KOTAK PANDORA

"Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang
dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah
Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya,
bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam
taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di
tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah
itu, nanti kamu mati." Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu
kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah,
tahu tentang yang baik dan yang jahat." Perempuan itu melihat, bahwa buah
pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu
menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan
dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan
dia, dan suaminya pun memakannya." (Kejadian 3:1-6)

Dosa atau kematian rohani diawali dari kisah Hawa di Taman Eden yang
sebenarnya sudah mendengar firman Allah: "Jangan kamu makan ataupun raba
buah itu, nanti kamu mati." Namun, 'godaan ular'  menjerat Hawa sehingga ia
melihat pohon itu 'baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya dan menarik
hati karena memberi pengertian,'apalagi Hawa terkecoh bisikan Iblis yang
menanamkan keragu-raguan tentang firman Allah dengan memutar-balik fakta
bahwa 'matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu
tentang yang baik dan yang jahat.' Itu menimbulkan rasa 'ingin tahu' Hawa
sehingga ia bertindak memakan buah pohon terlarang, akibatnya Hawa jatuh
dalam dosa.

Mitos Yang Mirip?

Mitologi kejatuhan dosa dalam Alkitab ada paralelnya bukan saja dalam
mitologi Babilonia tetapi kita jumpai juga dalam mitologi Yunani. Kisah
Pandora menggambarkan beberapa kemiripan dengan mitologi dalam Alkitab yaitu
'darimanakah asalnya kejahatan?'

Pandora dikenal dengan Kotak Pandora-nya (Pandora Box) dalam mitologi Yunani
menceritakan bahwa semula hanya ada kaum laki-laki dibumi ini, kemudian
karena kesombongan laki-laki yang mulai bersatu, diciptakanlah oleh Zeus
seorang wanita yang diberi nama Pandora untuk mengimbanginya. Pandora diberi
hadiah sebuah 'Kotak' yang dilarang untuk dibuka karena didalamnya tersimpan
segala yang jahat di dunia ini, namun ke'ingin-tahu'an (curiosity) Pandora
menyebabkannya ia membuka kotak itu. Ketika ia melihat semua yang mengerikan
keluar ia takut dan segera menutup kotak itu namun terlambat, karena justru
ada yang tersisa, yaitu 'harapan' (hope) tertinggal, satu-satunya hal baik
yang ada dalam kotak itu. Pesan moral mitologi Kotak Pandora mensyaratkan
bahwa ada banyak hal didunia ini yang tidak perlu diketahui oleh manusia
karena penuh terisi segala yang mencelakakan, namun ke'ingin-tahu' manusia
menyebabkannya terperosok karena kekurang-tahuannya akan batas yang baik
dari yang jahat.

Data Alkitab yang digambarkan dalam kitab Kejadian 3 memberi pesan penting,
bahwa memang rahasia surgawi mengisyaratkan bahwa Iblis (yang dalam kitab
kejadian dilambangkan sebagai ular) sudah mengacaukan ciptaan dengan
memasukkan hal-hal yang jahat ke dunia ini dan yang tersimpan secara
simbolis dalam 'buah pohon pengetahuan.' Tuhan hanya mengingatkan Hawa agar
'Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati' (ayat-3)
sekalipun buah itu tersedia dalam taman.  Ke 'ingin-tahu'an Hawa terangsang
karena ditipu si Ular, yang memutar-balikkan firman Allah, bahwa 'Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya' (ayat-1) dan 'Sekali-kali
kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu
memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu
tentang yang baik dan yang jahat' (ayat-5), ini menyebabkannya Hawa tertipu
dengan memakan buah itu dan sebagai akibatnya manusia mengalami kematian
rohani (bercerai dari Allah). 

