Sesuai amanat agung di dalam Matius 28:19-20, maka kita (sebagaimana para
murid-Nya) diperintahkan Kristus untuk menjadikan segala bangsa di dunia
menjadi murid Kristus. Cara memuridkan segala bangsa adalah dengan menyaksikan
Injil kepada mereka. Bagaimana caranya?
 
Temukan jawabannya dalam:
Buku
LIVING PROOF
(SAKSI HIDUP):
Membagikan Injil Secara Alami
 
oleh:Jim Petersen
 
Penerbit: Pionir Jaya, Bandung, 2012
 
Penerjemah: Yakob Riskihadi
 
 
 
Menjadi saksi hidup dari Injil Kristus diawali dengan kepekaan kita
memahami zaman di mana kita hidup, bagaimana dunia kita sedang mengalami
perubahan, begitu juga orang-orang di dalamnya. Hal ini dijelaskan oleh Jim
Petersen di bagian satu bukunya ini. Di bagian satu ini, kita melihat bagaimana
Yesus memberitakan Injil pada orang-orang sezaman-Nya untuk menjadi teladan
kita memberitakan Injil di zaman kita. Dari teladan ini, kita mencoba menemukan
berita apa yang harus disaksikan kepada orang-orang di zaman kita. Di dalam
menyampaikan berita Injil tersebut, hindari isolasi dengan dunia luar dan
kembangkan komunikasi yang sehat dan relasional dengan orang-orang luar.
Kemudian, di bagian kedua, Jim Petersen menjelaskan dua sisi penginjilan yaitu
memberitakan Injil dan meneguhkan Injil. Di dalam memberitakan Injil, kita
menggunakan kesaksian lisan yang menyuarakan Injil kepada orang lain, sedangkan
di dalam meneguhkan Injil, kita menggunakan kesaksian melalui perbuatan kita
kepada orang lain (kesaksian hidup). Dua bagian ini menjadi dasar kita masuk ke
dalam aplikasi memberitakan Injil. Di bagian ketiga, Jim Petersen menjelaskan
bagaimana kita berperan sebagai utusan dalam memberitakan Injil, yaitu dengan
menjadi terang, menyelaraskan hidup dan keyakinan kita (kesaksian perbuatan),
memberitakan Injil dengan jelas, membuat orang lain merasa nyaman tatkala kita
memberitakan Injil (tidak memaksa dan tidak terlalu mendesak), dan tidak
melupakan kesaksian tubuh Kristus sebagai satu kesatuan dengan kesaksian
hidup/perbuatan dan kesaksian lisan. Sebagai utusan dalam memberitakan Injil,
maka sudah seharusnya kita menjadikan penginjilan sebagai gaya hidup kita
dengan memperhatikan kesatuan tubuh Kristus sebagai kesaksian tim/bersama,
membimbing orang-orang non-Kristen untuk mengenal Injil secara bertahap dengan 
bersandar
penuh pada Alkitab, takluk kepada Allah melalui firman-Nya, dan menyadari peran
Allah Roh Kudus dan Alkitab dalam memberitakan Injil. Lalu, bagaimana cara
membimbing orang-orang non-Kristen tersebut? Dengan menggunakan media-media di
atas, kita dapat membimbing mereka dengan mengajaknya mengikuti pendalaman
Alkitab di rumah kita atau di rumah orang itu, membuka Alkitab, dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepadanya seputar teks Alkitab yang dibaca. Jim Petersen
mengusulkan membahas Injil Yohanes terlebih dahulu. Setelah membimbing mereka,
biarkan Roh Kudus mengerjakan pertobatan sejati di dalam orang-orang tersebut
dan kita sabar menunggu prosesnya. Biarlah melalui buku yang ditulis oleh
seorang yang telah lama berkecimpung di dalam pemberitaan Injil ini dapat
menginspirasi kita prinsip dan aplikasi praktis memberitakan Injil secara
pribadi kepada orang lain.
 
 
 
Profil Jim
Petersen:
Jim Petersensaat ini tergabung dalam tim eksekutif yang
beranggotakan empat orang yang memimpin pekerjaan internasional The Navigators. 
Ia dibesarkan dalam
keluarga Kristen di Minneapolis, Minnesota dan lulus dari Universitas
Minnesota. Ia juga belajar di Sekolah Alkitab Northwestern dan Sekolah Alkitab
Bethel. Pada tahun 1972-1985, ia menjadi Direktur Divisi Navigators Amerika
Latin. Pada tahun 1988, ia mulai memimpin proyek pengembangan kepemimpinan
internasional, yakni Scriptural Roots of
Ministry (SRM). Selain buku ini, Jim Petersen juga menulis buku Church Without 
Walls (NavPress, 1992)
dan Lifestyle Discipleship (NavPress,
1993). Ia dan istrinya dikaruniai 4 orang anak: Michelle, Todd, Raquel, dan
Rochelle.
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke