KELUARGA YANG PENOLONGNYA ADALAH TUHAN oleh:Pdt. I Nyoman Widiantara Nats: Mazmur 124 Pemazmur dalam 8 ayat ini mengungkapkan gagasan yang satu: bahwa Tuhan adalah penolong dalam kehidupannya. Dan jelas, pertololongan Tuhan itu bukanlah “akan” sifatnya: menunggu kedatangan di masa depan, tetapi “sudah” telah terjadi dan dialami oleh Sang Pemazmur. Pemazmur berkata “jikalau bukan Tuhan yang memihak kita,” itu berarti menunjukkan ia sudah ditolong oleh Allah memproteksi pemazmur. Mazmur ini adalah mazmur ziarah. Ziarah itu artinya perjalanan. Maka dari itu, mazmur ini adalah kisah tentang perjalanan Daud. Maka dari itu ketika ia berkata “manusia bangkit melawan kita” dimaksudkan pada orang-orang yang pernah melawan Daud: Absalom, Simei, Goliat “amarah yang meluap-luap” merujuk pada Saul, karena ia adalah pihak yang iri hati terhadap Daud. Lalu “jerat”? Yaitu Saul yang menjerat Daud ketika ia ingin menikahkan Daud dengan Merab, lalu tidak melakukan janjinya. Kemudian, berusaha menikahkan Daud dengan Mikhal dengan menuntut memakai mas kawin 100 kulit khatan orang Filistin. Tetapi Daud berhasil melewati jerat itu sehingga ia menyanyikan “pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Kita mungkin tidak mengalami apa yang Daud alami. Apakah jerat kita? Pergumulan apa yang kita alami di dalam diri kita, keluarga kita? Kita punya berita baik: Tuhan sudah menolong Daud, dan Tuhan juga akan menolong kita! Maukah kita datang pada-Nya, memberanikan diri untuk datang dan meminta tolong? Lalu, bagaimana caranya kita supaya dapat mengalami pertolongan Tuhan? Kalau kita melihat kisah Daud yang menang atas Goliat, maka setidaknya ada dua hal: Pertama, kita “mengunyah firman” yaitu mempunyai kebenaran firman Tuhan dalam hidup kita. Daud adalah seorang yang memiliki kebenaran firman Tuhan. Keluarga yang otentik adalah keluarga yang menggunakan firman di dalam menghadapi segala sesuatu. Pertolongan Tuhan kita temukan ketika kita menempatkan firman Tuhan dalam tempat yang utama. Kedua, berjalan sesuai rambu-rambu dari Tuhan, lakukan firman Tuhan dalam kehidupan kita. Jadikan firman Tuhan sebagai keseharian dan kebiasaan. Daud adalah seseorang yang terbiasa untuk hidup melakukan firman Tuhan dalam kesehariannya, maka ketika ia berperang ia telah siap sedia dan menang dalam pertarungan itu. Lakukan kebenaran firman Tuhan, maka Tuhan akan menolong kita menang dalam pertarungan kehidupan kita. Tetapi bagaimana jika belum ada pertolongan kita? Bisa jadi Tuhan sedang menguji kesetiaan kita. Atau, sebenarnya Tuhan sedang ingin mengakrabkan diri kita dengan Dia. Sehingga, kita tidak peduli lagi pada hasil, tetapi kita berorientasi pada proses yang kita alami dengan Dia. Sumber: Ringkasan khotbah Pdt. I. Nyoman Widiantara di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder, Surabaya tanggal 1 September 2013 http://www.gki-pregolan.org/front/index.php/ringkasan-kotbah/606-kotbah-1-september-2013 "Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata." (Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)