http://www.suaramerdeka.com/cybernews/lelaki/sosok/sosok-lelaki01.html

 

 

Sosok

Puspo Wardoyo
Pria Mampu Wajib Berpoligami

 

Masa kecil ia jalani dengan penuh perjuangan hidup. Sejak masih berusia 13 
tahun, sudah kelihatan keuletannya dalam bekerja. Setiap habis salat subuh, 
dengan sigap ia membantu orang tuanya membersihkan ayam potong untuk dijual ke 
pasar. Setelah selesai, baru ia berangkat ke sekolah.

Sepulang sekolah, kembali ia membantu ayahnya berjualan makanan. Warung yang 
menyediakan aneka masakan dari ayam tersebut dibuka siang hingga malam hari di 
samping rumahnya yang berlokasi dekat kampus Universitas Nasional Surakarta 
Sebelas Maret (UNS).

Dagangan ayam potong dan warung makanan it laris, cukup untuk membiayai 
kehidupan mereka. Hasilnya juga cukup untuk membiayai sekolah Puspo beserta 
ketujuh saudaranya. "Ayah saya ingin anak-anaknya menjadi pegawai negeri," 
tutur Puspo.

"Padahal ketika masih kecil saya ingin menjadi pria seperti Arjuna, tokoh 
pewayangan yang menang dalam setiap pertempuran dan beristri lebih dari satu," 
anak ketiga dari 8 bersaudara itu mengungkapkan. Tentu saja angan-angan 
tersebut dianggap terlalu muluk dan mengada-ada saat itu. Keinginan sang ayah 
yang kemudian terwujud. Puspo sempat menjadi guru kesenian sebuah SMU.

Suatu hari ia dipanggil bapaknya dan diberi wejangan, kalau mau sukses harus 
menjadi pedagang. Keesokan harinya, sang ayah mengalami kecelakaan dan 
meninggal dunia. Menyadari bahwa karirrnya sebagai guru selama tiga tahun tidak 
ada peningkatan, ia tinggalkan propesi sebagai pegawai negeri itu. Sebuah 
warung lesehan di kaki lima yang menyajikan ayam goreng ia buka pada tahun 1986 
di kota kelahirannya Surakarta.

Dipengaruhi cerita temannya yang telah sukses berdagang bakso di Medan, ia lalu 
ingin merantau juga. Sang teman bis mengantongi keuntungan 24 juta setiap 
bulan, bisa membangun rumah besar yang terbilang mewah bagi ukuran pedagang 
bakso. Warung ayam goreng miliknya kemudian dia oper dan diteruskan oleh 
temannya, dan masih buka hingga kini.

Karena tidak memiliki modal yang cukup untuk berdagang di Medan, Puspo lalu 
menerima tawaran bekerja sebagai guru di Perguruan Wahidin Bagan siapiapi, 
Riau. "Kembali menjadi guru saya terpaksa lakukan untuk mengumppulkan modal," 
tuturnya. Mengajar selama dua tahun, Puspo berhasil mengumpulkan uang sebesar 
2, 4 juta.

Di tanah rantau ini ia menyunting Rini Purwani, lulusan Fakultas Ekonomi 
Universitas Gajah Mada, rekan seprofesinya mengajar. Berbekal uang tabungannya 
itu, dengan tekad bulat ia hijrah ke Medan bersama istrinya dan seorang anaknya 
yang masih kecil.

Di kota ini ia mulai membuka warung kaki lima yang menyajikan ayam bakar. "Itu 
yang dipesan almarhum ayah saya, kalau saya mau sukses berdagang dan kebetulan 
makanan jenis itu belum ada di Medan," tuturnya. Uang yang ia kumpulkan dari 
Riau itu sebagian dibelikan sebuah motor dan sisanya di putar sebagai modal 
usaha. "Sewa tempatnya hanya Rp 1.500 perhari," tuturnya.

Pada awalnya, warung itu hanya mampu menjual 3-4 ekor ayam setiap hari. Malah 
di hari pertama tak seorang pun yang datang ke warung yang hanya mampu 
menampung 10 orang itu. Saya semakin tertantang untuk berusaha di Medan, 
meskipun banyak orang menganggap kehidupan di Medan sangat keras, " Puspo 
mengungkapkan.

Pada tahun pertama, usahanya tak menunjukkan kemajuan yang berarti. sang istri 
yang saat itu telah bekerja sebagai dosen politeknik di Universitas Sumatera 
Utara, Medan sempatmenyuruhnya berhenti berjualan. Alasannya malu memiliki 
suami berjualan ayam bakar di kaki lima.

Puspo tak lantas menyerah begitu saja, ia terus menekuni usahanya. Sampai suatu 
saat seorang karyawannya yang baru saja di pinjami uang membawa seorang 
wartawan ke warungnya. Warung yang berlabel Ayam Bakar Wong Solo itu kemudian 
jadi terkenal setelah dipublikasikan oleh sang wartawan di sebuah surat kabar 
setempat.

Dagangannya, sesuai pesan terakhir ayahnya, mulai membuahkan hasil. Ayam 
bakarnya laris manis dan banyak digemari masyarakat Medan. Pada 1993, ia 
membuka cabang pertama di Medan dan kemudian membuka restoran ketiga di Medan. 
Sejak 1997, Wong Solo mulai ekspansi ke luar Medan dan terus berkembang dan 
membuka cabangnya di berbagai kota di pelosok tanah air.

Setelah sukses di daerah, awal 2002 lalu mulai merambah Jakarta. Kini rumah 
makan Wong Solo telah berjumlah tak kurang dari 22 outlet lebih. Jika dulu 
awalnya Puspo hanya mampu menjual 3 ekor ayam, kini dibutuhkan sedikirnya 6000 
ekor ayam untuk memenuhi kebutuhan seluruh gerai ayam bakar tersebut.

Ketika sukses mengembangkan usahanya, pria yang selalu tampil bersahaja ini 
juga merasa tak cukup beristri satu. "Seorang lelaki yang mampu dari segi 
materiil dan berahlak baik, berkewajiban memiliki istri lebih dari satu," bapak 
dari 10 anak ini mengungkapkan.

Bagaiman asmara suksesnya dalam mengembangkan usaha sertaa berpoligami? simak 
petikan wawancara berikut ini:

Mengapa Anda tak memilih Jakarta untuk memulai usaha?

Sebelum ke Medan sempat juga saya menjajaki ke Jakarta. Wah, ngeri saya melihat 
persaingan usaha di Jakarta saat itu, sudah terlalu banyak saingannya.

Masih ada warung pertama Anda di Medan dulu?

Lokasi warung pertama itu sudah tergusur untuk perumahan. Kami lalu membeli 
lahan di dekatnya, dan masih ada sampai sekarang, sekaligus menjadi kantor 
pusat Rumah Makan Wong Solo.

Mengapa baru membuka cabang di Jakarta? Strategi kami adalah mengepung dulu 
sebelum masuk Jakarta. Kami harus berhasil dan punya brand yang kuat dulu di 
daerah, baru setelah itu membuka di Jakarta.

Belajar dari mana strategi itu?

Dari pengalaman saya sendiri.

Tidak pernah belajar manajemen secara formal? 

Tidak, tapi saya pernah belajar tentang franchise dari seorang ahli waralaba 
asal Swedia. Pada 1997 dia pernah mengadakan pelatihan di Medan.

Dari semua cabang yang ada, berapa outlet milik Anda sendiri?

Ada 16 restoran. Pengembangan selanjutnya selalu dengan sistem franchise. Kami 
targetkan ada 20 outlet di kawasan Jabotabek, dan bisa tercapai pada 2005 
nanti. Semua cabang baru yang bakal dibuka itu sudah ada pembeli waralabanya.

Berapa jumlah seluruh Rumah Makan Wong Solo yang Anda inginkan nantinya?

Target kami, 100 restoran ada di setiap kota besar di seluruh Indonesia. Calon 
franchise nya sudah ada, tinggal menunggu giliran pembangunannya saja. Setelah 
itu kami akan mulai masuk ke mal atau plaza.

Kapan membuka cabang ke luar negeri?

Tahun ini kami akan membuka cabang di Malaysia. Dari sana kemudian akan 
mengembangkan ke Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Benarkah mengembangkan usaha dengan sistem waralaba itu jarang gagal?

Ya. Usaha yang sehat itu dikembangkan dengan sistem franchise. Tingkat 
kegagalan- nya tak sampai 10 persen.

Anda pernah gagal dalam mengembangkannya?

Pernah. Wong Solo di Banda Aceh, yang merupakan cabang pertama di luar Medan, 
tutup sementara karena situasi daerah tersebut yang terus dilanda konflik. 
Sebuah outlet di Padang juga sempat tak bisa diterima oleh masyarakat setempat. 
Lidah mereka suka masakan pedas dan bersantan, sementara masakan kami cenderung 
manis.

Bagaimana prospek usaha makanan di masa mendatang?

Saya yakin prospek usaha semacam ini akan tetap bagus di era global. Makanan 
termasuk kebutuhan utama manusia selain perempuan, he he he.

Di era AFTA ini tentu makin banyak rumah makan merek asing masuk ke Indonesia. 
Ancaman bagi usaha Anda?

Tak perlu terancam, justru itu merupakan tantangan untuk semakin maju. Kami 
harus makin memperkuat diri agar bisa terus bersaing di era global itu. 
Pemerintah juga harus membantu agar makanan lokal terus berkembang dan lebih 
maju.

Berapa investasi membuka sebuah cabang Wong Solo dengan sistem waralaba?

Paket waralabanya dari Rp 250 juta hingga Rp 950 juta. Itu belum termasuk 
tempat usaha.

Untuk apa saja uang itu?

Membangun interior peralatan, serta sebagai modal kerja awal. Kami juga 
mengadakan pelatihan juru masak dan karyawan lainnya. Setelah siap semua, kami 
serahkan kepada pemiliknya.

Anda bertindak sebagai Franchisor sekaligus kontraktor pembangunan fisiknya?

Ya. Dengan begitu franchise tak perlu repot-repot lagi, tinggal terima jadi dan 
mengoperasikannya.

Perusahaan pemborongnya milik Anda juga? 

Ya. Kami punya divisi untuk mengerjakan itu, divisi mebel dan ukir-ukiran.

Berapa jumlah seluruh karyawan Wong Solo? 

Total karyawan seluruhnya sekitar 1.200 orang. Di luar itu masih melibatkan 
sekitar 20 pemasok, dan divisi kontraktor memiliki sekitar 100 karyawan.

Rencana mengembangkan jenis makanan lain?

Ya. Saat ini kan sedang ngetren makanan steak. Kami kini sedang mengembangkan 
paket waralaba kaki lima dengan nama "Steak KQS". Yang pertama sudah dibuka di 
Malang, Jawa Timur, dan menggunakan daging sapi lokal serta impor.

Berapa nilai investasi untuk sebuah outlet? 

Paket waralaba yang kami tawarkan dari Rp 50 juta sampai Rp 75 juta. Paket 
tertinggi dikombinasikan dengan bakso bakar. Nantinya, 50 menu masakan yang 
dimiliki Wong Solo juga akan dipecah-pecah dan dijual di kaki lima dengan nama 
Ayam Bakar KQS, Ayam Goreng KQS, Nasi Goreng KQS.

Apakah itu tidak akan mengurangi konsumen Ayam Bakar Wong Solo sendiri?

Tidak. Justru itu akan menjaring konsumen dari lapisan di bawah pelanggan Wong 
Solo. Orang-orang yang tidak mampu makan di Wong Solo nantinya bisa menikmati 
kelezatannya de- ngan harga terjangkau.

Masih kurang Anda telah memiliki begitu banyak rumah makan?

Manusia yang baik, adalah manusia yang bisa berguna bagi orang banyak. Dengan 
terus membuka usaha kan bisa membuka lapangan kerja baru.

Apakah nantinya Anda tetap akan berkecimpung di bisnis makanan?

Ya. Saya tak ingin masuk ke jenis usaha lain. Bakat saya cuma memasak, dan saya 
sudah terlalu mencintai bidang makanan lokal seperti ini. Nantinya kami ingin 
mengusai franchise jenis masakan lokal di Indonesia.

Tak ingin mengembangkan divisi kontraktor? 

Enggak, usaha itu hanya untuk menunjang bisnis utama kami. Divisi itu hanya 
melayani kebutuhan sendiri. Itu pun sudah kewalahan.

Setelah berhasil mengembangkan usaha rumah makan, mengapa Anda membutuhkan 
istri lebih dari satu?

Dorongan biologis untuk kawin lagi, merupakan fitrah seorang laki-laki dari 
Allah. Beristri empat itu merupakan sunnah Rasulullah. Bagi saya yang cukup 
mampu, secara materiil, spiritual, dan mampu berlaku adil, merupakan kewajiban 
untuk beristri lebih dari satu. Kalau ada lelaki punya kemampuan menjadi 
pemimpin seperti itu, tapi hanya beristri satu, kan mubazir, rugi dong, he he 
he.

Jadi poligami itu wajib bagi pria yang mampu?

Ya. Seorang lelaki yang mampu dari segi materiil dan berakhlak baik, 
berkewajiban punya istri lebih dari satu. Poligami itu merupakan tindakan 
paling baik. Jadi bagi pria yang mampu seperti tadi, harus berpoligami. Saya 
ingin menyebarkan virus poligami.

Anda memang mau memasyarakatkan poligami?

Ya. Virus poligami itu memang harus disebarkan. Nantinya, para pengusaha besar 
Indonesia bisa mengikuti saya dalam berpoligami. Kalau ada 20 juta pengusaha 
sukses dan mampu beristri dua, itu kan berarti sudah bisa memberikan kehidupan 
lumayan kepada 40 juta wanita. Dengan begitu, sebagian masalah TKW kan sudah 
bisa teratasi, dan bisa membuat makmur banyak wanita.

Kata orang, satu istri saja enggak "habis-habis", buat apa beristri lagi?

Bohong kalau ada pria berpendapat seperti itu. Ka- lau ada pria beristri hanya 
satu sampai tua, itu malah atut dicurigai.

Kapan Anda menikah kedua?

Tahun 1996. Istri kedua saya itu saat ini berusia 26, dan telah dikaruniai satu 
anak

Sebelum menikah lagi apakah butuh pacaran lebih dulu?

Enggak, tapi perlu saling menjajaki dan sebelumnya diawali perasaan suka atau 
naksir lebih dulu. Istri kedua saya adalah mantan karyawan saya sendiri. 
Awalnya naksir, kemudian ngobrol- ngobrol, dan tentu saja pacarannya harus 
baik- baik, ada batasannya. Dengan manjadikannya istri, merupakan penghormatan 
baginya. Saya tingkatkan derajatnya, dari karyawan mening- kat jadi istri.

Apakah memberitahu istri pertama keiika Anda berencana menikah lagi?

Enggak perlu, karena malah enggak jadi kalau memberitahu. Suami tidak perlu 
meminta izin istri. Poligami adalah hak laki-laki, Sementara kebanyakan, bahkan 
semua istri, hampir pasti tidak akan memberi izin jika suaminya menikah lagi. 
Kalaupun istri tahu, boleh jadi ia akan tersinggung dan minta cerai.

Menikah lagi secara diam-diam itu saya lakukan dengan niat melaksanakan program 
Allah, menghindarkan diri dari perbuatan zina, dan tidak akan meninggalkan 
istri sebelumnya. Apabila istri pertama sudah siap, baru diberi tahu, agar ia 
dapat menerima keadaan suami yang sudah terlanjur menikah lagi.

Bagaimana dengan istri kedua?

Sebelum menikah, istri kedua saya yakinkan, bahwa dia nanti harus rela untuk 
digilir atau berbagi waktu, dan menerima kedatangan saya yang tidak tentu 
waktunya.

Bagaimana Anda bisa membuai istri pertama mau menerima dimadu?

Sebelum dia tahu, harus diberi pemahaman lebih dulu, sebagai istri pertama dia 
membutuhkan dimadu. Itu sebabnya suaminya harus berpoligami. Sering saya 
mengajak istri pertama berdiskusi tentang perlunya poligami, sampai dia yakin 
betul dan mau menerimanya.

Mindset istri pertama itu yang harus diubah. Harus ditanamkan kepadanya, istri 
yang baik dan saleh adalah tunduk terhadap suami, taat dan bisa menyenangkan 
saami. Ia harus rela dan malah bahagia suaminya beristri lagi.

Akhirnya tahu juga dia?

Ya. Meskipun tanpa memberitahu kalau saya sudah menikah lagi, tapi ia 
sebenarnya sudah tahu dengan melihat gerak-gerik saya. Dia tahunya malah dari 
adik saya. Saya yang menyuruh agar adik saya memberitahu padanya, bahwa saya 
telah menikah lagi.

Tak protes setelah tahu?

Tidak. Alhamdulillah perkawinan kedua berjalan lancar tanpa percecokan dengan 
istri pertama. Dan ternyata setelah berpoligami justru membawa hikmah 
tersendiri bagi istri pertama saya. Dengan adanya saingan itu, cintanya kepada 
saya jadi lebih mendalam.

Setelah itu kembali saya yakinkan kepada keduanya, saya perlu membagi cinta 
lagi dengan istri ketiga. Saya akan merasa berdosa kalau cuma beristri dua. 
Kalau cuma dua kan satu sama lain bisa saling cemburu, jadi butuh wanita 
ketiga. Dengan begitu tak akan saling cemburu lagi.

Untuk menikah ketiga Anda perlu minta ijin dari kedua istri Anda?

Tak perlu minta ijin juga. Istri ketiga saya seorang sarjana, juga mantan 
karyawan Wong Solo. Menikahinya merupakan penghargaan kepadanya sebagai 
karyawan yang baik.

Yang keempat bagaimana?

Untuk mendapatkan istri keempat, kami pasang iklan di sebuah surat kabar yang 
terbit di Semarang untuk mencari seorang sekretaris pribadi buat saya. Ada 400 
pelamar datang sendiri ke Rumah Makan Wong Solo di Semarang.

Apa saja kriterianya?

Harus sarjana, berjilbab, akhlaknya baik, enggak perlu terlalu cantik, 
sedang-sedang saja wajahnya. Setelah diseleksi dan diwawancara oleh tim khusus, 
akhirnya tinggal dua pilihan. Saya bersama istri saya yang memilih salah satu. 
Saya memang sreg sekali dengan pilihan itu.

Setelah dipilih, ia bekerja dulu sebagai sekretaris? 

Ya. Awalnya dia bekerja sebagai sekretaris pribadi. Setelah mengenalnya lebih 
dekat, baru saya ungkapkan, bahwa maksud lain perekrutan itu juga untuk mencari 
istri keempat. Karena kami nanti sering bertemu, dan agar tidak menimbulkan 
fitnah serta dosa, maka lebih baik menikah. Setelah orang tuanya merestui, kami 
menikah, dan akhirnya seperti sekarang, tetap berjalan lancar.

Bagaimana cara Anda mengelola empat istri itu? 

Saya tegakkan dulu hak dan kewajiban masing-masing. Saya sebagai lelaki mencari 
nafkah, mendidik anak dan istri, berdakwah, dan jihad fisabilillah. Suami 
merupakan kalifah atau pemimpin di dalam rumah tangga juga di muka bumi.

Tugas suami bukan cuma terbatas sebagai kepala keluarga, juga pimpinan jaringan 
usaha yang cukup besar seperti ini, dan nantinya juga akan menjadi pemimpin 
umat, serta bisa dijadikan teladan. Semua tugas dan kewajiban suami itu sudah 
saya penuhi. Memang tidak mu- dah mengelola empat keluarga. Yang punya satu 
istri atau satu rumah tangga saja banyak yang gagal.

Bagaimana dengan tugas istri menurut Anda? 

Tugas istri adalah menjaga dan mengurus rumah, mendidik anak menjadi pemimpin 
di rumah atau berpe ran sebagai uztadzah ketika suami tak di rumah, melayani 
suami dengan baik. Istri juga sebagai belahan jiwa suami. Kalau semua kewajiban 
masing-masing itu dijalani, rumah tangga tak akan ada masalah. Anak-anak juga 
akan terurus dengan baik, bisa jadi anak saleh, pintar dan tidak keluyuran tak 
karuan ke mana-mana. Istri harus taat pada suami dalam segala hal, selama suami 
tidak melanggar hukum.

Di mana saja keempat istri Anda tinggal? 

Dua di Medan, dua di Jakarta.

Bagaimana membagi jadwal kunjungannya?

Sebelumnya kami adakan konsensus. Seorang istri mendapat jatah seminggu. Jadi 
seminggu di Medan, seminggu berikutnya di Jakarta, begitu seterusnya. Kecuali 
jika ada keperluan bisnis, seperti pembukaan outlet baru di satu kota. Yang 
seharusnya mendapat giliran kunjungan harus mau berubah jadwal. Juga kalau ada 
shooting televisi umpamanya, padahal giliran Medan, ya harus mau diganti 
waktunya. Seperti shift tugas begitu, he he he.

Dari empat istri itu ada yang paling Anda cintai?

Tidak, Saya mencintai semuanya.

Mereka sendiri bagaimana? 

Kalau cuma satu istri, dia bisa seenaknya sendiri, karena tidak ada saingannya. 
Namun kalau beristri lebih dari satu, masing-masing istri akan bersa- ing untuk 
lebih mempercantik diri lebih dicintai suami.

Pernahkah berkumpul bersama? 

Ya sering. Seperti ketika kami berlima menunaikan ibadah haji bersama.

Apakah tidak jadi perhatian banyak orang di sana? 

Orang Arab sangat suka melihat kebersamaan kami itu. Kami malah mendapat tempat 
yang bagus dan dilayani secara khusus. Bila ada semacam seminar yang membahas 
poligami, istri-istri saya sering tampil bersama. Mereka mengungkapkan secara 
gamblang bahwa mereka memang bisa memahami dan menerima poligami. Mereka juga 
berkumpul bersama ketika salah satu istri ada yang punya hajatan seperti 
menyunatkan anaknya.

Anda harus ada di mana saat lebaran?

Berkumpul di saat lebaran juga bergiliran. 

Apakah benar, setiap istri Anda diberi kepemilikan satu outlet Wong Solo? 

Tidak. Yang mengelola semua outlet milik saya sendiri adalah orang-orang 
profesional. Saya hanya memberi nafkah atau dukungan finansial kepada setiap 
istri sesuai kebutuhan masing-masing. Istri tidak harus ikut menjadi pengusaha, 
dan tak perlu diarahkan menjadi pengusaha, tapi cukup menunjang usaha suami. 
Cukup suami saja yang mencari nafkcah, dan saya tak mau melibatkan mereka pada 
kegiatan usaha. Kalau anak-anak, baik lelaki maupun wanita harus jadi pengusaha.

Apakah tak sayang titel kesarjanaannya? 

Seorang istri bergelar sarjana kan tidak harus bekerja di luar rumah. Mengelola 
rumah tangga, mendidik anak, berperan sebagai kepala rumah tangga ketika saya 
tak ada di rumah, merupakan karier tersendiri baginya.

Bagaimana Anda nanti membagi warisan kepada istri-istri Anda?

Ya mengikuti syariat yang ada. Dibagi rata empat istri, dan masing-masing istri 
akan membagi kepada anak-anaknya.

Istri yang memiliki anak terbanyak akan menerima sama besarnya dengan istri 
yang hanya beranak satu?

Ya. Harta warisan dibagi rata masing-masing istri. Besarnya warisan yang 
diterima setiap istri bukan tergantung jumlah anaknya. Memang begitu aturan 
atau hukum Islamnya.

Bagaimana dengan uang belanja mereka?

Saya memberi uang belanja kepada setiap istri sesuai kebutuhan, yang anaknya 
lebih banyak tentu mendapat uang belanja lebih banyak dibanding istri yang 
lebih sedikit anaknya.

Anak-anak Anda tidak pernah protes?

Tidak. Kalau sudah mampu mendidik dan memberi pemahaman kepada semua istri soal 
poligami, anak-anak mereka akan menerimanya.

Bagaimana hubungan Anda dengan anak-anak?

Sangat baik. Saya selalu menyempatkan bersama anak-anak setiap giliran bertemu 
dengan ibunya. Meskipun hanya seminggu bertemu dengan salah satu istri dan 
anaknya, tapi pertemuan singkat itu selalu saya usahakan berkualitas. Kan 
banyak suami yang setiap hari bertemu dengan anak istrinya, tapi tetap tidak 
harmonis keluarganya.

Saya juga selalu sempatkan menanyakan bagaimana sekolah anak-anak, dan 
berbincang segala hal dengan mereka. Saya harus bisa menempatkan diri sebagai 
ayah sekaligus sebagai sahabat. Setiap hari saya juga selalu menyempatkan 
menelepon mereka.

Bagaimana Anda mendidik anak-anak?

Mendidik anak itu paling utama adalah akhlaknya. Rumah kami seperti pondok 
pesantren. Kami datangkan guru bahasa Inggris dan guru mengaji ke rumah.

Anak pertama Anda sudah kuliah?

Dia saat ini sedang kuliah bidang akuntansi di Yogyakarta.

Mereka akan meneruskan usaha Anda nantinya? 

Ya. Setelah lulus, anak-anak harus ikut mengelola usaha saya. Namun, dia akan 
diperlakukan sebagai karyawan biasa, ikut pelatihan dan melakukan pekerjaan 
dari bawah. Ia harus benar-benar profesional. Kalau memang dia punya kemampuan 
bagus, tak ada salahnya nanti menjadi pimpinan.

Apakah anak-anak Anda tak boleh berkarier sebagai profesional di perusahaan 
orang lain? 

Saya selalu ingin semua anak-anak menjadi entreprenur nantinya. Bidang itu yang 
paling bagus prospeknya, dan peluang suksesnya juga besar. Itu sudah saya 
kondisikan kepada mereka sejak kecil. Saat libur, ada yang bekerja di salah 
satu outlet, menjadi tukang bersih-bersih.

Anda tega memperlakukan anak seperti itu?

Mereka harus mau melakukan itu. Saya ingin menanamkan kemandirian sejak kecil. 
Mereka saya beri gaji, dan mereka bisa merasakan, kalau mau mendapat uang ya 
harus bekerja.

Apakah anak laki-laki Anda juga diarahkan agar berpoligami nantinya?

Anak laki-laki saya harus mengikuti jejak saya nantinya dalam soal poligami. 
Anak lelaki saya yang baru berusia 8 tahun saja sudah pernah membawa tiga teman 
perempuannya bertemu saya dan ibunya. Ia menyebutnya sebagai pacar-pacarnya. 
Saya cuma tertawa melihat tingkahnya. Itu baru anak saya, dan itu baru top, he 
he he.

Anda rela kalau suami anak perempuan Anda juga berpoligami?

Itu bagus. Lebih bagus lagi kalau posisi anak perempuan saya sebagai istri 
kedua. Ia lebih siap mental dan aman. Kalau ia sebagai istri pertama, akan 
berat posisinya.

Bagaimana Anda menjaga stamina badan dalam melayani kebutuhan biologis empat 
istri itu?

Yang paling penting, kondisi pikiran harus sehat dan bahagia. Penyakit kan bisa 
timbul dari perasaan. Kalau perasaan kita tenang, bahagia, bisa jauh dari 
penyakit. Saya suka minum jamu tradisional seperti kunyit putih, temulawak, 
madu, dicampur telur ayam kampung.

Tak perlu obat kuat atau viagra?

Jamu-jamu atau obat itu sebenarnya tak menolong. Jadi jamunya bukan apa tapi 
siapa.

Bagaimana Anda menjaga kesehatan? 

Pola makan tetap saya jaga dengan baik. Banyak makan buah, sayur, ikan laut, 
dan ayam kampung. Dan di sela kesibukan yang cukup padat, saya sempatkan untuk 
rutin berenang atau jalan pagi.

Tak ada pantangan makanan?

Tidak. Saya masih suka makan daging kambing seminggu sekali.

Masih sempat menonton film?

Ya. Kadang-kadang saya juga sempatkan jalan-jalan sambil berbelanja bersama 
anak-anak dan istri. Kami sempat pula berlibur bersama ke daerah pegunungan 
atau pantai.

Anda masih tertarik melihat wanita cantik? 

Sebagai lelaki normal, tentu tertarik melihat perempuan cantik.

Perempuan seperti apa yang paling menarik bagi Anda?

Paling menarik adalah perempuan lembut dan pemalu.

Apakah nantinya masih mau menikah lagi?

Enggak, sudah cukup empat saja.

Memangnya ada larangan untuk beristri lebih dari empat?

Boleh, tapi yang kelima dan seterusnya bukan istri, hamba sahaya sebutannya, 
dan haknya tidak seperti keempat istri. Tapi saya enggak akan seperti itu.

Kenapa? 

Nanti malah akan menimbulkan masalah. Bisa harmonis dengan empat istri ini saja 
sudah sangat bagus. Kan banyak sekali pria yang hanya beristri satu, namun tak 
mampu mempertahankan rumah tangganya.

Kapan Anda pensiun?

Pada usia 60 tahun nanti saya akan pensiun. Namun, usaha ini terus berjalan 
dikelola para profesional dan anak-anak saya. Saat itu saya akan lebih 
mendekatkan diri kepada Allah. Jadi sukses berusaha dan bisa masuk surga.

Masih punya obsesi lain?

Nantinya, kalau Wong Solo sudah berada di seluruh kota-kota besar Indonesia, 
saya punya satu obsesi membangun rumah di Medan dan Jakarta. Di masing-masing 
kota itu akan saya bangun lima rumah dalam satu lokasi, untuk saya sendiri dan 
setiap istri. Jadi kalau saya sudah pensiun nanti, bisa berkumpul dengan empat 
istri dalam satu lokasi, ya semacam Kerajaan Wong Solo begitu, he he he. 
(ME-05-03/CN02) 


 

 

 

http://www.suaramerdeka.com/harian/0309/03/nas29.htm

 

"Poligami Itu Sing Penting Boyoke..."




 

"PEJUANG" POLIGAMI: H Puspo Wardoyo, sosok "pejuang" poligami saat berbicara 
dalam pengajian interaktif Qolbun Salim di Hotel Patra, Senin (1/9) malam. Di 
kanan-kirinya, KH Noer Iskandar SQ, Dra Hj Fatimah Amin Syukur MSi, Hj 
Munawaroh, dan Dra Ida Budiyati SH LLM. (13)

 

 


SUASANA yang tercipta pada Pengajian Interaktif Qolbun Salim di ruang 
Rama-Shinta Hotel Patra Semarang, Senin (1/9) malam memang benar-benar 
interaktif. Baku tohok pembicara, antusiasme tanggapan dari peserta, tak 
terkecuali kontroversi pemahaman mengenai poligami yang memang menjadi tajuk 
pengajian malam itu mulai sekitar pukul 20.00, tercipta secara banal, bahkan 
begitu acara dipungkasi pukul 22.00 dengan sebuah doa penutup khas Qolbun 
Salim, yakni jamaah berdoa dengan lampu yang dimatikan di ruangan itu. 

Ada lima pembicara yang dimoderatori KH Supandi. Yakni, KH Noer Iskandar SQ 
(pengasuh Ponpes As-Shidiqqiyah Jakarta), H Puspo Wardoyo (Presiden Masyarakat 
Poligami Indonesia yang sekian lama menjadi jurkam paling antusias mengenai 
persoalan itu), Dra Hj Fatimah Amin Syukur MSi, Hj Munawaroh, dan Dra Ida 
Budiyati SH LLM.

Noer Iskandar, penganut poligami dengan dua istri yang juga anggota FKB DPR, 
berbicara sebagai pembuka. Dengan nada pelan bervibrasi berat khas kiai, dia 
menyitir Alquran Surat An-Nisa Ayat 3. Ayat yang sering kali ditafsirkan 
sebagai anjuran berpoligami dalam Islam. Ketika sang kiai berbicara, belum ada 
tanda-tanda interaksi. Jamaah masih santun mendengarkan. 

Pada giliran Ida Budiyati yang memaparkan persoalan hukum perkawinan dalam UU 
Perkawinan, jamaah masih tetap sebagai pendengar yang baik. 

Baru ketika moderator memberikan hak bicara pada Puspo Wardoyo, mulai ada 
selo-rohan dari mereka. "Iki lakone. (Ini tokohnya)". Moderator ikut menimpali, 
"Pak Puspo itu hebat banget, ya? Bisa nikah dengan empat istri. Mari dengar apa 
kata dia mengenai dampak poligami."

Puspo yang didaulat segera berbicara. Pada beberapa bagiannya, ia lebih banyak 
menceritakan pengalamannya sebagai pelaku poligami dengan empat istri (Rini 
Purwanti SE, Supiyati, Anisa Nasution, dan Intan Ratih Tri Laksmi). 

"Selama ini, kita memang jarang berbicara soal poligami. Kalau diperbincangkan, 
lebih pada sisi-sisi negatifnya saja. Misalnya, tentang poligami yang lebih 
selalu menciptakan penderitaan istri dan anak-anak," ujar pemilik puluhan 
outlet RM Ayam Bakar Wong Solo itu.

Kepuasan Seksual

Pengajian berubah menjadi serupa "peperangan terbuka" ketika pembicara 
perempuan giliran menyampaikan gagasan. Bahkan sebelum Fatimah Amin Syukur 
berbicara, ada teriakan dari peserta, "Enteki wae, Bu (Habisi saja, Bu!)!"

Begitu berbicara, nada keras sudah langsung keluar dari mulut Fatimah, "Kalau 
saya jadi bapak-bapak yang ada di sini, saya harusnya tersinggung, bukannya 
tertawa mendengar pernyataan Pak Puspo soal lebih banyak lelaki yang selingkuh 
daripada yang tidak. Pak Puspo bilang poligami untuk mencegah perselingkuhan 
dan perzinahan. Saya yakin kok, masih banyak suami yang tak masna wa-tsulasa 
waruba'a (kutipan istilah dari An-Nisa Ayat 3 yang membolehkan mengawini dua, 
tiga atau empat perempuan-Red), tapi tak selingkuh. Harusnya bapak-bapak marah."

Serangan lebih keras ketika Hj Munawaroh tampil. Di awal pembicaraannya, dia 
mengutip sebuah hadis yang menganjurkan pemuliaan terhadap perempuan, dia 
bercerita mengenai pengalaman poligami ayahnya.

