YESUS VEGETARIAN ?

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih,
yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya
penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." (Matius 23:27)

 

Salah satu ciri aliran kultus/sekte abad XIX adalah penekanan pada kesucian
tubuh secara taurat termasuk soal makanan halal/haram, bahkan ada yang
menuntut kehidupan vegetarian (tidak makan daging) karena Yesus juga
dianggap vegetarian. Bagaimanakah sebenarnya ajaran Tuhan Yesus mengenai hal
ini?

Alasan - Alasan 

Setidaknya ada lima alasan yang dikemukakan untuk menunjang bahwa Tuhan
Yesus vegetarian dan mengajarkan-Nya dan ini dikatakan sebagai dicontohkan
dalam hidup Yesus. Biasanya alasan yang dikemukakan berasal dari sumber
diluar Alkitab atau ayat-ayat Alkitab yang ditafsirkan secara sempit:

(1)     Peri ke'hewan'an disebut dicontohkan Yesus;

Yesus biasa digambarkan bersifat belas kasih dan cinta damai yang
menggendong anak domba, Ia menyuruh menolong lembu di hari Sabat dan mencari
domba yang tersesat, ini dikatakan menunjukkan Yesus menyayangi hewan,
bahkan dikatakan Nuh disuruh memelihara dan menyelamatkan hewan karena itu
tidak mungkin Yesus makan dan menyuruh murid-Nya makan daging domba dan
ikan. Contoh lainnya adalah kekejaman penjagalan yang membantai hewan untuk
konsumsi manusia yang tidak berperi ke'hewan'an, jadi seharusnya kita tidak
makan daging. 

Alkitab tidak menunjang pendapat ini karena sekalipun sering digambarkan
Yesus menyuruh umat memelihara dan menolong lembu dan domba itu bukan
dimaksudkan agar mereka memenuhi bumi melainkan agar mereka cukup sehat
untuk konsumsi bahkan tidak bercacat cela ketika dipersembahkan sebagai
kurban dan kemudian dimakan umat secara bersama-sama. Kalau Nuh disuruh
memelihara dan membawa hewan  itu bukan dimaksud agar tidak dimakan, sebab
justru dipersiapkan agar menjadi makanan sesudah banjir (Kej.9:1-3). Soal
penjagalan hewan untuk konsumsi, bayangkan kalau hewan dibiarkan
berkembang-biak dengan bebas tentu mereka akan menghabiskan rumput dan
tumbuh-tumbuhan untuk hidup, manusia akan terdesak dan terjadi konflik
dengan hewan, demikian juga hewan liar akan saling makan dan berkembang biak
karena makanan banyak dan tentu banyak yang akhirnya masuk kota mendesak
habitat manusia. Apa jadinya kalau kita tidak membantai nyamuk yang menyerbu
rumah kita maupun membiarkan ribuan ayam mati terkena flu babi? Belum lagi
kalau dipikirkan bahwa menghindari pembantaian binatang berarti mendatangkan
masalah pengangguran yang serius dimana pegawai sektor peternakan dan
industri pangan akan menganggur. Itulah yang akan terjadi kalau semua
manusia menjadi vegetarian.

(2)     Pengalaman Para bapak gereja;

Bapak-bapak gereja seperti Eusebius dan Clement disebut menulis bahwa Yesus
dan para murid vegetarian, karena itu kita harus mencontohnya.

Data Alkitab menunjukkan bahwa Yesus dan para murid makan domba paskah dan
makan ikan bersama-sama jadi kalau ada penafsiran diluar Alkitab oleh bapak
gereja sekalipun itu bukanlah ajaran Alkitab. Tidak salah kalau ada satu-dua
diantara ratusan bapa gereja yang mengambil jalan pertarakan (askese) atau
vegetarian kalau itu pilihan hidup mereka seperti Clement, atau kalau ada
umat karena kesehatan memilih menjadi vegetarian, tetapi jangan kemauan
mereka dipaksakan seakan-akan Yesus juga vegetarian dan masih perlu
disempurnakan keselamatannya dengan kehidupan suci yang tidak makan daging.
Di kalangan bapak gereja memang ada yang menganut kehidupan pertarakan yang
mendisiplin diri dengan kehidupan suci dalam biara.

(3)     Pandangan kultus/sekte;

Beberapa pandangan kultus/sekte abad pertama dijadikan ukuran untuk
menentukan perbuatan Yesus dan murid-Nya. Disebutkan misalnya praktek
vegetarian dari kaum Essenes (Qumran) dan sekte Ebionit, dan bahwa Yesus,
Yakobus, Maria maupun Yusuf adalah tokoh-tokoh Essenes.

Kaum Essenes (Qumran) bukan kristen karena merupakan sekte Yahudi yang
menolak hukum ritual dan menjalankan kehidupan pertarakan termasuk
vegetarian, demikian juga sekte Ebionit adalah umat Essenes (Qumran) yang
melarikan diri ketika orang Romawi menyerbu Jerusalem, kaum ini kemudian
bergabung dengan umat Nasrani (Yahudi-kristen pengikut Yakobus yang tetap
menjalankan Taurat Yahudi), namun karena Essenes tidak mengakui Yesus
sebagai Tuhan dan menolak surat-surat Paulus, kemudian pecah dan kaum
Ebionit kemudian membuat Injil sendiri menurut versi mereka (bukan saksi
mata).

Adalah tidak benar kalau isi Alkitab dihakimi oleh Injil yang lain, karena
Alkitab lah yang seharusnya menjadi ukuran untuk menilai Injil yang lain.
Yesus tidak melarang orang menganut faham pertarakan dan ia tidak menyuruh
Yohanes Pembaptis yang Essenes itu untuk mengubah jalan hidupnya, tapi Yesus
sendiri menjalani kehidupan non-essenes, Yusuf adalah tukang kayu dari
Nazaret bukan tokoh Essenes, dan sekalipun Yesus tidak menikah, murid
utamanya Petrus menikah dan tidak dilarangNya. Yakobus tidak bisa menjadi
ukuran, karena ia merintis sekte nasrani (karena menjalankan nazar, yaitu
kekristenan yang masih tetap memelihara taurat Yahudi, Kis.21:17-23).

(4)     Pandangan agama mistik Timur; 

Yang menarik beberapa sumber luar dipakai untuk menafsirkan bagaimana Yesus
harus hidup seperti pandangan Hindu/Buddha dan penganutnya guru Ching Hai.
Ini aneh, bahwa ajaran Yesus dilihat dari kacamata penganut Ahimsa. Ahimsa
adalah pandangan bahwa semua mahluk itu sama derajatnya dan kehidupannya
jiwa harus dipelihara. Pandangan ini berasal dari keyakinan Reinkarnasi,
bahwa jiwa manusia/hewan itu kekal karena itu pantang membunuh maupun
memakan dagingnya dan kematian akan membuat jiwa itu berreinkarnasi dalam
bentuk mahluk lain tergantung amal baiknya dan kalau manusia jahat meninggal
akan menghasilkan reinkarnasi menjadi hewan.

Sekalipun Yesus ber'inkarnasi' yaitu Allah yang menjadi manusia, Ia tidak
mengajarkan 're'inkarnasi yang mempercayai bahwa bila manusia meninggal akan
hidup lagi sebagai manusia lainnya atau merosot menjadi hewan, apalagi
adanya perpindahan jiwa dari mahluk satu ke mahluk lainnya yang berbeda.
Manusia berbeda dengan binatang dan keselamatan hanya karena iman kepada
Yesus bukan karena amal baik atau berreinkarnasi secara positip/meningkat.

(5)     Eisegese Alkitab: Para penganjur vegetarian sering menggunakan
ayat-ayat Alkitab tapi bukan dengan pengertian yang keluar dari teks Alkitab
itu sendiri (exegese) melainkan memasukkan pandangan sendiri ke dalam teks
Alkitab (eisegese). Sebagai contoh:

(i)          Ayat tentang kuburan; Ayat pembuka artikel ini (Mat.23:27)
ditafsirkan secara aneh, dikatakan bahwa kita harus hidup tidak seperti
kuburan yang didalamnya penuh dengan tulang belulang dan pelbagai jenis
kotoran. Jadi, perut kita juga jangan diisi dengan tulang-belulang dan
pelbagai jenis kotoran hewan seperti kuburan.

Ayat itu dalam konteksnya justru merupakan kritik Yesus terhadap orang
Farisi yang menekankan ibadat lahir, dengan berwajah manis, menjalankan
sabat dan tidak makan makanan haram atau menjadi vegetarian padahal hati
mereka jauh dari Allah. Jadi Yesus bukan berbicara mengenai isi kuburan dan
menganalogikannya dengan isi perut kita melainkan ayat itu menjadi
peringatan kepada yang menekankan ibadat lahir bahwa yang menajiskan itu
bukan yang masuk ke dalam mulut (menjadi isi perut) melainkan yang keluar
dari mulut karena itulah yang keluar dari hati (Mat.15:11-18). Dengan kata
lain makan daging tidak menajiskan!

(ii)         Pemulihan Zaman Sebelum Nuh: Contoh lain disebutkan bahwa
semula Allah menciptakan manusia sebagai vegetarian dan sejak Nuh baru
disuruh makan daging (Kej.9:1-3), jadi karena Yesus datang untuk memulihkan
manusia sebagai yang awal maupun yang akhir maka ia mengembalikan kita pada
kondisi awal vegetarian sebelum Nuh.