Lalu bagaimana dengan kemiripan kisah Dosa Hawa dengan kisah penciptaan
dalam mitologi kuno yang lain? Sekalipun ada kemiripan pesan moral tapi ada
juga perbedaannya, yaitu Alkitab menceritakan (1) pra-peringatan, yaitu
firman tentang 'adanya bahaya akan mati,' (2)  pasca peringatan, yaitu ujian
iman ketaatan akan firman dengan pertanyaan 'Di manakah engkau?' dan 'Apakah
yang telah kauperbuat?', dan  (3) purna-peringatan, yaitu karena sudah
terlanjur dilanggar bahwa masih ada 'harapan' (hope) karena dijanjikan bahwa
keturunan Hawa akan 'meremukkan kepala ular' yang tergenapi dengan
kedatangan Messias yang diceritakan dalam Perjanjian Baru yang telah
mengalahkan maut dan kuasa Iblis dan menjanjikan pengharapan hidup kekal
bagi mereka yang percaya kepada-Nya (Yoh.3:16). 

Memang ada kalangan yang terpengaruh pikiran bebas liberalisme yang kemudian
beranggapan 'ah itu sekedar mitos' yang harus didemitologisasikan dari
berita Alkitab, ini mendorong ekstrim sebaliknya yaitu pikiran tertutup
fundamentalisme yang lari kepada sikap yang menganggap setiap kata-kata
Alkitab tidak bisa salah dan harus diterima apa adanya termasuk kisah
Kejadian, ditengah kedua ekstrim itulah terbuka berbagai pendapat. Seorang
teolog Injili C Stephen Evans mengemukakan:

"Saudaraku umat Kristen, janganlah khawatir kalau saya menyebut Injil sebuah
mitos. Menyebutnya sebagai sebuah mitos adalah sekadar untuk menggarisbawahi
cara untuk mengungkapkan arti universal dari cerita tertentu. Namun, kalau
saya menggunakan istilah 'mitos', mitos itu dapat bersifat sejarah. Jadi,
jangan menolak bahwa kejadian itu benar-benar terjadi." (The Historical
Christ & the Jesus of Faith, hlm.67)

Mengenai 'Apakah setiap kata-kata dalam Alkitab bisa salah?' dua teolog
Injili memberikan pandangan yang seimbang berikut:

"Alkitab, firman tertulis, adalah otoritas terakhir segala-sesuatu tentang
iman dan praktek kristiani." (J.I. Packer, Fundamentalism and the Word of
God, hlm.75). Namun dalam buku yang sama ia mengatakan bahwa "Alkitab adalah
firman Allah yang benar, namun apakah setiap kata-katanya bisa salah atau
tidak adalah tugas Ilmu Hermeneutika untuk mengungkapkannya."  

"Kebenaran berita Kristen tidak tergantung pada ketidak bersalahan Alkitab .
tetapi bergantung pada kebangkitan Yesus. Kepercayaan akan sifat sejarah
Alkitab tidak tergantung ketidak bersalahan Alkitab atau akan bukti bahwa
tidak ada kesalahan apapun dapat ditemui di dalamnya" (Graig A. Evans,
Fabricating Jesus, hlm. 31).

Dari beberapa pendapat teolog Injili diatas dapat diraba adanya pengakuan
konservatif bahwa 'Alkitab adalah firman Allah tertulis yang menjadi
otoritas terakhir segala sesuatu tentang iman dan praktek kristiani,' namun
juga disebutkan bahwa 'mengenai apakah setiap kata-katanya bersalah atau
tidak itu adalah tugas Ilmu Hermeneutika (ilmu tafsir).' Mengenai mitos,
kita jangan melihatnya secara sempit sekedar dongeng yang tidak benar atau
menganggapnya persis seperti yang tersurat (harfiah), namun seperti yang
dikemukakan Stephen Evans diatas, mitos adalah ungkapan kebenaran sejarah
kuno yang tersirat dan terbungkus dalam bahasa yang mengandung simbolisme.
Adanya kemiripan mitologi dibanyak tempat dapat dimaklumi karena baik
Sejarah Dunia maupun Alkitab mengaminkan bahwa asal-muasal budaya manusia
bermula di Mesopotamia dan 'ingatan masa kuno' itu dibawa kemana-mana oleh
keturunan manusia.