"Saya punya kisah yang bisa dijadikan contoh bahwa orang yang berpoligami pun 
tak rela apabila anaknya dipoligami. Ayah saya contohnya. Dia punya dua istri. 
Kami anaknya ada 10 orang dan semuanya perempuan. Saya pernah tanya, 'Ayah, 
apabila anak-anak Ayah dipoligami orang, apa setuju?' Spontan dia menjawab: 
'Jangan!' Itu bukti. Dan yang terpenting, perempuan yang menikah dalam poligami 
pasti menderita batinnya."

Tak cuma itu, secara khusus dia bahkan menohok Puspo Wardoyo. "Kalau boleh saya 
bilang, Pak Puspo itu penganut freudian (Sigmund Freud, ahli psikoanalisis-Red) 
yang menganggap sumber kebahagiaan terletak pada kepuasan seksual semata."

Puspo hanya tertawa, juga Noer Iskandar. "Belum lagi persoalan keadilan 
terhadap istri-istri. Rasulullah sendiri sering berdoa dengan sedih untuk 
mempertanyakan apakah Beliau telah berlaku adil pada istri-istrinya, eh Pak 
Puspo malah bangga. Pak Kiai Iskandar malah nantang dan bilang, 'Poligami itu 
sing penting boyoke (yang penting pinggangnya). Saya punya data, orang yang 
banyak memakai boyok-nya untuk berhubungan seks lebih cepat mati."

Tak pelak lagi jamaah spontan tertawa riuh. Noer Iskandar menanggapi itu cukup 
dengan tertawa.

Tapi, perang terbuka antara perempuan dan laki-laki, paling tidak pada para 
pembicara di pengajian interaktif itu, seolah-olah lalu patah ketika pada sesi 
interaksi dengan jamaah, seorang mahasiswi menyatakan kesetujuannya pada 
poligami.

"Saya mungkin satu di antara belum banyak perempuan yang sepakat untuk 
poligami," ujar Zakiyah, mahasiswi FE Unissula Semarang. "Saya memang belum 
menikah, jadi tak tahu rasanya dimadu. Tapi saya yakin, saya bisa berpoligami. 
Saya juga tak sepakat dengan pendapat Bu Munawaroh yang menyebut Pak Puspo 
hanya mengobarkan hasrat seksual saja dalam berpoligami. Saya katakan, kepuasan 
seksual itu penting. Bu Fatimah sudah saban hari merasakan itu, tapi banyak 
yang lainnya belum. Kenapa menolak poligami?"

Lalu, meskipun tak secara verbal sepakat dengan poligami, seorang penanya 
laki-laki dari Qolbun Salim melontarkan pertanyaan yang intinya apabila 
poligami tak diperbolehkan, dia meminta pembicara yang "seolah-olah" menolak 
untuk memberikan argumentasi untuk mematahkan Surah An-Nisa Ayat 3. 

Di luar serunya perseteruan gagasan itu, memang tak ada simpulan mengenai 
poligami. Persoalan itu tetap kontroversial dan selalu menarik untuk 
diperbincangkan. 

"Masalah itu memang kontroversial dan menarik membahasnya dalam forum ini. 
Apalagi beberapa waktu lalu ada Poligami Award," kata Lilik Agus Gunarto, Ketua 
I Qolbun Salim. (Saroni Asikin-13)

http://muslimdelft.nl/kliping/seharihari/bukan_sekadar_melepas_hasrat_seks.php

 

 

 

 

 

Bukan Sekadar Melepas Hasrat Seks 

oleh: DHB Wicaksono 

GATRA, 26 April 2003



Juragan Ayam Bakar Wong Solo hidup rukun bersama empat istri. Ada suami yang 
serumah dengan istri-istrinya. KH Noer Muhammad Iskandar cukup happy beristri 
dua. 

BERPOLIGAMI tanpa dorongan hasrat seksual, apa mungkin? Bisa iya, bisa pula 
tidak. Itu pengakuan pelaku poligami. Ada yang mengaku berbini banyak bukan 
mengejar kepuasan seks, melainkan mewujudkan keluarga besar yang sakinah. Tak 
sedikit pula yang terus terang bilang bahwa mengawini banyak perempuan, ya, 
lantaran libidonya menggebu.

Puspo Wardoyo, juragan Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo, termasuk yang 
blak-blakan soal ini. Pengakuannya —sambil senyum-senyum— hasrat seksualnya 
yang menggelora memaksanya mengambil empat istri. Istri dua atau tiga masih 
dirasa kurang. ”Bahaya kalau (ketika itu) saya tidak kawin lagi (dan lagi). 
Saya bisa berzina,” kata pria 46 tahun itu. Wow!



Memilih istri muda pun tidak bisa serampangan. Sosok ”pejantan tulen” ini 
berselera tinggi. Syaratnya: si cewek berjilbab, taat beribadah, dan berakhlak 
bagus. Kebetulan pula semuanya cantik dan sarjana. Soal usia dan keperawanan? 
Aha, itu pun syarat penting. Usia 24-26 tahun dan belum pernah berhubungan 
seksual. Pertimbangannya, ”Mencumbunya nikmat, juga mudah diatur,” kata Puspo, 
sembari tersenyum. Ehm!

Syukurlah, kehidupan keluarga besar dengan 10 anak ini rukun dan bahagia. Sang 
kepala keluarga menjalankan poligami ”Islami”. Ini istilah Puspo, untuk 
membedakan berpoligami melulu berdasarkan nafsu dengan yang berlandaskan agama 
Islam. Secara lahir-batin, kepala keluarga yang berlebihan materi ini bersikap 
adil dan menyayangi keempat istri dan anak-anaknya. 

Jodohnya dengan istri pertama, Rini Purwanti, kini 38 tahun, bertaut di Medan, 
Sumatera Utara. Waktu itu, sarjana pendidikan lulusan Universitas Sebelas 
Maret, Solo, Jawa Tengah, ini mengajar di sekolah menengah di sana. Puspo jatuh 
hati pada Rini, juga seorang guru, lalu menikahinya di sana tahun 1979. Mereka 
kemudian membuka warung kaki lima di Bandara Polonia, Medan. 

Mereka lalu merintis usaha Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo, pada 1991. Hanya 
dalam tempo beberapa tahun, cabang baru di kota yang sama mereka buka. Tahun 
1996, Puspo kebelet mengawini Supiyati, ketika itu berusia 26 tahun, karyawan 
restorannya. Keduanya menikah tanpa sepengetahuan istri pertama. Kata Puspo, 
bukan karena Rini menolak poligami, melainkan begitulah pesannya.

Ini diakui Rini. ”Sebagai muslimah, saya menerima kehalalan poligami. Cuma, 
waktu itu saya belum siap. Saya bilang, Mas Puspo kalau mau nikah (lagi) 
langsung saja, tak usah memberitahu saya,” tutur Rini. Ibu enam anak ini baru 
tahu dimadu, enam bulan kemudian. Ia sempat menangis. Tapi akhirnya berlapang 
dada. Malah, ia menemani suami dan madunya itu mencatatkan perkawinan ke kantor 
urusan agama.

Dilamarkan Istri 

SETAHUN berselang, ketika Supiyati memberinya seorang anak, Puspo menikah lagi. 
Ia berjodoh dengan Anisa Nasution, 24 tahun, juga karyawan restorannya di 
Medan. ”Saya pilih Mas Puspo karena akhlaknya baik dan keluarganya rukun,” kata 
Anisa.

