amiiin... al faatihah...

salam,
ananto



2013/4/10 MK. Mattawaf <mk_mtw...@yahoo.co.id>

> **
>
>
> Assalamu `alaikum
> terharu, dikampung saya juga sama, bahkan imamnya orangtua saya
> jamaah-nya terkadang 2/3 orang saja.
> akan tiba giliran kita nanti... menjadi kakek, dan semoga
> terus di barisan pertama sampai di akhirat kelak InsyaAllah, amiinnn
>
>
>   ------------------------------
>  *Dari:* Diday Tea <diday...@yahoo.com>
>
>
>
> Kakek- kakek
> di Baris Pertama
>
> Di Mesjid terbesar di RW tempatku tinggal, setiap tempat
> di baris pertama di mesjid itu seolah sudah mempunyai nomor tiket dan
> sudah dibooking oleh
> para kakek-kakek itu.  Sebelum adzan berkumandang, tubuh- tubuh renta dan
> ada
> yang sudah sedikit bungkuk itu sudah berdiri dengan rapi di baris pertama.
> Mereka sudah mempunyai, atau tepatnya membooking tempatnya
> sendiri- sendiri. Yang lowong hanya tempat sang muadzin dan tempat imam.
> Jamaah
> selain mereka, murid dan guru TPA tidak akan berani mengambil tempat mereka
> sebelum memastikan bahwa yang “ punya kapling” memang benar- benar tidak
> datang. Dan juga, para kakek- kakek ini memang selalu datang jauh lebih
> awal
> dari waktu sholat. Di antara para kakek- kakek itu salah satunya adalah
> kakekku.
>
> Sejak aku mulai mengajar Iqra di TPA itu, ketika aku
> masih mengenakan seragam putih-abu, sampai terakhir kali aku pergi
> merantau ke
> Cilegon, “Baris  Pertama Fans Club” ini tidak berubah sama sekali. Hanya
> sholat Ashar dan Zhuhur berjamaah, kadang beberapa dari mereka yang absen
> mengisi baris pertama ini.
>
> Sisanya, sholat Jum’at, Subuh, Magrib dan Isya, bahkan
> sholat Idul Adha dan Idul Fitri pun, shaf pertama selalu menjadi “daerah
> kekuasaan” mereka.
>
> Hampir di setiap acara pengajian, “kelompok baris
> pertama” ini tetap istiqomah dan selalu berada di tempat yang sama.
>
> Aku melihatnya sebagai sebuah keindahan dari keteladanan.
>
> Ada sih, yang melihatnya sebagai monopoli dan penguasaan
> sepihak, tapi kalau dipikir- pikir sih, ya itu salah mereka, tidak datang
> lebih
> dulu dari mereka.           Ada
> juga yang melihatnya sebagai sebuah kewajaran. Karena secara, mereka kan
> sudah
> tua, sudah dekat dengan kematian.
> Sudah seharusnya mereka memang bersemangat seperti itu.
>
> Setelah aku hijrah ke Cilegon, aku pulang mudik ke
> Bandung biasanya satu bulan sekali.
>
> Ketika pulang, tak pernah kulewatkan kesempatan untuk
> berjamaah di mesjid yang gerbang sampingnya berseberangan dengan pintu
> belakang
> rumah ku itu. Selain untuk bersilaturahmi dengan teman- teman mengajiku,
> dan murid-
> muridku di TPA mesjid itu, aku juga ingin melihat dan bersilaturahmi dengan
> para penghuni baris pertama.
>
> Tahun- tahun pertama tidak ada yang berubah. Sosok tubuh-
> tubuh renta renta itu masih penjadi penghuni baris pertama.
>
> Kira- kira lima tahun setelah aku meninggalkan Bandung,
> kabar buruk pertama akhirnya datang. Adikku mengirim sms, memberi tahu
> bahwa
> salah satu kakek- kakek di baris pertama ada yang meninggal. Katanya karena
> stroke.
> Entah kenapa, hatiku langsung bergetar dan spontan
> mendo’akan si kakek itu agar mendapatkan tempat yang terbaik di alam sana.
> Aku
> mendo’akan agar keistiqomahannya sholat di mesjid, dan baris pertama itu
> menjadi tiket untuknya ke surga yang terindah kelak.
> Ujung mataku tak mampu menahan jatuhnya air mata yang
> entah sedih, atau terharu, ketika kabar itu sampai ke telingaku.
>
> Ketika aku pulang setelah kabar itu, penghuni tempat yang
> biasa di booking oleh si kakek  sudah berganti. Kali ini tidak ada yang
> permanen mengisi tempat itu.Sosok tubuh yang berdiri di sudut itu selalu
> berganti
> setiap waktu sholat.
> Sudah takdir manusia untuk akhirnya harus menghadap
> penciptanya.
>
> Tahun demi tahun berganti, dan akhirnya satu demi satu
> dari mereka pun mulai berguguran”, menyusul si kakek pertama.
>
> Ada yang sudah meninggal dan ada juga yang sudah tidak
> kuat lagi untuk berjalan ke mesjid.
>
> Sampai terakhir aku pergi ke Qatar, hanya kakekku saja
> dan dua orang kakek lainnya yang tersisa di baris pertama. Dan hanya mereka
> juga yang tersisa. Hanya mereka yang masih hidup dari lima belas orang
> kakek- kakek
> penghuni baris pertama.
> Semoga mereka yang masih hidup tetap istiqomah menjaga
> kondisi mereka seperti sekarang, sehingga mereka bisa meraih Husnul
> Khotimah,
> akhir yang baik di kehidupan meraka.
>
> Dan semoga segala usaha, dan keletihan mereka untuk selalu
> membawa tubuh rentanya berjalan ke mesjid akan menjadi tiket untuk syurga
> yang
> terindah untuk mereka kelak.
>
> Semoga Allah memberikan aku dan semua muslim kekuatan
> agar aku bisa memiliki keistiqomahan untuk bisa sholat berjamaah ke mesjid
> sampai tua seperti para kakek- kakek penghuni baris pertama itu.
> Amin.
>
>
>
>
>
> ---------------------
>
>   
>



-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke