Syukur ALHAMDULILLAH....saya menjadi salah satu seniman Lukis yg
beriman, InsyaAllah....

 

Salam 
Agung AL-Pacitan 
www.alpacitan.com

www.alpacitan.multiply.com <http://www.alpacitan.multiply.com> 

 

From: mencintai-is...@yahoogroups.com
[mailto:mencintai-is...@yahoogroups.com] On Behalf Of Ananto
Sent: Wednesday, November 16, 2011 2:05 PM
To: keluarga-islam; mencintai-islam
Subject: [mencintai-islam] (Ngaji of the Day) Seni dalam Hukum Fiqh
Islam

 

  

Seni dalam Hukum Fiqh Islam

Oleh: Nab Bahani AS

 

Secara harfiah, seni sebagai bentuk karya manusia yang mengandung nilai
keindahan; mengandung pesona rasa jika diamati dan dinikimati. Kemudian
memberik kepuasan dan kesenangan bagi setiap jiwa manusia. Dan seni
adalah keindahan yang memberi kepuasan dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Maka seni dan kesenian adalah suatu jelmaan dari rasa keindahan yang
diujud karja manusia untuk mencapai suatu kesesejahteraan hidupnya, yang
disusun berdasarkan pemikiran-pemikirannya, sehingga ia mejadi suatu
karya yang indah, yang menimbulkan kesenangan untuk dinikmati. Maka
secara filsafat, kalau sesuatu nilai baik dan buruk dapat dibahas dengan
menggunakan demensi etika, maka nilai seni dan keindahan ini selalu
dibahas dengan menggunakan demensi estetika, yaitu melalui penghayatan
dan pengalaman-pengalaman indra manusia.


Para filosof menggolongkan nilai seni dan keindahan ini ke dalam alam
estetis. Sejak zaman Socrates, perhatian terhadap seni dan keindahan ini
memang sudah menimbulkan pemikiran-pemikiran yang serius. Sehingga sejak
itu sudah menimbulkan berbagai tanda tanya "tentang soal apakah yang
berada dalam sesuatu objek hingga menyebabkan ia menjadi indah?". Ini
terus menjadi perhatian generasi selanjutnya, seperti Plato yang melihat
seni dan keindahan ini dengan teori metafisika. Menurutnya, keindahan
seni adalah sesuatu realitas yang sesungguhnya. Ia sejenis dengan
hakekat yang abadi yang tidak berubah-ubah.


Platinus menggunakan pendekatan rohaniah yang menilai seni apabila
hakekat menyatakan dirinya atau memancarkan sinarnya dalam, sebuah
realitas. Sedangkan seniman adalah manusia yang tajam pandangannya, yang
dapat melihat dan menangkap realitas dan keindahan yang hakiki. Seni dan
keindahan tak dapat dipisahkan dari hidup manusia.


Manusia sendiri hidup dalam alam keindahan yang hakiki. Bahkan sejauh
mata memandang, hanya keindahan yang kelihatan. Lihat saja bagaimana
gunung-gemung hijau menjulang, lautan yang luas tak dapat dijangkau
pandangan mata. Di matahari yang terbenam, di fajar yang menyingsing, di
taman yang semerbak, di mawar yang merekah, dan bahkan disegenap
lapangan ruang alam ini yang nampak hanyalah keindahan-keindahan yang
mengagumkan. Hanya saja penglihatan kita yang terkadang belum mampu
menangkap dari semua keindahun itu.


Bahwa semua nilai seni yang hakiki ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa
cacat sedikit pun. Sedang ciptaan manusia sendiri pastilah mengalami
kekurangan. Itulah sebabnya, Sutardji Bachri menulis: "Walau penyair
besar/takkan sampai sebatas Allah... " (baca puisi walau). Lalu apakah
Tuhan itu bisa disebut seniman? Kita tidak akan mempersoalkan jawaban
dari pertanyaan itu. Yang pasti, "Sesungguhnya Allah itu Maha indah, Dia
sukapada keindahan" (Hadis riwayat Muslim).


Untuk memudahkan penilaian terhadap semua jenis keindahan di alam ini,
manusia pun membagi dala, beberapa cabang kesenian seperti kita kenal
saat ini. Misalnya, indah berbahasa disebut seni sastra; indah menari
(seni tari); indah menggambar (seni lukis); indah berirama (seni musik)
dan indah menata dinamakan seni hias; indah memahat (seni ukir).


Dan jika dikaitkan dengan agama (Islam) jelas tidaklah bertentangam.
Malah Islam menganjurkan penganutnya untuk selalu berindah-indah dan
berseni sejauh tidak melanggar hukum yang telah ditentukannya. Seni dan
Islam adalah dua masalah yang sering diperdebatkan.


Tak jarang kita jumpai ada ulama yang menolak kesenian dalam Islam.
Pandangan itu kadang ada juga benarnya, bahwa satu sisi agama tak ada
hubungannya dengan seni. Agama adalah tata hubungan manusia dengan
Tuhan, maka tak perlu ada kesenian. Seperti Shalat, tidak boleh diiringi
musik, ia harus dikerjakan dengan penuh penghayatan, ketekunan,
kesungguhan dan rasa pasrah (khusuk) kepada Tuhan.