Kala melamar Anisa, Puspo didamprat calon mertua. Bagaimanapun, orangtua pasti 
tak suka anak perempuannya dijadikan istri kesekian. Puspo pun lapor pada Rini. 
Eh, malah Rini yang mendampinginya melamarkan Anisa lagi. Walhasil, lamaran itu 
diterima. Agaknya, kegigihan dan kesungguhan itulah yang membuat orangtua Anisa 
luluh.

Seiring dengan itu, restoran ayam bakarnya berkembang menjadi empat cabang. 
Puspo yakin, setiap perkawinannya membawa rezeki. Maka, pada 1999, ia mengawini 
istri keempat, Intan Ratih—pilihan istri keduanya. Lagi-lagi karyawan 
restorannya, cabang Semarang, Jawa Tengah. Dari istri ketiga dan keempat, Puspo 
memperoleh masing-masing satu dan dua anak. Jumlah anaknya kini 10. Restorannya 
pun beranak-pinak menjadi 26 cabang di kota-kota besar.

Telepon-teleponan 

KEEMPAT istri Puspo tidak tinggal serumah. Istri pertama dan kedua menetap di 
Medan. Istri ketiga di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten. Istri ”bontot” di 
Puri Bintaro, masih di Tangerang. Para istri ini mendapat limpahan materi dari 
sang suami. Mereka tidak terlibat dalam bisnis restoran, cuma mengawasi standar 
bumbu masakan.

Puspo berusaha bersikap adil, termasuk soal pembagian waktu kunjungan. Sepuluh 
hari di Medan, 10 hari di Tangerang. Sesekali keempat istrinya diajak kumpul 
bersama mempererat silaturahmi. Kadang rame-rame dibawa dalam seminar poligami.

Istri-istri Puspo sering saling telepon. Selain sekadar berhalo-halo, juga 
mendiskusikan bagaimana servis terbaik buat suami di kasur. Bukan main! ”Yang 
muda belajar pada senior. Hubungan mereka sangat akrab, seperti adik-kakak,” 
kata Puspo, yang tak keberatan anaknya dipoligami orang. Lelaki ini bermaksud 
menyebarkan kisah suksesnya itu dalam buku Kiat Sukses Beristri Banyak yang 
tengah digarapnya.

Perawan Tak Penting



TENTU, jauh sebelum ”buku penuntun” tadi dibuat, banyak pelaku poligami yang 
sukses mengurusi istri-istrinya. Misalnya Mohamad Rizal Chatib, 44 tahun. 
Direktur Grup Rufaqa —holding dari PT Hawariyun— ini juga punya bini empat. 
Semuanya rukun dan patuh pada sang suami.

Berbeda dengan alasan Puspo Wardoyo yang terang-terangan mengaku berpoligami 
antara lain didorong gelora seks, Rizal Chatib lebih melihatnya sebagai jodoh 
yang tak bisa dihindari. Bukan sekadar seks. ”Bukan saya yang merancang. Kalau 
bukan jodoh, ya, tak jadi,” kata Rizal.

Lantaran bukan didorong nafsu, Rizal tidak mensyaratkan macam-macam pada 
jodohnya. Istri keempatnya, Andi Suaibah, misalnya, adalah janda dengan seorang 
anak —kini berusia 16 tahun. Suaibah dinikahi Rizal pada 2001 atas prakarsa 
istri sejawatnya.

Suaibah, yang menetap di Jakarta, bahagia menjadi istri keempat. Ia melihat 
poligami tidak merendahkan wanita. Malah menguntungkan. Sebab, adakalanya bisa 
terbebas dari tugas keseharian melayani suami dan anak. ”Kalau monogami, harus 
siap 24 jam tiap hari. Bayangkan, sanggup nggak?” ujar Suaibah kepada GATRA.

Rizal pertama kali menikah pada 1986. Dia meminang Sufiah, asal Bukittinggi, 
Sumatera Barat. Perkawinan ini dikaruniai lima anak. Sepuluh tahun berselang, 
Rizal menikahi Athirah, wanita Aceh, yang memberinya seorang keturunan. Tahun 
1999, ia memperistri Kamariah, perempuan asal Malaysia, yang memberinya seorang 
anak. Ketiga istrinya ini menetap di Pekanbaru, Riau. Mereka mengelola boarding 
school milik Grup Rufaqa.

Tinggal Seatap

SEJAWAT Rizal di Rufaqa, Dr. Abdurahman Riesdam Efendi, juga sukses 
berpoligami. Wakil Presiden Grup Rufaqa itu punya bini empat, dan memperoleh 
empat anak. Ia menikahi Dr. Gina Puspita, teman kuliah di ITB, sebagai istri 
pertama. Mereka dikarunia tiga anak. Tahun 1995, ia kawin dengan Basyiroh Cut 
Mutia yang memberinya seorang anak. Enam tahun berselang, ia kawin lagi dengan 
Siti Salwa asal Malaysia. Tahun lalu, ia kawin dengan Fatimah.



Ketiga istri mudanya ini merupakan pilihan istri pertama. Mereka rukun dan 
bahagia. Kebetulan mereka bekerja di kantor yang sama. Malah mereka menetap 
serumah, di Taman Rempoa Indah, Ciputat, Tangerang. ”Kalau suami sedang dengan 
istri yang lain, kami bertiga ngobrol-ngobrol di satu kamar,” tutur Gina. Bila 
berada di luar kota, mereka bertukar pesan lewat SMS. Pokoknya, akrab. 
”Poligami yang didasarkan pada Allah SWT tidak akan menimbulkan masalah,” Gina 
menambahkan.

Gina dan Rizal menyayangkan adanya organisasi yang mewadahi pelaku poligami. 
”Tak perlu diorganisir, yang penting diamalkan. Dengan membentuk organisasi 
malah membuka front, mengundang lawan,” kata Rizal. Contohnya Masyarakat 
Poligami Indonesia, bentukan Puspo Wardoyo tahun 2001, yang ditentang gerakan 
feminisme.

Wapres Hamzah Haz Juga Berpoligami

SEBAGAI Presiden Masyarakat Poligami Indonesia, Puspo memang gencar 
mengampanyekan poligami lewat seminar dan talkshow. Ia terang-terangan mengajak 
orang untuk berpoligami. Malah, dalam waktu dekat, ia akan menggelar Polygamy 
Award 2003. Seorang nominatornya, Wakil Presiden Hamzah Haz. Pertimbangannya? 
”Dia berani menambah istri secara terbuka di saat menjabat di pemerintahan. 
Banyak orang berpoligami tapi sembunyi-sembunyi,” kata Puspo, serius.

Agaknya Hamzah memang layak menjadi nominator. Hamzah diketahui punya tiga 
istri, hidup rukun dan damai. Paling tidak, itu diakui istri ketiganya, Soraya 
Smith, yang bersikap cukup terbuka. ”Hubungan kami (sesama istri) baik-baik 
saja. Demi Allah, mereka sangat baik. Benar-benar tidak ada problem,” kata 
Soraya kepada Luqman Hakim Arifin dari GATRA.

Istri pertama Hamzah bernama Asmaniah, kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, 
27 Juli 1942. Dia menetap di Jalan Tegalan, Jakarta Timur, rumah yang dihuni 
Hamzah sejak 1982. Istri kedua, Titin Kartini, kelahiran 4 Mei 1946, tinggal di 
Bogor, Jawa Barat. Dari kedua istri ini, Hamzah memperoleh 12 anak, sembilan di 
antaranya dari istri pertama.

Istri ketiga, Soraya Smith, kelahiran Lampung, 17 Oktober 1963. Nama janda 
cantik —dengan tiga anak dari dua suami terdahulu— ini sempat menyeruak 
bersamaan heboh penangkapan Ibra Azhari dalam kasus narkoba, Februari silam. 
Waktu itu beredar isu bahwa Laura Wendari, teman Ibra, tak lain anak tiri Wakil 
Presiden (Wapres) Hamzah. Soraya menggelar pertemuan pers dan menjelaskan bahwa 
Laura bukan anak tiri wapres.

Soraya dan Hamzah menikah dua tahun silam, sebelum Hamzah menjabat wapres. 
Hamzah tadinya pasien Soraya, yang sudah lama membuka semacam klinik pengobatan 
alternatif. Si pasien yang menderita sakit di ulu hati ternyata punya masalah 
dengan terapi sentuh sang ”tabib” yang tujuh tahun menjanda itu. Ia tak 
bersedia disenggol perempuan bukan muhrim. Sebagai jalan keluar, mereka harus 
menikah.

”Pak Hamzah baik sekali. Saya yang memintanya menjadi muhrim saya, dan Bapak 
(Hamzah) bersedia,” tutur Soraya. ”Saya bercita-cita punya suami ketiga 
sekaligus istri ketiganya. Saya berdoa, mudah-mudahan mendapat jodoh. 
Alhamdulillah, tercapai juga,” ia menambahkan.

Bukan Seks Semata

SORAYA tak keberatan berbicara soal kehidupan seksnya. Pengusaha di banyak 
bidang —antara lain garmen, marmer, dan hasil bumi— ini menuturkan, Hamzah 
berusaha membagi waktu untuk istri-istrinya secara adil. Minggu pertama full 
untuk istri pertama. Minggu kedua, Sabtu dan Minggu, bersama istri kedua. Pada 
minggu ketiga, juga Sabtu dan Minggu, giliran kumpul dengan istri ketiga.

Cukupkah pertemuan itu? Soraya mengaku cukup, karena ia juga memaklumi 
kesibukan sang suami sebagai wapres. Ia pun mengatakan dirinya tidaklah 
memikirkan seks saja. Ia bahagia dengan kondisi sekarang ini. Apalagi, katanya, 
sang suami sering berucap, ”Aku paling bahagia punya istri patuh-patuh padaku.” 
Kata Soraya, ”Kebahagiaan dan kasih sayang itu nomor satu, bukan nafsu. 
Kuncinya: anak, ibadah, dan kuat menerima takdir. Kan, dinikmati saja hidup 
ini.”

Bahagia di Hari Tua

DALAM hal mengambil bini baru, Debby Nasution agaknya juga berprinsip seperti 
Hamzah Haz dan Rizal: janda pun tak mengapa, yang penting jodoh. Debby, pemusik 
dan mubalig, menjadikan Sitoresmi sebagai istri keempatnya, pada 1996. Sito, 
kini 53 tahun, sudah dua kali menjanda. Mula-mula jadi janda budayawan W.S. 
Rendra, 1979. Ketika itu, ia menjadi istri kedua Rendra (dari tiga istri).



Sepuluh tahun berselang, ia menikah dengan Sjukri Fadholi, seorang ulama — kini 
Wakil Wali Kota Yogyakarta. Perkawinan keduanya ini kandas pada 1996. Tak lama 
setelah masa idah rampung, ia tak keberatan dilamar Debby Nasution —dua 
istrinya telah meninggal. Perempuan bernama lengkap Hajah Raden Ayu Sitoresmi 
Prabudiningrat itu mengaku amat bahagia di hari tuanya. Ia termasuk orang yang 
lantang mendukung poligami. ”Saya siap kalau Bang Debby menikah lagi,” kata 
perempuan yang masih cantik ini.

Poligami ”Irit”

KIAI Haji Noer Muhammad Iskandar,SQ, termasuk penganut poligami ”irit”. 
Pengasuh Pondok Pesantren Asshidiqiyah itu baru punya dua istri: Nur Jazilah 
dan Khusnul Khotimah. Hidup berpoligami dilakoninya sejak 1993. Atas anjuran 
istri pertama yang merasa tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai istri 
secara sempurna, ia menikahi Khusnul, janda berusia 27 tahun. Tentu atas 
dukungan empat anaknya, serta keluarga istri pertama.



”Dengan bismillah, semuanya dilalui dengan lancar,” kata anggota Fraksi 
Kebangkitan Bangsa DPR-RI berusia 48 tahun itu. Ia merasa happy. Khusnul 
Khotimah diberi jabatan sebagai pengasuh 2.000-an santri di Pesantren 
Asshidiqiyah Batuceper, Tangerang. Nur Jazilah menjadi pengasuh 1.500-an santri 
di Pesantren Asshidiqiyah Pusat di Kedoya, Jakarta Barat. Mereka mendapat 
materi cukup dari suami. Keduanya diberi rumah dan mobil, masing-masing Toyota 
Kijang dan Daihatsu Taruna. Sang kiai sendiri naik Honda Odyssey berpelat nomor 
N-1-SQ.

Soal membagi waktu? Noer Iskandar berusaha seadil-adilnya. Pada pribadi kedua 
istrinya, ia menanamkan pengertian bahwa membagi kasih adalah ibadah 
dunia-akhirat, sehingga tidak ada keinginan monopoli di satu pihak. Kiai 
kondang itu menyediakan waktu tiga hari berselang kepada kedua istrinya. 
Uniknya, bila ia lupa jadwal kumpul, kedua istrinya bergantian mengingatkannya. 
Untuk lebih mempererat silaturahmi, setidaknya dua bulan sekali kedua istrinya 
dipertemukan dalam rapat di yayasan. Walhasil, kedua istri itu rukun dan akrab.

Begitulah sekelumit kisah happy para pelaku poligami. Semuanya terdengar indah, 
bukan?

TAUFIK ALWIE, ASRORI S. KARNI, MUJIB RAHMAN, RACHMAT HIDAYAT,
DAN JOKO SYAHBAN (YOGYAKARTA)

 

 

 


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Small Business - Try our new resources site! 

[Non-text portions of this message have been removed]



PENTING..!

attachment akan dihapus & tidak diteruskan kepada seluruh member.

dilarang beriklan. pelanggaran atas peraturan ini akan dikenai sanksi berupa 
pencabutan membership.

terutama bagi pengguna ms outlook/outlook express, dihimbau untuk selalu 
mengupdate antivirusnya.
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/kisunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke