http://www.suaramerdeka.com/cybernews/lelaki/sosok/sosok-lelaki01.html
Sosok Puspo Wardoyo Pria Mampu Wajib Berpoligami Masa kecil ia jalani dengan penuh perjuangan hidup. Sejak masih berusia 13 tahun, sudah kelihatan keuletannya dalam bekerja. Setiap habis salat subuh, dengan sigap ia membantu orang tuanya membersihkan ayam potong untuk dijual ke pasar. Setelah selesai, baru ia berangkat ke sekolah. Sepulang sekolah, kembali ia membantu ayahnya berjualan makanan. Warung yang menyediakan aneka masakan dari ayam tersebut dibuka siang hingga malam hari di samping rumahnya yang berlokasi dekat kampus Universitas Nasional Surakarta Sebelas Maret (UNS). Dagangan ayam potong dan warung makanan it laris, cukup untuk membiayai kehidupan mereka. Hasilnya juga cukup untuk membiayai sekolah Puspo beserta ketujuh saudaranya. "Ayah saya ingin anak-anaknya menjadi pegawai negeri," tutur Puspo. "Padahal ketika masih kecil saya ingin menjadi pria seperti Arjuna, tokoh pewayangan yang menang dalam setiap pertempuran dan beristri lebih dari satu," anak ketiga dari 8 bersaudara itu mengungkapkan. Tentu saja angan-angan tersebut dianggap terlalu muluk dan mengada-ada saat itu. Keinginan sang ayah yang kemudian terwujud. Puspo sempat menjadi guru kesenian sebuah SMU. Suatu hari ia dipanggil bapaknya dan diberi wejangan, kalau mau sukses harus menjadi pedagang. Keesokan harinya, sang ayah mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Menyadari bahwa karirrnya sebagai guru selama tiga tahun tidak ada peningkatan, ia tinggalkan propesi sebagai pegawai negeri itu. Sebuah warung lesehan di kaki lima yang menyajikan ayam goreng ia buka pada tahun 1986 di kota kelahirannya Surakarta. Dipengaruhi cerita temannya yang telah sukses berdagang bakso di Medan, ia lalu ingin merantau juga. Sang teman bis mengantongi keuntungan 24 juta setiap bulan, bisa membangun rumah besar yang terbilang mewah bagi ukuran pedagang bakso. Warung ayam goreng miliknya kemudian dia oper dan diteruskan oleh temannya, dan masih buka hingga kini. Karena tidak memiliki modal yang cukup untuk berdagang di Medan, Puspo lalu menerima tawaran bekerja sebagai guru di Perguruan Wahidin Bagan siapiapi, Riau. "Kembali menjadi guru saya terpaksa lakukan untuk mengumppulkan modal," tuturnya. Mengajar selama dua tahun, Puspo berhasil mengumpulkan uang sebesar 2, 4 juta. Di tanah rantau ini ia menyunting Rini Purwani, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, rekan seprofesinya mengajar. Berbekal uang tabungannya itu, dengan tekad bulat ia hijrah ke Medan bersama istrinya dan seorang anaknya yang masih kecil. Di kota ini ia mulai membuka warung kaki lima yang menyajikan ayam bakar. "Itu yang dipesan almarhum ayah saya, kalau saya mau sukses berdagang dan kebetulan makanan jenis itu belum ada di Medan," tuturnya. Uang yang ia kumpulkan dari Riau itu sebagian dibelikan sebuah motor dan sisanya di putar sebagai modal usaha. "Sewa tempatnya hanya Rp 1.500 perhari," tuturnya. Pada awalnya, warung itu hanya mampu menjual 3-4 ekor ayam setiap hari. Malah di hari pertama tak seorang pun yang datang ke warung yang hanya mampu menampung 10 orang itu. Saya semakin tertantang untuk berusaha di Medan, meskipun banyak orang menganggap kehidupan di Medan sangat keras, " Puspo mengungkapkan. Pada tahun pertama, usahanya tak menunjukkan kemajuan yang berarti. sang istri yang saat itu telah bekerja sebagai dosen politeknik di Universitas Sumatera Utara, Medan sempatmenyuruhnya berhenti berjualan. Alasannya malu memiliki suami berjualan ayam bakar di kaki lima. Puspo tak lantas menyerah begitu saja, ia terus menekuni usahanya. Sampai suatu saat seorang karyawannya yang baru saja di pinjami uang membawa seorang wartawan ke warungnya. Warung yang berlabel Ayam Bakar Wong Solo itu kemudian jadi terkenal setelah dipublikasikan oleh sang wartawan di sebuah surat kabar setempat. Dagangannya, sesuai pesan terakhir ayahnya, mulai membuahkan