tidak berasal dari dunia ini, demikian kata firman Tuhan. Kita tidak dipanggil untuk menjadi serupa dengan dunia ini (conformed), melainkan supaya kita berubah dan mengalami transformasi yang dikerjakan oleh Tuhan dengan kuasa firmanNya.

Alkitab mengajarkan kita tidak dinilai berdasarkan perbandingan dengan sesama kita. Ya, bahkan rasul Petrus pun pernah gagal dalam hal ini ketika dia mencoba, dalam keinginan-tahuannya, setelah Tuhan Yesus berbicara sekaligus menubuatkan tentang kematiannya, untuk mengetahui (dan dengan diam-diam membandingkan) bagaimana akhir hidup Yohanes, rekan pelayanannya, yang juga termasuk murid paling eksklusif dari Yesus sendiri. Jawaban yang diberikan oleh Tuhan sangat jelas: “…. itu bukan urusanmu.” Maksudnya: itu adalah urusan dan bagian Tuhan, bukan bagian Petrus. Melalui ayat ini (dan masih banyak ayat-ayat yang lain) kita mempelajari suatu prinsip bahwa yang mendefinisikan hidup manusia bukanlah perbandingannya dengan sesamanya (apakah dia lebih atau kurang, atau seri, perlu perpanjangan 15 menit, perlu diadu penalti etc.) melainkan bagaimana dia dengan setia menjalankan porsi yang Tuhan percayakan dalam dirinya, berdasarkan takaran iman dan kedewasaannya di hadapan Tuhan. Jangan cepat berpuas diri jika kita mendapati orang lain mengatakan kepada kita bahwa kita lebih baik daripada itu atau ini, atau juga jika manusia mengatakan kita tidak sebaik ini atau itu. Pertanyaan itu mengaburkan identitas diri dengan pemberian definisi yang salah. Kita perlu untuk terus menanyakan pada diri kita apakah kita dengan setia menjalankan apa yang dituntut Tuhan berdasarkan takaran kita masing-masing, bukan berdasarkan perbandingan saya dengan si anu, melainkan suatu tuntutan terhadap diri berdasarkan apa yang dituntut oleh Tuhan.

Di sini kita melihat bahwa persoalan universality dan particularity mendapatkan kesatuannya (unity) ketika kita menjalankan dan menaati panggilan Tuhan dalam hidup kita. Secara aspek universal, kita sebagai sesama rekan kerja, bekerja di ladang yang sama, di kerajaan yang sama yaitu Kerajaan Tuhan, dan sekaligus kita menemukan keunikan diri kita masing-masing, dengan takaran kita masing-masing, tingkat kedewasaan rohani masing-masing, dan talenta serta tempat atau posisi yang masing-masing diberikan oleh Tuhan dalam mahabijaksanaNya. Alangkah indahnya jika setiap orang mengenal keunikan di mana Tuhan menempatkan dirinya dalam Kerajaan Tuhan, dengan tetap mempertahankan visi pelayanan yang mempersatukan kita semua yaitu menjalankan kehendak Tuhan, memuliakan Dia, taat kepada firmanNya dan menggenapkan panggilan Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, menolong kita untuk menemukan dan menjalankan dengan setia panggilan kita dalam ladangNya yang mulia. Soli Deo Gloria.

Rev. Billy Kristanto
Reformed Evangelical Church of Indonesia
= http://www.grii.de =        

For me to live is Christ, and to die is gain. If I am to live in the flesh, that means fruitful labor for me (Phil 1:21-22)
====================================================

Dari Ulat Menjadi Kupu-Kupu
Oleh: Sunanto

Rom 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan kepada Tuhan dan yang sempurna. “

Sebagai seorang pecinta keindahan, saya sangat menyukai kupu-kupu sebab serangga ini mempunyai sayap yang sangat indah.
Selain itu setiap kupu-kupu memiliki corak dan warna yang berbeda sehingga sulit menemukan kupu-kupu yang sama persis.
Namun kupu-kupu yang indah tersebut sebenarnya berasal dari ulat kepompong yang mana sama sekali tidak menarik untuk dipandang bahkan bagi beberapa orang agak menjijikkan.
Untuk menjadi kupu-kupu yang indah dan dapat terbang, ulat kepompong harus mengalami sebuah perubahan (transformasi) yang disebut juga proses metamorfosis.
Kata berubahlah pada ayat diatas berasal dari kata ‘metamorphoo’ yang artinya diubah, ditrasformasikan atau berubah bentuk.
Oleh karena itu proses perubahan (transformasi) yang kita alami dapat digambarkan seperti proses yang dialami oleh ulat kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu.

Satu waktu ada seseorang menemukan ulat kepompong di sebuah pohon yang ada dipekarangan rumahnya.
Orang itu memperhatikan di dalam kepompong tersebut ada ulat kecil (bakal kupu-kupu) yang sedang menderita dan berjuang  untuk melepaskan diri dari kepompong tersebut.
Karena ia merasa kasihan dengan penderitaan ulat tersebut maka ia mengambil pisau silet untuk merobek kepompong tersebut.
Ulat tersebut memang langsung bebas dari penderitaan tetapi hal itu justru membuatnya tidak dapat menjadi kupu-kupu yang dapat terbang.
Perjuangannya untuk keluar dari kepompong sebenarnya merupakan cara yang telah dirancang oleh Tuhan untuk menumbuhkan dan menguatkan sayapnya yang indah.
Karena tidak dapat terbang akhirnya sang kupu-kupu tersebut menjadi mati.
Orang yang berniat untuk membantu sang kupu-kupu malah tanpa disengaja telah membuat kupu-kupu tersebut mati muda.

Proses perubahan (transformasi) dalam kerohanian kita menuntut penderitaan dan perjuangan sebab itu merupakan peraturan Tuhan.
Seringkali dalam perjuanganlah kita mendapat kekuatan sehingga dikala kita sudah cukup kuat maka satu waktu kita dapat terbang.
Musuh akan menawarkan jalan pintas kepada kita seperti yang ia tawarkan pada Tuhan kita tetapi Yesus menolak jalan pintas tersebut sebab Ia mengetahui hanya lewat cara Tuhan maka Ia akan dapat memperoleh kemenangan yang sejati.
Di Getsemani, Yesus bergumul sampai mengeluarkan keringat darah karena Ia sangat ketakutan mengetahui diriNya akan disalib tetapi Ia menyerahkan hidupNya sepenuhnya ke dalam kehendak Bapa.
Kunci kemenangan Yesus adalah penyerahan hidupNya yang total kepada Bapa.
Jika kita ingin mengalami kemenangan dalam setiap ujian dan tantangan yang melanda hidup kita maka kita juga harus berani menyerahkan hidup kita sepenuhNya kepada kehendak Tuhan.
Semakin cepat kita menyer ah semakin cepat kemenangan itu dapat kita raih.

Beberapa tahun belakangan ini kata transformasi menjadi kata yangsangat populer di kalangan kristiani Indonesia.
Saya agak terkejut ketika beberapa waktu yang lalu seseorang bertanya kepada saya  kapankah akan terjadi transformasi di Indonesia sebab sudah doa begitu lama kok sepertinya tidak terjadi apa-apa.
Saya percaya bahwa Tuhan ingin mentransformasi bangsa ini tetapi saya percaya hal itu hanya akan terjadi bila sudah cukup banyak jumlah orang Kristen di Indonesia yang sudah ditransformasikan hidupnya.
Kita tidak akan bisa mengubah bangsa ini bila diri kita saja belum berubah.
Jika kita berubah maka lingkungan kita juga pasti berubah, jika lingkungan kita berubah maka masyarakat kita akan berubah, jika masyarakat kita berubah maka bangsa kita akan berubah, inilah yang disebut transformasi.

Hati saya rindu melihat satu hari nanti Indonesia akan mengalami transformasi menjadi seperti apa yang telah dirancangkan oleh Tuhan sejak semula.
Akan tetapi, hal itu tidak akan terjadi jika kita sebagai gereja tidak terlebih dahulu mengalami transformasi tersebut.
Saya percaya, hari-hari ini Roh Kudus sedang bekerja di setiap denominasi gereja yang ada di negeri ini untuk mencari orang-orang yang bersedia Dia pakai untuk mengubah negeri ini.
Dengan mata iman, saya telah melihat datangnya sebuah pasukan besar dari berbagai denominasi gereja yang akan dipakai oleh Tuhan untuk mengubah dan membawa negeri masuk ke dalam tujuannya.
Semoga anda termasuk salah satu anggota pasukan yang dipilih oleh Tuhan tersebut !
__._,_.___

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
     Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: jesus-net@yahoogroups.com

If you have any comment or suggestion about this mailing list,
to : [EMAIL PROTECTED]

Bagi Saudara yang berdomisili di Amerika, saudara dapat bergabung
dengan mailing list Keluarga Kristen USA (KK-USA) dengan mengirimkan
email kosong ke [EMAIL PROTECTED] dan ikuti instruksi
yang ada.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-





YAHOO! GROUPS LINKS




__,_._,___

Kirim email ke