From: i-kan-m...@hub.xc.org [mailto:i-kan-m...@hub.xc.org] 

Edisi 13/Maret/2011 -- Bakumpai, Indonesia

Vol.14, Maret 2011

Shalom,

Edisi e-JEMMi minggu ini akan mengajak kita untuk belajar dari Paulus tentang 
arti bersekutu dalam penderitaan Kristus. Paulus yang semula membanggakan diri 
atas ketaatan dan kepintaran agamawinya, mengalami titik balik ketika berjumpa 
dengan Kristus. Cara pandangnya yang keliru terhadap Elohim diganti dengan 
pengenalan yang benar akan Elohim. Dari peristiwa itulah, kisahnya sebagai 
penginjil yang luar biasa bermula.

Di edisi ini Anda juga akan diajak untuk mengenal lebih dekat tentang salah 
satu suku di negara kita, yaitu etnis Bakumpai di Pulau Kalimantan. Semoga 
melalui sajian Profil Bangsa ini, hati kita semakin tergerak untuk mendukung 
pelayanan pekabaran Injil di Nusantara. Selamat menyimak, Tuhan Yesus 
memberkati.

Redaksi Tamu e-JEMMi,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://misi.sabda.org/ >

RENUNGAN: PERSEKUTUAN DALAM PENDERITAAN KRISTUS

Mengenal Kristus

Visi apa yang harus ada dalam kehidupan orang percaya? Visi Kristus, yaitu 
menjadi serupa dengan Kristus dan Kristus dimuliakan dalam hidupnya! Itulah 
yang menjadi prinsip Paulus -- bagiku hidup adalah Kristus (Filipi 1:21). 
Inilah saran Paulus, "Mengenal Kristus dalam pengenalan yang terdalam, 
terintim, sedemikian sehingga akhirnya dia bisa berkata, 'hidupku bukannya aku 
lagi, tetapi Kristus dalamku'" (Galatia 2:19).
-------------------------------------------------------------
KS-ILT
Fil 1:21 Sebab bagiku, hidup itu Kristus, dan mati, keuntungan.

Gal 2:19 Sebab melalui torat aku telah mati bagi torat, supaya aku dapat hidup 
bagi Elohim.

KJV
Php 1:21 For to me to live is Christ, and to die is gain. 

Gal 2:19 For I through the law am dead to the law, that I might live unto God. 

Mengapa Paulus merasa penting untuk mengenal Kristus? 
Pertama, karena dahulu ia hidup seolah mengenal dan melayani Elohim, tetapi 
sesudah bertemu Kristus pertama kali, baru ia ketahui bahwa ia sedang melawan 
Elohim dan menganiaya Kristus. Karena tidak mengenal Kristus, Paulus telah 
salah arah dalam hidup dan pelayanannya. 
Kedua, dulu Paulus membanggakan dirinya sendiri sebagai seorang yang benar 
karena melakukan hukum Taurat. Ternyata, semua itu keliru. Upaya mencari 
kebenaran lewat usaha sendiri untuk mematuhi hukum Taurat, tidak membawa Paulus 
menjadi orang benar. 
Kata "benar" di sini berarti berada dalam relasi yang benar dengan Elohim. 
Paulus sadar bahwa semua yang ia miliki dulu dan semua yang ia upayakan dulu, 
tidak menjadikan dia benar di hadapan Elohim. Hanya ketika ia bertemu dengan 
Kristus mata rohaninya tercelik, sehingga ia sadar bahwa ia bukan orang benar. 
Kristus, dengan karya salib-Nyalah yang membawa pembenaran buat orang yang 
percaya dan menerima Dia. Kristuslah yang menjadi agen pembenaran karena Dia 
adalah Elohim.

Relasi yang benar dengan Elohim merupakan permulaan hidup baru. Relasi yang 
benar harus membuahkan hidup yang benar, tingkah laku, pikiran, perkataan, dan 
segala sesuatu yang benar. Ini hanya mungkin terjadi kalau orang percaya 
bertumbuh rohaninya. Ini hanya bisa terjadi kalau Kristus terus-menerus menjadi 
sumber kekuatan rohani kita dan model hidup benar kita.

Oleh karena itu, tujuan Paulus juga harus menjadi tujuan orang percaya, yaitu 
mengenal Kristus sedemikian sehingga kita menjadi serupa Kristus, dan kuasa-Nya 
yang utama hadir dalam hidup kita sebagai anak-anak Elohim. Namun, sebelum 
mengalami sepenuhnya kuasa kebangkitan Kristus itu, kita juga harus bersekutu 
dalam penderitaan-Nya. Ini paket rohani yang tidak bisa dipisahkan. Kita harus 
mengalami persekutuan dalam penderitaan-Nya sedemikian, sehingga kita menjadi 
serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, baru akhirnya kita beroleh kebangkitan 
dari antara orang mati.

