SUNDAY WORSHIP AND DAILY WORK oleh:Ev. Emil Salim, Ph.D. (Cand.) Nats: Kisah Para Rasul 16:16-26 Pendahuluan Ibadah minggu adalah salah satu cara upacara yang terus menerus kita lakukan sebagai orang Kristen sepanjang hidup kita. Hidup kita penuh dengan ritual atau upacara-upacara dari yang paling biasa sekali, seperti membuat kopi setiap pagi, dan kemudian kalau kita makan ada upacara kita berdoa dulu dan kemudian mengambil garpu dan sendok. Dan ada upacara yang special seperti pernikahan, seperti membuka cadar, menyerahkan mempelai wanita kepada mempelai pria dari ayah mempelai wanita, dan seterusnya. Mau kita akui atau tidak kita hidup di dalam upacara-upacaradanitu ada di dalam seluruh aspek hidup kita bukan cuma masalah kita beragama saja, tetapi di dalam seluruh kegiatan hidup kita. Pertanyaannya adalah jika kita semakin dewasa di dalam kerohanian kita dan di dalam kepribadian kita, kita akan bertanya bagaimana upacara-upacara yang kita lakukan di dalam hidup kita yang banyak itu di dalam setiap aspeknya berkaitan satu dengan yang lainnya? Bagaimana upacara-upacara di dalam hidup kita itu berkaitan dengan kehidupan nyata? Isi 3 fungsi dari ibadah minggu di dalam kehidupan kita, yang akan menolong kita memiliki hidup yang lebih utuh: 1. Ibadah minggu akan menolong kita untuk menata kehidupan Kisah Para Rasul 16:16 ini salah satu cara Paulus dan Silas di dalam melaksanakan misi penginjilan, ketika mereka masuk kedalam sebuah kota, yang mereka kerjakan adalah mereka mencari tempat-tempat ibadah orang Yahudi dan di situ mereka mengabarkan Injil. Di dalam Mazmur, pemazmur mengatakan di tengah malam, aku bangun dan aku menyanyikan puji-pujian kepada Allahku (Mazmur 119), seperti rusa merindukan air (Mazmur 42), (Mazmur 42:8) di waktu malam aku menyanyikan akan kasih setia-Mu. Ini suatu kebiasaan yang baik di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen yaitu memberikan ruang dan batas dalam kehidupan kita untuk hal-hal yang sifatnya ibadah, seringkali di dalam hidup kita, kita kehilangan batas dan kehidupan kita tidak tertata dengan baik karena tidak ada batas-batas yang jelas dalam hidup kita. Ibadah adalah satu cara untuk menata kehidupan kita, kita hanya punya satu kehidupan, dan itu adalah kehidupan yang nyata, kehidupan yang kita jalani sekarang artinya kita datang beribadah mengkhususkan waktu untuk memberikan seluruh hidup kita, seluruh diri kita kepada Tuhan. Ini suatu pernyataan bahwa kita ingin memberikan yang terbaik untuk Tuhan melalui ibadah minggu ini, tetapi ini adalah satu model kita untuk kehidupan sehari-hari, kalau kita ingin memusatkan hidup kita kepada Tuhan kita mau menempatkan ibadah sebagai yang paling utama bagi hidup kita. Bagaimana caranya untuk menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh beribadah pada Tuhan dan menempatkan Tuhan sebagai yang utama di dalam hidup kita, caranya adalah mengkhususkan waktu-waktu ibadah di dalam hari-hari kita, setiap hari perlu ada waktu-waktu yang tidak boleh dikompromikan. Kalau kita menempatkan waktu-waktu ibadah di dalam jam-jam tertentu maka waktu-waktu kita kerja akan menyesuaikan dengan waktu-waktu ibadah, bukan sebaliknya, bukan ketika kita sudah selesai mengerjakan semuanya lalu masih ada sisa-sisa tenaga, baru kita berdoa dan beribadah kepada Tuhan. Tidak demikian, kita diajak untuk menempatkan Allah sebagai yang utama, dan mengerjakan ibadah itu sepanjang hari, bukan hanya hari minggu, tetapi hari minggu ini satu model bahwa kita memberikan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan. 2. Ibadah untuk membentuk suatu persekutuan (ay. 25) Ketika Paulus dan Silas beribadah, mereka bernyanyi pada Tuhan, mereka menyanyikan mazmur-mazmur, ini membedakan antara mereka dengan orang-orang lain, maka ibadah ini sebetulnya adalah satu pernyataan bahwa kita berbeda dengan orang lain. Ibadah minggu kita haruslah menjadi satu tempat dimana kita mempererat persekutuan kita, kita mengerti bahwa kita ada di dalam dunia ini tidak sendirian, sayang sekali kalau di dalam ibadah minggu kita tidak saling kenal, dan sesuatu yang tragis, karena ibadah fungsinya untuk mempererat komunitas dan persekutuan. Tetapi yang lebih penting lagi, bahwa di dalam kehidupan kita sehari-hari, ibadah itu harus terus menerus dilakukan di dalam persekutuan, sebabnya di dalam hari-hari biasa ada ibadah–ibadah bersama. Ibadah pribadi itu baik, tetapi ibadah bersama juga baik, karena itu menolong kita memiliki satu identitas, kita mengerti apa yang kita percayai, kita mengerti bahwa kita memiliki saudara-saudara seiman, di situ kita bisa mempererat persekutuan kita dan melayani bersama-sama. 3. Ibadah minggu adalah satu tempat untuk melakukan transformasi atau perubahan. Karena di dalam ibadah terjadi satu pernyataan yang sifatnya real, dan ini adalah pernyataan-pernyataan sosial. Kesetaraan, keadialan, persatuan diwujudkan dalam ibadah. Ibadah pada minggu ini, apakah akan mengubah masyarakat, atau justru mencerminkan semua keterpurukan yang ada di dalam masyarakat? Penutup Mari kita merenungkan,mengapa di hari minggu kita ada di kebaktian ini? Apakah kita ingin menata kehidupan kita lagi? Maukah kita mengambil komitmen untuk memberikan waktu-waktu yang khusus untuk berdoa membaca Alkitab setiap hari? Maukah kita belajar membentuk persekutuan yang lebih baik lagi, yang lebih erat lagi? Pikirkan bagaimana dengan ibadah minggu kita? Apakah sudah mencerminkan akan kesetaraan di dalam Kristus? Apakah sudah mencerminkan persatuan di dalam Kristus? Apakah sudah mencerminkan keadilan di dalam Kristus? Mari kita memberikan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan, baik dalam ibadah minggu kita maupun dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Ringkasan khotbah ini tidak melalui proses editing oleh pengkhotbah Sumber: Ringkasan khotbah Ev. Emil Salim di Gereja Kristus Yesus (GKY) Green Ville, Jakarta tanggal 23 Juni 2013 http://www.gkyjgv.org/ringkasan.php?kode=1630 Profil Pengkhotbah: Ev. Emil Salim, S.E., M.Div., M.A. in Phil., Ph.D. (Cand.)adalah dosen Filsafat, Apologetika, Teologi Sistematika dan Etika di Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta. Beliau menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi (S.E.) di Universitas Tarumanegara; Master of Divinity (M.Div.) di STTRII Jakarta; Master of Arts in Philosophy (M.A. in Phil.) di Texas A & M University, U.S.A; dan sedang menyelesaikan studi Doctor of Philosophy (Ph.D.-Cand.) di University of Arizona, U.S.A. "Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata." (Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)