HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH
 
oleh:Pdt. Hengky
Suciady
 
 
Nats: 1
Yohanes 2:29 – 3:24
 
 
Situasi dan kondisi dapat merubah karakter,
moralitas dan nilai spiritualitas seseorang. Pada umumnya persentase perubahan
dari yang baik menjadi kurang baik. Apakah ini juga terjadi dalam kehidupan
umat Tuhan? Bagaimanakah persentase perbandingan kualitas kehidupan anak-anak
Allah pada awal sejarah gereja dan saat ini, dengan segala kemajuan dunia ini?
Sungguhkah anak-anak Allah memiliki keseriusan untuk sungguh memperhatikan
kualitas hidupnya di hadapan Tuhan. 
 
Firman Tuhan dalam nas bacaan dimaksudkan agar
umat Tuhan membangun pengertian yang benar sebagai anak-anak Allah, ciptaan
yang baru dalam Kristus dan hidup sesuai dengan status dan panggilannya. Firman
Tuhan dalam Yakobus 2:19 “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu
baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”
Suatu pertanyaan kritis apakah kehidupan umat Tuhan hari ini memiliki
nilai-nilai kualitas iman, etika dan pola pikir yang lebih berkualitas di
hadapan Tuhan daripada kehidupan manusia yang hidup belum menjadi anak-anak
Allah.
 
Seringkali kekuatiran menjadi sebuah godaan
untuk mengorbankan kebenaran. Lalu menganggap trend kehidupan memang sedemikian
dan Tuhan dapat memahami keterbatasan anak-anak-Nya. Ini merupakan sikap
ketidakpercayaan kepada Allah, dimana Allah adalah Kebenaran, tidak berubah dan
memiliki kesetiaan dalam pemeliharaan-Nya. Menganggap bila Tuhan tidak
bertindak bila seorang anak Tuhan berdosa, itu merupakan sebuah kebodohan. Oleh
karena Allah tidak mungkin bertoleransi dengan keberdosaan tersebut namun
menunjukkan kesabaran sebagai sebuah kesempatan bertobat. Berdosa di hadapan
Tuhan bukan sekedar melakukan yang jahat namun juga kehidupan yang tidak
mengenai sasaran. Yaitu kehidupan yang tidak berjalan dalam pimpinan Tuhan
dalam mengunakan dan mengelola segala karunia, talenta dan berkat Tuhan di
dalam hidup ini. Kehidupan anak-anak Allah harus dijauhkan dari kehidupan yang
tidak mengasihi. Manusia yang tidak memiliki kasih maka dia akan dapat berbuat
jahat pada sesamanya termasuk anggota keluarganya sendiri sebagaimana Kain
membunuh Habel (1Yoh. 3:12). Sehingga tidak mengherankan kehidupan manusia yang
semakin kering dalam kasih maka akan semakin terbuka lebar untuk melakukan
segala bentuk kejahatan. Segala yang dimiliki oleh manusia adalah berkat dari
Allah. Bila kita anak-anak Allah dan berasal dari Allah (1Yoh. 2:29) maka
seharusnya kita hidup dalam kebenaran dan dalam perintah Allah untuk saling
mengasihi.
 
Allah menghendaki komitmen hidup anak-anak
Allah. Senantiasa menentukan pilihan hidup yang mendahulukan Allah dan
meninggikan kebenaran meskipun diperhadapkan untuk mendapatkan keuntungan
dengan mengorbankan ketaatan kepada Allah. Sikap yang melatih diri sedemikian
dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk kehidupan anak-anak Allah yang
memberikan kesaksian imannya dan hidup yang mempercayai Allah dengan sungguh,
Sang Pemelihara kehidupan anak-anak-Nya.  Kehidupan anak-anak Allah haruslah
menunjukkan kemenangan atas segala tawaran kesenangan dosa. 
 
Oleh karena senantiasa mengingat kasih Allah
yang terbesar dalam pengorbanan Yesus Kristus yang menjadikan orang percaya
menjadi anak-anak Allah (1Yoh. 3:1). Kasih Allah dinyatakan dengan datang
mencari manusia berdosa dengan “tanpa mengenal lelah”. Dalam karya penggenapan
kasihNya, Yesus Kristus menjalani jalan hidup dalam kerelaan meneriman
kehinaan, kesederhaaan, penderitaan dan penyaliban. Hanya Allah yang dapat
merubah hidup manusia dalam keberdosaannya dan dapat memampukan anak-anak Allah
mengalami kemenangan atas segala dosa. Pengalaman-pengalaman rohani ini
disaksikan dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus, Agustinus, C. S. Lewis, John
Stott, dll. Anak-anak terpanggil meneladani Kristus yang penuh kasih. 
 
Kehidupan anak-anak Allah yang memiliki dan
bertumbuh dalam kasih menjadi sebuah pemberitaan tentang Kasih Allah yang telah
diterimanya. Dengan kasih, anak-anak Allah akan dimampukan untuk rela
memberikan pengorbanan diri, menggunakan karunia dan talentanya bagi pelayanan
dan memberitakan Injil kepada sesama yang masih hidup diluar Kristus. Anak-anak
Allah yang memiliki kasih akan bersedia dipakai Allah untuk membawa perubahan
dan kebangunan kualitas hidup sekitarnya sehingga memuliaan Allah. Marilah kita
hidup menjadi anak-anak Allah yang memperkenankan Allah dan dipakai bagi
kemuliaanNya. Amin.
         
          
 
Sumber:
Ringkasan khotbah
Pdt. Hengky Suciady di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder, Surabaya
tanggal 28 Juli 2013
http://www.gki-pregolan.org/front/index.php/ringkasan-kotbah/593-kotbah-28-juli-2013
 
 
 
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke