Ketika
kita membicarakan tentang “gereja”, maka kita akan membicarakan sesuatu yang
panjang terkait dengan sejarah, organisasi, dll. Sebenarnya, apa itu gereja?
Apa panggilan gereja di tengah dunia ini?
 
Temukan jawabannya dalam:
Buku
CHURCH WITHOUT WALL
(GEREJA TANPA TEMBOK):
Bergerak Melampaui Batas-batas Tradisional
 
oleh:Jim Petersen
 
Penerbit: Pionir Jaya, Bandung, 2009
 
Penerjemah: Samuel Tumanggor
 
 
 
Di
dalam bukunya, Jim Petersen menjelaskan bahwa gereja yang terpenting bukanlah
organisasi, tetapi orang-orang di dalamnya yang menjadi saksi Kristus bagi
orang-orang di dunia ini. Sebelum membahas hal ini, beliau mulai memaparkan
kondisi masyarakat kontemporer khususnya di Amerika yang makin lama makin
sekuler, padahal sebelumnya pendiri negara Amerika adalah kaum Puritan yang
saleh. Latar belakang ini mendorong kita bertanya bahwa alasan di balik
degradasi ini adalah gereja terlalu menutup diri dengan banyak orang-orang di
luar gereja. Di bagian II, Jim Petersen menjelaskan sejarah gereja secara
singkat mulai dari gereja di zaman Perjanjian Baru hingga kaum Puritan. Dari
sejarah itu, Petersen mengajar kita bahwa kekurangan gereja di Abad Pertengahan
adalah adanya pembedaan antara kaum rohaniwan dan awam, sedangkan pada zaman
reformasi gereja sejak Luther, meskipun tidak ada pembedaan lagi, tetapi gereja
masih kurang pergi keluar (memberitakan Injil dan melayani orang-orang
non-Kristen). Oleh karena itu, di bagian selanjutnya, Jim Petersen mendorong
kita untuk menjadi gereja-gereja yang memberitakan Injil Kristus yang murni
tanpa bayang-bayang tradisionalisme dari gereja atau kebudayaan kita sendiri.
Untuk memberitakan Injil kepada masyarakat kita sekarang, ada tiga hal yang
perlu kita renungkan: apa yang kita hadapi (fakta zaman: postmodern), apa tugas
kita (menjadi saksi Kristus), dan siapa yang harus melakukan penginjilan (kita
semua dalam satu tim). Biarlah melalui buku ini, kita diingatkan untuk menjadi
pewarta Injil Kristus kepada orang-orang di sekitar kita tanpa terikat oleh
berbagai aturan yang kita ciptakan sendiri dari latar belakang gereja kita.
 
 
 
Endorsement:
“Pada masa ketika juru-juru teori
gereja Amerika Serikat mengusulkan bahwa cara membalikkan susutnya pengaruh
gereja di AS adalah dengan menerapkan wawasan pasar modern, buku ini punya
keberanian (dan juga kedalaman yang menyentak pikiran) untuk mengusulkan bahwa
Alkitab menyediakan cetak biru untuk hal semacam itu. Bagi orang kudus yang
terusik dan bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya bagi Allah di dunia ini,
“Gereja Tanpa Tembok” bukan saja menggambarkan tugas itu, tetapi menguraikan
strategi yang mantap.”
Prof. John D.
Hannah, Th.D., Ph.D.
Research Professor of Theological
Studies danDistinguished Professor of Historical Theology di Dallas Theological 
Seminary yang menyelesaikan
studi Bachelor of Science (B.S.) di Philadelphia College of Bible pada tahun 
1967;Master of Theology (Th.M.) dan Doctor of Theology (Th.D.) di Dallas
Theological Seminary pada tahun 1971 dan 1974;Master of Arts (M.A.) di  Southern
Methodist University pada tahun 1980; Doctor of Philosophy (Ph.D.)
di University of Texas at Dallas pada tahun 1988; danpostdoctoral fellowship di 
Yale University  1994.
 
 
 
Profil Jim
Petersen:
Jim Petersensaat ini tergabung dalam tim eksekutif yang
beranggotakan empat orang yang memimpin pekerjaan internasional The Navigators. 
Ia dibesarkan dalam
keluarga Kristen di Minneapolis, Minnesota dan lulus dari Universitas
Minnesota. Ia juga belajar di Sekolah Alkitab Northwestern dan Sekolah Alkitab
Bethel. Pada tahun 1972-1985, ia menjadi Direktur Divisi Navigators Amerika
Latin. Pada tahun 1988, ia mulai memimpin proyek pengembangan kepemimpinan
internasional, yakni Scriptural Roots of
Ministry (SRM). Ia dan istrinya dikaruniai 4 orang anak: Michelle, Todd,
Raquel, dan Rochelle.
 
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke