TIDAK MENGINGINI DUNIA oleh:Pdt. Dr. Erastus Sabdono, D.Th. Ketika seseorang berusaha mencapai standar hidup seperti manusia lain, ia sedang memburu kemuliaan untuk dirinya sendiri, bukan kebaikan yang Tuhan sediakan. Tetapi ketika ia mencari kehendak Allah, maka ia akan menemukan kebaikan Tuhan yang tiada tara. Ia menyukakan hati Tuhan, sebab ia menjadi seperti yang Tuhan kehendaki. Orang seperti ini hidupnya akan berdampak bagi orang lain. Membuat orang lain tidak jatuh dalam dosa atau mengusahakan orang tidak tersandung oleh perbuatannya. Segala sesuatu yang dilakukan membuat orang mengenal Tuhan yang benar dan didewasakan. Biasanya ciri-ciri seperti ini adalah tidak membanggakan kuasa Tuhan atas prestasi yang dicapainya, sebab baginya yang penting adalah kepentingan Tuhan dikedepankan. Dengan mengerti hal ini, kita menyadari betapa berharganya hidup ini. Betapa mahal kesempatan untuk dibentuk atau didandani oleh Allah Bapa menjadi anak-anak kesukaan-Nya. Jika menyadari betapa berharga kesempatan ini, maka orang berani bertaruh berapapun dan apapun demi terselenggaranya pembentukan Allah tersebut. Pada kenyataannya tidak banyak orang yang melewati tahap-tahap tertentu sampai bisa memancarkan pribadi anak-anak Allah dalam hidupnya. Bila bisa memancarkan pribadi anak Allah dalam hidupnya, seseorang akan sangat efektif menjadi saksi Tuhan dimanapun mereka berada. Inilah maksud pengutusan Tuhan, bahwa kita menjadi saksi-Nya. Orang-orang yang mau menjadi saksi ini tidak akan menyayangkan nyawanya, artinya ia tidak akan menggantungkan suasana jiwa atau hatinya dari fasilitas dunia ini. Orang yang menggantungkan suasana jiwanya pada dunia ini berarti masih terikat dengan percintaan dunia. Pada dasarnya orang yang masih dalam percintaan dunia adalah orang-orang yang tidak setia (Yak. 4:4). Mereka tidak akan pernah mengerti bagaimana melayani Tuhan, sebab pelayanan tidak dimulai dari kemampuannya melakukan kegiatan gereja, tetapi dimulai dari hati yang tidak dalam percintaan dengan dunia. Hidup yang dipersembahkan sepenuhnya bagi kemuliaan nama-Nya. Bagaimana kita tahu bahwa segenap hidup kita dipersembahkan sepenuhnya? Bagaimana kita tahu bahwa segenap hidup kita telah diserahkan kepada Tuhan? Apakah dengan menjadi pendeta full timer? Tentu tidak. Tetapi dengan cara menjadikan Tuhan dan kerajaanNya sebagai satu-satunya kesenangan dan tujuan. Kalau seseorang menggantungkan suasana jiwanya pada fasilitas dunia ini, maka ia belum menyerahkan segenap hidupnya bagi Tuhan. Orang yang masih melandaskan kebahagiaan hatinya pada fasilitas dunia, pasti mengingini dunia. Dan orang yang mengingini dunia berarti menyembah Iblis. Sebagai umat pilihan, orang percaya dituntut untuk tidak mengingini dunia sama sekali. Sumber: http://www.rehobot.net/article/tidak_mengingini_dunia Profil Pdt. Dr. Erastus Sabdono: Pdt. Dr. (HC) Erastus Sabdono, D.Th.yang lahir di Surakarta tahun 1959 dalam sebuah keluarga Kristenadalah gembala jemaat Rehobot Ministry di Jakarta. Beliau juga adalah seorang pembicara seminar, KKR, TV dan radio, penulis buku, penanggung jawab majalah dan renungan harian TRUTH, serta pengajar kebenaran Alkitab yang inovatif.Beliau menyelesaikan studi Sarjana Theologi (S.Th.) di Institut Theologi dan Keguruan Indonesia (ITKI/Seminari Bethel Indonesia); meraih gelar Master of Theology(M.Th.)di Sekolah Tinggi Theologi (STT)Jakarta; menerima gelar Doktor Honoris Causa dari American Christian College; menyelesaikan studi doktoral dan meraih gelar Doktor Theologi(D.Th.)dari STT Baptis Indonesia (STBI) Semarang. "Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata." (Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)