Apa Arti Bersekutu dalam Penderitaan Kristus?

Pertama, menerima penderitaan Kristus sebagai fakta yang menjadikan kita 
mengalami keselamatan. Kalau Kristus tidak menderita dan mati karena dosa-dosa 
kita, kita masih ada dalam belenggu dosa dan akan binasa kekal. Menerima fakta 
berikut, menyebabkan kita tidak akan pernah menyombongkan diri seakan-akan 
keselamatan kita itu karena usaha kita sendiri, atau karena kita cukup baik 
untuk mendapatkan keselamatan. 
Sebaiknya, kita mengucap syukur karena kasih dan pengorbanan Kristus di salib 
yang menyebabkan kita hari ini adalah milik-Nya.

Kedua, bersekutu dalam penderitaan Kristus berarti kita mau berbagi dengan apa 
yang Dia pernah alami, yaitu menderita menanggung dosa, ditolak, dianiaya, 
bahkan dibunuh. Menderita seperti Kristus dan menderita bagi Kristus adalah 
suatu kehormatan, kemuliaan, dan kepercayaan dari Dia yang mengizinkan kita 
berbagi dengan penderitaan-Nya. Pikul salib adalah suatu panggilan hidup yang 
mulia. Dengan pikul salib, kita bukan hanya menjadi bagian dalam penderitaan 
Kristus, tetapi juga menyaksikan kepada dunia bahwa salib Kristus berkuasa 
menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa dan kebinasaan kekal.

Ketiga, bersekutu dalam penderitaan Kristus sampai serupa dengan Dia dalam 
kematian-Nya berarti mati terhadap dosa. Kristus mati untuk menebus dosa 
manusia. Dia menderita dan mati supaya kita dibebaskan dari belenggu dosa. 
Hidup kita yang sudah mengalami pembebasan dari dosa, seharusnya tidak lagi 
membiarkan diri dikendalikan oleh dosa. Ini aspek penyangkalan diri. Diri kita 
adalah milik Kristus yang sudah menebus kita dengan penderitaan-Nya, dengan 
curahan darah-Nya, dengan jiwa-Nya. 
Artinya, kita menolak hidup gampangan yang hanya menuruti kita semata-mata, 
bahkan keinginan daging, supaya penderitaan Kristus bahkan kematian-Nya tidak 
sia-sia. Jadi, persekutuan di dalam penderitaan-Nya bermakna penuh buat hidup 
kita tatkala kita menguduskan diri dari berbagai godaan dosa, yang di dalamnya 
berarti ada penyangkalan akan hak-hak kita demi hidup kita yang lebih mulia, 
kudus, menjadi berkat buat sesama, dan memuliakan Tuhan.

Saat anak-anak Tuhan mengenal Kristus secara mendalam, yang dimulai dengan 
bersekutu di dalam penderitaan-Nya, maka kuasa kebangkitan Kristus mulai 
menghasilkan dampak yang dahsyat dalam kehidupan mereka. Kuasa itu pertama-tama 
menghasilkan anak-anak Tuhan yang berkemenangan terhadap pergumulan daging, 
godaan dunia, dan tipu daya iblis yang hendak menyeret mereka kembali 
terjerumus dalam dosa. Kuasa itu juga akan menjadi daya pendorong yang luar 
biasa untuk menyaksikan Kristus kepada dunia, disertai demonstrasi kuasa 
Kristus yang nyata.

Diambil dari:
Judul buletin: Partner, Tahun XXIII, Edisi 1, Tahun 2009
Penulis: Hans Wuysang
Penerbit: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta
Halaman: 1 -- 2

PROFIL BANGSA: BAKUMPAI, INDONESIA

Sejarah

Mayoritas orang Bakumpai tinggal dekat Sungai Barito, yang mengalir melalui 
provinsi Kalimantan Tengah. Di Kalimantan bagian selatan, orang Bakumpai 
tinggal di Distrik Bakumpai, kabupaten Barito Kuala; sementara mereka yang di 
Kalimantan Tengah tinggal di kabupaten Barito Selatan. Tetangga mereka di 
selatan adalah orang Banjar dan di utara adalah orang-orang Ngaju dan Maayan. 
Beberapa ahli berspekulasi bahwa orang Bakumpai adalah salah satu sub-kelompok 
dari kelompok orang Ngaju, meskipun Bakumpai menganggap mereka sebagai suatu 
kelompok yang terpisah. Orang Bakumpai adalah satu dari kelompok orang dalam 
kelompok Barito, yang merupakan bagian dari kelompok etno-linguistik Dayak yang 
lebih luas. Orang-orang Dayak (kadang-kadang dibagi berdasarkan tempat tinggal, 
orang Dayak Daratan dan orang Dayak Pantai/laut) cenderung tinggal di sepanjang 
bantaran Sungai bagian dalam Kalimantan. Suku Dayak mungkin berasal dari Asia 
Barat sebagai orang-orang Mongolia migran, yang memasuki kepulauan melalui 
sebelah barat kota pesisir, yang saat ini disebut Martapura (di Kalimantan 
Selatan).

Seperti Apakah Kehidupan Mereka?

Wilayah di mana orang Bakumpai tinggal, dilewati oleh banyak sungai. Oleh 
karena itu, orang Bakumpai telah mengembangkan teknologi untuk transportasi 
air. Mereka biasanya menggarap sawah karena naik turunnya air sungai. Pekerjaan 
lain adalah menggarap lahan-lahan non-irigasi, memancing di sungai, berdagang, 
dan memproduksi peralatan rumah tangga. Meskipun orang Bakumpai dianggap 
sebagai bagian dari kelompok suku Dayak yang lebih besar, kehidupan sosial 
budaya mereka lebih banyak dipengaruhi oleh orang Banjar. Zaman dahulu, ketika 
wilayah Banjarmasin masih di bawah kekuasaan sebuah kerajaan Hindu, sistem 
sosialnya dipengaruhi oleh sistem kasta berdasarkan agama Hindu. Sistem 
kekerabatan Bakumpai juga mirip dengan sistem bilateral orang Banjar. 
Bersama suami, seorang istri menjalankan peranan penting dalam keluarga utama. 
Menurut tradisi Bakumpai, pasangan suami istri yang baru menikah, bebas untuk 
memilih tempat tinggal mereka. Mereka boleh memilih untuk tinggal bersama 
kerabat suami atau istri, atau terpisah dari rumah mereka sendiri. Sistem 
pembagian warisan cenderung mengikuti aturan-aturan agama Islam.

Apakah Kepercayaan Mereka?

Pada umumnya, orang Bakumpai adalah pemeluk agama Islam. Pengaruh Islam dapat 
dilihat hampir di setiap aspek kehidupan mereka. Pengaruh Islam adalah bukti 
dalam sistem sosial mereka, hubungan-hubungan keluarga yang diperluas, dan 
bahkan dalam karya-karya seni mereka. Wilayah Marabahan, pusat wilayah di mana 
orang Bakumpai berdomisili, telah mencetak banyak guru-guru agama Islam 
terkenal yang telah menyebarkan agama Islam sejauh hulu Sungai Barito.

Apakah Kebutuhan-kebutuhan Mereka?

Saat ini orang Bakumpai membutuhkan pengembangan teknologi dengan metode-metode 
pertanian untuk memfasilitasi pembangunan daerah mereka yang berawa-rawa. 
Hingga kini, sistem irigasi mereka untuk pengolahan sawah, sepenuhnya 
bergantung pada pasang surutnya air, baik dari laut maupun dari cabang-cabang 
Sungai Barito. Mereka masih belum memunyai suatu sistem irigasi yang cukup 
untuk semua kebutuhan mereka, dan masih bergantung pada siklus tersebut. Dalam 
kerangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, Bakumpai juga 
membutuhkan lebih banyak perhatian di bidang kesehatan, klinik, dan tenaga 
medis. Di samping itu, pengembangan upaya percepatan transportasi mereka 
sepanjang sungai, dan peningkatan keterampilan tangan mereka akan sangat 
membantu dalam meningkatkan pendapatan mereka. (t\Samuel)

Pokok Doa:
1. Doakan agar pemerintah menaruh perhatian terhadap kehidupan dan kebutuhan 
orang Bakumpai, sebagai bagian dari warga negara Indonesia.

2. Doakan agar kebutuhan orang Bakumpai akan sistem irigasi dan transportasi 
yang efektif dapat segera terpenuhi.

3. Doakan agar semakin banyak petugas medis yang bersedia ditempatkan di 
wilayah orang Bakumpai untuk melayani masalah kesehatan mereka.

4. Doakan setiap pelayanan misi bagi orang Bakumpai, agar dapat menjangkau 
mereka secara efektif dan mengenalkan mereka kepada kasih Yesus.

5. Doakan orang Bakumpai agar membuka diri terhadap pemberitaan Kabar 
Keselamatan Kristus.

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10597
Judul asli artikel: Bakumpai, Indonesia
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 24 Januari 2011

"THROUGH PRAYER, THE FINITE MAN CAN HELP THE POWER OF THE INFINITE GOD"

Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >

Kirim email ke