Sekarang, dalam hubungan dengan kemiripan mitos 'Hawa' (Ibrani) dan
'Pandora' (Yunani), kita mengetahui bahwa mitos itu merupakan simbolisasi
kebenaran, namun dengan iman kita dapat mengaminkan bahwa mitos dalam
Alkitab itu mengungkapkan kebenaran yang dipelihara Tuhan dengan 'Wahyu' dan
'pimpinan Roh Kudus,' namun mengenai sampai dimana keakuratan kebenarannya
adalah tugas hermeneutika (yang bernafas injili tentunya) untuk
mengungkapkannya karena manusia dengan keterbatasan akal-budinya tidak
mungkin mengetahuinya dengan pasti. 

Apa Yang Bisa Dipelajari?

Dari ajaran Alkitab mengenai 'Penciptaan Manusia dan Kejatuhan dalam Dosa'
kita bisa melihat isu masakini dikalangan manusia modern yang menganggap
seakan-akan mereka dapat berfikir sebebas-bebasnya tanpa batas dan merasa
sudah dewasa (coming of age) yang mampu membedakan antara yang baik dan yang
jahat. Kenyataan duniapun menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin karena
bagaimanapun manusia itu terbatas fisik maupun rasionya.

Dalam menghadapi kebebasan, keterbukaan dan ke'ingin-tahu'an liberalisme,
kita patut berhati-hati, soalnya bila kita masih muda dalam iman, ibarat
'anak kecil kita masih mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran
yang merupakan permainan palsu manusia yang menyesatkan' (Efs.4:14), tetapi
'jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu
yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh
keselamatan' (1Ptr.2:2), sebab hawa-nafsu dan ke'ingin-tahu'an kita bila
dituruti akan menguasai kita' (1Ptr.1:14). 'Makanan keras adalah untuk
orang-orang dewasa, yang mempunyai pancaindera yang terlatih untuk
membedakan yang baik dari yang jahat' (Ibr.5:13-14).

Kasus Hawa dan Pandora menunjukkan bagaimana keingin-tahuan manusia dalam
kekanak-kanakannya telah menjerumuskannya ke dalam jurang, karena itu hal
itu bisa dijadikan cermin dan pelajaran bagi kita dalam soal pertumbuhan
iman kita. Bertumbuhlah lebih dahulu dengan susu rohani yang dapat
menumbuhkan iman kita menuju kedewasaan iman, iman yang telah dewasa akan
mengantar kita dalam memenuhi ke'ingin-tahu'an kita karena dengan iman yang
dewasa kita dibekali dan terlatih membedakan yang baik dari pada yang jahat.


Akhirnya . . . . .

Ikutilah tiga tahap peringatan Allah seperti yang diterima oleh Hawa, yaitu:
(1) pra-peringatan berupa dengar-dengaran akan firman Tuhan agar kita
mengetahui apa kehendah Allah, yang baik, yang berguna, dan yang sempurna;
(2) pasca-peringatan, hendaklah kita selalu diuji mengenai sampai 'dimana
kita berada' dan 'apa yang sudah kita perbuat?,' sebab ingatlah bahwa Tuhan
masih menyediakan (3)  purna-peringatan berupa harapan keselamatan dalam
diri Tuhan Yesus Kristus agar menghibur kita bahwa kita tidak berjalan
sendiri melainkan 'Kristus yang diam di dalam ku,' demikian juga sudah
dijanjikan bahwa 'Roh Kudus' akan menyertai dan mengajar kita.' Tanpa ini
semua janganlah kita berharap menjadi dewasa dalam arti sebenarnya di luar
Allah.

A m i n ! ***

 

Kirim email ke