Sisi lain, dari rasa kepasrahan itu, maka dalam bahasa - bahasa yang
diucapkan timbullah semacam nada, irama, dan gaya-gaya bacaan yang
benilai seni. Seperti azan, ia harus dikumandangkan seindah mungkin
dengan irama alunan suara menyentuh hati setiap yang mendengarnya dan
tergerak jiwanya melaksanakan ibadah shalat.


Begitu juga al-Quran, kitab suci yang diturunkan penuh dengan nilai seni
bahasa (sastra) yang sangat tinggi. Tak ada mahkluk yang bisa menandingi
seni bahasa al-Quran. Orang Jahiliah yang dikenal memiliki nilai
kesusastraan sangat tinggi sebelum Islam, tak mampu menandingi seni yang
terkandung dalam al-Qu'an. Begitu tinggi nilai sastranya, Allah
memperingatkan agar para sastrawan dapat selalu beriman dan berpodoman
pada al-Quran.


Tidak menjadi sastrawan seperti bandit-bandit yang mengembara dari
lembah-ke lembah yang berbicara tanpa kerja hingga mereka menjadi
pendusta-pendusta kebenaran. Firman Allah, ".. kecuali
sastrawan-sastrawan beriman dan beramal saleh, dan banyak menyebutkan
nama Allah serta mendapat kemenangan sesudah mendapat kezaliman... "(QS:
Asy-syu'ra: 227).


Mufassir kenamaan Muhammad Jamaluddin Al Qasimy (1866-1944 M)
menjabarkan maksud ayat tersebut bahwa yang mempengaruhi sajak- sajak
mereka (sastrawan beriman) adalah Kemahaesaan Allah yang selalu
mengandung hikmah serta ajaran dan budi pekerti yang baik. Dengan
sajak-sajak yang diciptakan itu mereka beroleh kemenangan dari
musuh-musuh yang sebelumnya menzalimi.


Dalam surat Asy-syu'ra yang beberapa ayatnya membahas khusus tentang
sastrawan, menunjukan bahwa Islam sama sekali tidak melarang seni bahasa
atau kesusastraan. Bahkan zaman Rasul SAW, terdapat beberapa penyair
pribadinya. Di antaranya Hasan Ibnu Shabid yang selalu mengubah
syair-syairnya untuk perjuangan Islam dan memuliakan Rasulullah. Islam
sendiri mulanya disiarkan dengan seni yang mendakwahkan ajaran dengan
bahasa-bahasa damai.


Rasul SAW, pernah menyatakan, "Dalam seni bahasa bersemi sejuta kata,
ucapan sastrawan yang pasti kebenaran adalah kalimat Lubaid yang
berintikan, kecuali Allah, semuanya akan rnusnah". Hadis rasul SAW juga
menyatakan, "Orang yang berperang dengan senjata lidah, sama pentingnya
dengan mereka yang berperang dengan senjata besi".


Tidaklah heran, kalau Nabi sendiri sangat menyukai karya sastra,
terutama sajak-sajak yang digubah para penyair di masa beliau. Di antara
syair-syair yang paling disukai Rasulullah adalah karya Umaiyah hen
Shal, karena syair Umaiyah ini selalu mengingatkan manusia kepada Allah
dengan menggambarkan peritiwa-peristiwa yang akan terjadi di hari
kebangkitan sete1ah kehidupan ini berakhir. Rasulullah semasa hidupnya
senantiasa dekat dengan penyair dan selalu mendorong mereka menciptakan
syair-syair yang membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
meperjuangkan kebenaran Islam. '


Jenis kesenian musik dan tari juga sangat erat hubungannya dengan dunia
Islam. Bahkan pernah mencapai puncak kejayaan seni musik dan tari. Namun
ketika perang salip pecah di Palestina 1096 M, orang-orang Kristiani
dari Eropa banyak yang mengambil kesempatan mempelajari musik Islam.
Bahkan merampas dokumen-dokumen musik umat Islam untuk mempelajarinya.


Jenis seni malah sudah dianggap sebagi displin ilmu yang perlu
dikembangkan hingga menjelang abad ke-13 dunia Islam mengalami kemajuan
luar biasa di bidang musik, yakni dengan mendirikan sekolah- sekolah
khusus untuk mempelajari musik. Safi al- Din Abdul al-Mukmin adalah
salah seorang sarjana musik Islam yang mendirikan sekolah musik pertama
dalam dunia Islam.


Sekarang ini kemajuan di bidang seni musik ini telah tampil dengan
beragam corak, terutama di Eropa. Namun akar dari semua jenis seni musik
itu adalah berpangkal dari musik Islam. Ahli Purbakala Jerman Prof FG
Waleker yang pernah meneliti asal usul musik Eropa, menyimpulkan bahwa
segenap musik yang berkembang di Eropa datangnya dari orang Islam.


Demikian juga dengan seni tari. Di awal abad ke-13 dunia Islam telah
berhasil mengembangkan suatu tarian yang sangat populer waktu itu, yaitu
tarian Almishasil ciptaan Reveriedu Soir, tarian ini sangat digemari
oleh remaja-remaja Islam ketika itu.


Anak -naka penangkap ikan sering memaikan tarian ini sambil melepas
lelah di tepi sungai Nil saat itu. Di Cairo kala itu ada Cairo Ghazali,
tempat yang khusus dibuat sebagai tempat pertunjukan "tarian dansa" di
depan umum.


Tarian ini dipop1uerkan kembali seorang komponis Perancis Filicien
David, dan diganti nama dengan Dense Des Almees. Cukup banyak dalil
tentang seni tari dan musik dalam Islam.


Seperti terungkap dalam hadis Yang diriwayatkan Aisyah: "Rasulullah
sedang berbaring dan aku di sampingnya, kala Aisyah, saat itu kami
sedang dihiburi dengan lagu-lagu merdu. Lalu masuklah Abu Bakar dan
membentakku dengan kata-kata yang tajam. Apa serunai setan itu sedang
berada di samping Rasul?" tanya Abu Bakar. Rasulullah menjawab:"Biarkan
mereka terus menyanyikan lagu-lagunya".


Hadist lain yang juga diriwayat Aisyah: "Pada suatu hari saya (Aisyah)
sedang memimpin upacara perkawinan sepasang suami-isteri kaum Ansar.
Waktu itu Nabi bersabda: "Wahai Aisyah, apakah engkau menyediakan
sesuatu pertunjukan permainan, karena kaum Ansar suka kepada permainan?"
Hadis ini bermakna upacara perkawinan pun Islam membolehkan diadakannya
pertunjukan kesenian sejauh tidak menyimpang dari ajaran Islam itu
sendiri.


Kemudian dalam Hadis riwayat Buraidah disebutkan: Pada suatu hari
Rasulullah didatangi seorang gadis yang ingin melepaskan nazarnya untuk
menabuh rebana dan menembangkan lagu..lagunya di depan Rusulullah. Saat
itu Rasul menjawab: "Kalau benar engkau telah bernazar demikian,
laksanakan apa yang telah menjadi nazarmu", kala Rasul. Lalu gadis itu
pun menabuh rebananya sambil menyanyikan lagu-lagu merdu di depan
Rasulullah.


Di tengah pertunjukan itu masuklah beberapa orang Sahabat dan ikut
menyaksikan nyanyian gadis itu bersama Rasul. Kemudian masuk Saidina
Umar, gadis itu langsung menyembunyikan rebananya di bawah pinggul.
Sehingga sambil tersenyum Rasulullah bersabda: "Gadis itu sungguh takut
kepadamu ya Umar Begitu pun dalam Hadis riwayat Imam Bukhari. dari
Aisyah menceritakan.


Pada suatu hari Rasulullah berdiri di pintu kamar Aisyah melihat orang
Habsyi sedang menabuh rebana dan menari dalam masjid. Sambil
memperlihatkan permainan itu pada Aisyah, Nabi menyelimuti Aisyah dengan
selendangnya, seraya menanykan: "Apakah engkau gemar melihatnya," tanya
Nabi. "ya! ", jawab Aisyah. Lalu Rasulullah berdiri di sampingnya dan
kemudian memerintahkan anak-anak Habsyi: "Lanjutkan permainanmu hai
anak-anak Ar-Fadah," ucap Rasul. Setelah Aisyah pun dengan pertunjukan
mereka, barulah Nabi menyuruh mereka pergi.


Lalu bagaimana dengan seni lukis dan seni perhiasan? Jenis ini sering
diperdebatkan Sepertidiceritakan Sa'id ibnu Hasan: "Ketika saya sedang
bersama Ibnu Abbas, tiba-tiba datang seorang laki-laki (seniman), ia
berkata, hai Ibnu Abbas, aku hidup dari kerajinan tanganku dengan
melukis dan membuat arca.


Lalu Ibnu Abbas menjawab, tidak akan aku katakan kepadamu, hanya apa,
yang telah aku dengar dari Rasulullah. Beliau bersabda: "Siapa yang
telah melukis sebuah gambar, maka dia akan disiksa Tuhan sampai dia bisa
memberinya gambar itu bernyawa akan tetapi sampai kapanpun dia tidak
akan mungkin memberikan nyawa terhadap gambar itu". (baca Jawahir
Buchari).


Para penafsir hadis ini berpendapat bahwa membuat gambar secara inklusif
(seni lukis) pada dasarnya memang dibolehkan dalam agama Islam. Namun
yang membedakan pendapat para ulama terhadap seni lukis ini adalah dalam
bentuk objek dan motif yang dilukiskan.


Sebagian ulama berpendapat, maksud Hadis di atas melarang seseorang
membuat gambar dengan objek atau motif dalam bentuk sesuatu makhluk
bernyawa, seperti gambar manusia atau gambar binatang. Dan sangsi yang
disebutkan berarti larangan membuat gambar. Yang dilarang jika gambar
itu dapat diraba bentuknya, seperti relif atau arca. []




-- 

http://harian-oftheday.blogspot.com/

 

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

 



Kirim email ke