Penafsiran demikian jelas tidak sesuai konteksnya, sebab konteks itu
berbicara mengenai dampak perubahan iklim sebelum dan sesudah banjir zaman
Nuh. Sebelum Nuh manusia hidup lama karena hidupnya terlindung dari radiasi
matahari karena adanya lapisan air diangkasa (Kej.1:7) dan karenanya ia
cukup makan tumbuh-tumbuhan (karbohidrat) saja. Banjir Nuh disebabkan
tingkap air itu tercurah kebumi (Kej.7:11), ini mengakibatkan radiasi
matahari masuk secara penuh ke bumi membuat tubuh manusia menjadi lemah,
tidak tahan dan umurnya lebih pendek sehingga perlu mengkonsumsi daging
(protein) untuk bertahan hidup. Tuhan Yesus tidak memulihkan lapisan air
seperti sebelum Banjir Nuh.

(iii)        Yesus mebersihkan Bait Allah; Ini ditafsirkan bahwa Yesus tidak
menyorot soal uang tetapi soal hewan yang diperjual belikan, ini menunjukkan
bahwa Yesus menolak hewan dijadikan makanan, benarkah?

Penafsiran demikian jelas menunjukkan adanya usaha untuk memasukkan faham
luar ke dalam penafsiran Alkitab. Penafsiran kontekstualnya menyebutkan
bahwa yang dipersoalkan Yesus adalah 'jual-beli'nya di tempat suci Bait
Allah dan bukan apa yang diperjual-belikan, agar 'rumah doa' jangan
dijadikan 'sarang penyamun' seperti pasar gelap. (Mat.21:13)

Apa yang Dikatakan Alkitab? 

Sekarang bagaimana sebenarnya yang dikatakan sumber pertama yaitu Alkitab?

Alkitab yang ditulis para saksi mata dengan jelas menyebutkan 'Yesus  makan
domba Paskah';

"Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, pada waktu orang
menyembelih domba Paskah, murid-murid Yesus berkata kepada-Nya: "Ke tempat
mana Engkau kehendaki kami pergi untuk mempersiapkan perjamuan Paskah
bagi-Mu?" . . . Ketika mereka duduk di situ dan sedang makan, Yesus berkata
. . . " (Mrk.14:12-18).

Salah satu mujizat yang dilakukan Yesus adalah 'memberi makan lima ribu
orang dengan ikan dan roti,' adalah tidak masuk akal kalau Yesus vegetarian
tidak mengajarkan para murid-Nya makan sayuran tetapi memberi makan ikan,
mengucap syukur, memberkatinya, lalu makan bersama:

"Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini
sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya
mereka dapat membeli makanan di desa-desa." Tetapi Yesus berkata kepada
mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Jawab
mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." Yesus
berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." Lalu disuruh-Nya orang banyak itu
duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus
menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya
membagi-bagikannya kepada orang banyak." (Mat.14:13-21). 

Dalam kesempatan lain, Yesus juga memberikan makan ikan dan roti kepada
empat ribu pendengarnya:

"Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita
mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?"
Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka,
"dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu
duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu,
mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang
banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. (Mat.10:33-37) 

Ketika Yesus lapar, ia bertanya mengenai kalau-kalau ada makanan kepada para
murid-Nya dan karena mereka tidak punya, Ia menyuruh mereka menangkap ikan
lalu sarapan ikan bersama mereka:

"Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?"
Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah
jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka
menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
. . . Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya
ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru
kamu tangkap itu." . . . Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah."
(Yoh.21:1-14)

'Yesus yang telah bangkit pun masih makan ikan goreng bersama
murid-murid-Nya' 

"Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran,
berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka
memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya
di depan mata mereka." (Luk.24:41-43).

Dalam Perjanjian Lama 'Allah menyuruh manusia memelihara binatang dan makan
daging':

"Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan
akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara,
segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam
tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan
menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga
tumbuh-tumbuhan hijau. (Kej.9:1-3)

Dalam Perjanjian Baru, Petrus menyadari bahwa Yesus yang adalah Allah bukan
saja tidak melarang makan daging tetapi juga ia mendapat penglihatan bahwa
'Tuhan tidak mengajarkan makanan daging halal atau haram,' semua diperkenan
Allah: 

"Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan,
tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. Tampak olehnya langit terbuka dan
turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat
sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis
binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Kedengaranlah olehnya
suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!"
Tetapi Petrus menjawab: "Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan
sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." Kedengaran pula untuk kedua
kalinya suara yang berkata kepadanya: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah,
tidak boleh engkau nyatakan haram." Hal ini terjadi sampai tiga kali dan
segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit. (Kis.10:10-16). 

Ayat-ayat diatas dengan jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak melarang makan
daging dan memberikannya sebagai konsumsi manusia dan Yesus sendiri dalam
inkarnasinya dalam hidup maupun setelah bangkit makan daging bersama para
murid-Nya. Dalam PB tidak ada larangan makan daging atau anjuran vegetarian,
karena itu berhubung Yesus tidak melarang orang makan daging dan bahkan Ia
juga memakannya, maka sebagai pengikut Kristus lebih baik kita mendengarkan
firman-Nya daripada mendengarkan pendapat yang beranggapan bahwa mereka
lebih suci kalau tidak makan daging. ***

Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)

 

Kirim email ke