hasil. Ayam bakarnya laris manis dan banyak digemari masyarakat Medan. Pada 1993, ia membuka cabang pertama di Medan dan kemudian membuka restoran ketiga di Medan. Sejak 1997, Wong Solo mulai ekspansi ke luar Medan dan terus berkembang dan membuka cabangnya di berbagai kota di pelosok tanah air. Setelah sukses di daerah, awal 2002 lalu mulai merambah Jakarta. Kini rumah makan Wong Solo telah berjumlah tak kurang dari 22 outlet lebih. Jika dulu awalnya Puspo hanya mampu menjual 3 ekor ayam, kini dibutuhkan sedikirnya 6000 ekor ayam untuk memenuhi kebutuhan seluruh gerai ayam bakar tersebut. Ketika sukses mengembangkan usahanya, pria yang selalu tampil bersahaja ini juga merasa tak cukup beristri satu. "Seorang lelaki yang mampu dari segi materiil dan berahlak baik, berkewajiban memiliki istri lebih dari satu," bapak dari 10 anak ini mengungkapkan. Bagaiman asmara suksesnya dalam mengembangkan usaha sertaa berpoligami? simak petikan wawancara berikut ini: Mengapa Anda tak memilih Jakarta untuk memulai usaha? Sebelum ke Medan sempat juga saya menjajaki ke Jakarta. Wah, ngeri saya melihat persaingan usaha di Jakarta saat itu, sudah terlalu banyak saingannya. Masih ada warung pertama Anda di Medan dulu? Lokasi warung pertama itu sudah tergusur untuk perumahan. Kami lalu membeli lahan di dekatnya, dan masih ada sampai sekarang, sekaligus menjadi kantor pusat Rumah Makan Wong Solo. Mengapa baru membuka cabang di Jakarta? Strategi kami adalah mengepung dulu sebelum masuk Jakarta. Kami harus berhasil dan punya brand yang kuat dulu di daerah, baru setelah itu membuka di Jakarta. Belajar dari mana strategi itu? Dari pengalaman saya sendiri. Tidak pernah belajar manajemen secara formal? Tidak, tapi saya pernah belajar tentang franchise dari seorang ahli waralaba asal Swedia. Pada 1997 dia pernah mengadakan pelatihan di Medan. Dari semua cabang yang ada, berapa outlet milik Anda sendiri? Ada 16 restoran. Pengembangan selanjutnya selalu dengan sistem franchise. Kami targetkan ada 20 outlet di kawasan Jabotabek, dan bisa tercapai pada 2005 nanti. Semua cabang baru yang bakal dibuka itu sudah ada pembeli waralabanya. Berapa jumlah seluruh Rumah Makan Wong Solo yang Anda inginkan nantinya? Target kami, 100 restoran ada di setiap kota besar di seluruh Indonesia. Calon franchise nya sudah ada, tinggal menunggu giliran pembangunannya saja. Setelah itu kami akan mulai masuk ke mal atau plaza. Kapan membuka cabang ke luar negeri? Tahun ini kami akan membuka cabang di Malaysia. Dari sana kemudian akan mengembangkan ke Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand. Benarkah mengembangkan usaha dengan sistem waralaba itu jarang gagal? Ya. Usaha yang sehat itu dikembangkan dengan sistem franchise. Tingkat kegagalan- nya tak sampai 10 persen. Anda pernah gagal dalam mengembangkannya? Pernah. Wong Solo di Banda Aceh, yang merupakan cabang pertama di luar Medan, tutup sementara karena situasi daerah tersebut yang terus dilanda konflik. Sebuah outlet di Padang juga sempat tak bisa diterima oleh masyarakat setempat. Lidah mereka suka masakan pedas dan bersantan, sementara masakan kami cenderung manis. Bagaimana prospek usaha makanan di masa mendatang? Saya yakin prospek usaha semacam ini akan tetap bagus di era global. Makanan termasuk kebutuhan utama manusia selain perempuan, he he he. Di era AFTA ini tentu makin banyak rumah makan merek asing masuk ke Indonesia. Ancaman bagi usaha Anda? Tak perlu terancam, justru itu merupakan tantangan untuk semakin maju. Kami harus makin memperkuat diri agar bisa terus bersaing di era global itu. Pemerintah juga harus membantu agar makanan lokal terus berkembang dan lebih maju. Berapa investasi membuka sebuah cabang Wong Solo dengan sistem waralaba? Paket waralabanya dari Rp 250 juta hingga Rp 950 juta. Itu belum termasuk tempat usaha. Untuk apa saja uang itu? Membangun interior peralatan, serta sebagai modal kerja awal. Kami juga mengadakan pelatihan juru masak dan karyawan lainnya. Setelah siap semua, kami serahkan kepada pemiliknya. Anda bertindak sebagai Franchisor sekaligus kontraktor pembangunan fisiknya? Ya. Dengan begitu franchise tak perlu repot-repot lagi, tinggal terima jadi dan mengoperasikannya. Perusahaan pemborongnya milik Anda juga? Ya. Kami punya divisi untuk mengerjakan itu, divisi mebel dan ukir-ukiran. Berapa jumlah seluruh karyawan Wong Solo? Total karyawan seluruhnya sekitar 1.200 orang. Di luar itu masih melibatkan sekitar 20 pemasok, dan divisi kontraktor memiliki sekitar 100 karyawan. Rencana mengembangkan jenis makanan lain? Ya. Saat ini kan sedang ngetren makanan steak. Kami kini sedang mengembangkan paket waralaba kaki lima dengan nama "Steak KQS". Yang pertama sudah dibuka di Malang, Jawa Timur, dan menggunakan daging sapi lokal serta impor. Berapa nilai investasi untuk sebuah outlet? Paket waralaba yang kami tawarkan dari Rp 50 juta sampai Rp 75 juta. Paket tertinggi dikombinasikan dengan bakso bakar. Nantinya, 50 menu masakan yang dimiliki Wong Solo juga akan dipecah-pecah dan dijual di kaki lima dengan nama Ayam Bakar KQS, Ayam Goreng KQS, Nasi Goreng KQS. Apakah itu tidak akan mengurangi konsumen Ayam Bakar Wong Solo sendiri? Tidak. Justru itu akan menjaring konsumen dari lapisan di bawah pelanggan Wong Solo. Orang-orang yang tidak mampu makan di Wong Solo nantinya bisa menikmati kelezatannya de- ngan harga terjangkau. Masih kurang Anda telah memiliki begitu banyak rumah makan? Manusia yang baik, adalah manusia yang bisa berguna bagi orang banyak. Dengan terus membuka usaha kan bisa membuka lapangan kerja baru. Apakah nantinya Anda tetap akan berkecimpung di bisnis makanan? Ya. Saya tak ingin masuk ke jenis usaha lain. Bakat saya cuma memasak, dan saya sudah terlalu mencintai bidang makanan lokal seperti ini. Nantinya kami ingin mengusai franchise jenis masakan lokal di Indonesia. Tak ingin mengembangkan divisi kontraktor? Enggak, usaha itu hanya untuk menunjang bisnis utama kami. Divisi itu hanya melayani kebutuhan sendiri. Itu pun sudah kewalahan. Setelah berhasil mengembangkan usaha rumah makan, mengapa Anda membutuhkan istri lebih dari satu? Dorongan biologis untuk kawin lagi, merupakan fitrah seorang laki-laki dari Allah. Beristri empat itu merupakan sunnah Rasulullah. Bagi saya yang cukup mampu, secara materiil, spiritual, dan mampu berlaku adil, merupakan kewajiban untuk beristri lebih dari satu. Kalau ada lelaki punya kemampuan menjadi pemimpin seperti itu, tapi hanya beristri satu, kan mubazir, rugi dong, he he he. Jadi poligami itu wajib bagi pria yang mampu? Ya. Seorang lelaki yang mampu dari segi materiil dan berakhlak baik, berkewajiban punya istri lebih dari satu. Poligami itu merupakan tindakan paling baik. Jadi bagi pria yang mampu seperti tadi, harus berpoligami. Saya ingin menyebarkan virus poligami. Anda memang mau memasyarakatkan poligami? Ya. Virus poligami itu memang harus disebarkan. Nantinya, para pengusaha besar Indonesia bisa mengikuti saya dalam berpoligami. Kalau ada 20 juta pengusaha sukses dan mampu beristri dua, itu kan berarti sudah bisa memberikan kehidupan lumayan kepada 40 juta wanita. Dengan begitu, sebagian masalah TKW kan sudah bisa teratasi, dan bisa membuat makmur banyak wanita. Kata orang, satu istri saja enggak "habis-habis", buat apa beristri lagi? Bohong kalau ada pria berpendapat seperti itu. Ka- lau ada pria beristri hanya satu sampai tua, itu malah atut dicurigai. Kapan Anda menikah kedua? Tahun 1996. Istri kedua saya itu saat ini berusia 26, dan telah dikaruniai satu anak Sebelum menikah lagi apakah butuh pacaran lebih dulu? Enggak, tapi perlu saling menjajaki dan sebelumnya diawali perasaan suka atau naksir lebih dulu. Istri kedua saya adalah mantan karyawan saya sendiri. Awalnya naksir, kemudian ngobrol- ngobrol, dan tentu saja pacarannya harus baik- baik, ada batasannya. Dengan manjadikannya istri, merupakan penghormatan baginya. Saya tingkatkan derajatnya, dari karyawan mening- kat jadi istri. Apakah memberitahu istri pertama keiika Anda berencana menikah lagi? Enggak perlu, karena malah enggak jadi kalau memberitahu. Suami tidak perlu meminta izin istri. Poligami adalah hak laki-laki, Sementara kebanyakan, bahkan semua istri, hampir pasti tidak akan memberi izin jika suaminya menikah lagi. Kalaupun istri tahu, boleh jadi ia akan tersinggung dan minta cerai. Menikah lagi secara diam-diam itu saya lakukan dengan niat melaksanakan program Allah, menghindarkan diri dari perbuatan zina, dan tidak akan meninggalkan istri sebelumnya. Apabila istri pertama sudah siap, baru diberi tahu, agar ia dapat menerima keadaan suami yang sudah terlanjur menikah lagi. Bagaimana dengan istri kedua? Sebelum menikah, istri kedua saya yakinkan, bahwa dia nanti harus rela untuk digilir atau berbagi waktu, dan menerima kedatangan saya yang tidak tentu waktunya. Bagaimana Anda bisa membuai istri pertama mau menerima dimadu? Sebelum dia tahu, harus diberi pemahaman lebih dulu, sebagai istri pertama dia membutuhkan dimadu. Itu sebabnya suaminya harus berpoligami. Sering saya mengajak istri pertama berdiskusi tentang perlunya poligami, sampai dia yakin betul dan mau menerimanya. Mindset istri pertama itu yang harus diubah. Harus ditanamkan kepadanya, istri yang baik dan saleh adalah tunduk terhadap suami, taat dan bisa menyenangkan saami. Ia harus rela dan malah bahagia suaminya beristri lagi. Akhirnya tahu juga dia? Ya. Meskipun tanpa memberitahu kalau saya sudah menikah lagi, tapi ia sebenarnya sudah tahu dengan melihat gerak-gerik saya. Dia tahunya malah dari adik saya. Saya yang menyuruh agar adik saya memberitahu padanya, bahwa saya telah menikah lagi. Tak protes setelah tahu? Tidak. Alhamdulillah perkawinan kedua berjalan lancar tanpa percecokan dengan istri pertama. Dan ternyata setelah berpoligami justru membawa hikmah tersendiri bagi istri pertama saya. Dengan adanya saingan itu, cintanya kepada saya jadi lebih mendalam. Setelah itu kembali saya yakinkan kepada keduanya, saya perlu membagi cinta lagi dengan istri ketiga. Saya akan merasa berdosa kalau cuma beristri dua. Kalau cuma dua kan satu sama lain bisa saling cemburu, jadi butuh wanita ketiga. Dengan begitu tak akan saling cemburu lagi. Untuk menikah ketiga Anda perlu minta ijin dari kedua istri Anda? Tak perlu minta ijin juga. Istri ketiga saya seorang sarjana, juga mantan karyawan Wong Solo. Menikahinya merupakan penghargaan kepadanya sebagai karyawan yang baik. Yang keempat bagaimana? Untuk mendapatkan istri keempat, kami pasang iklan di sebuah surat kabar yang terbit di Semarang untuk mencari seorang sekretaris pribadi buat saya. Ada 400 pelamar datang sendiri ke Rumah Makan Wong Solo di Semarang. Apa saja kriterianya? Harus sarjana, berjilbab, akhlaknya baik, enggak perlu terlalu cantik, sedang-sedang saja wajahnya. Setelah diseleksi dan diwawancara oleh tim khusus, akhirnya tinggal dua pilihan. Saya bersama istri saya yang memilih salah satu. Saya memang sreg sekali dengan pilihan itu. Setelah dipilih, ia bekerja dulu sebagai sekretaris? Ya. Awalnya dia bekerja sebagai sekretaris pribadi. Setelah mengenalnya lebih dekat, baru saya ungkapkan, bahwa maksud lain perekrutan itu juga untuk mencari istri keempat. Karena kami nanti sering bertemu, dan agar tidak menimbulkan fitnah serta dosa, maka lebih baik menikah. Setelah orang tuanya merestui, kami menikah, dan akhirnya seperti sekarang, tetap berjalan lancar. Bagaimana cara Anda mengelola empat istri itu? Saya tegakkan dulu hak dan kewajiban masing-masing. Saya sebagai lelaki mencari nafkah, mendidik anak dan istri, berdakwah, dan jihad fisabilillah. Suami merupakan kalifah atau pemimpin di dalam rumah tangga juga di muka bumi. Tugas suami bukan cuma terbatas sebagai kepala keluarga, juga pimpinan jaringan usaha yang cukup besar seperti ini, dan nantinya juga akan menjadi pemimpin umat, serta bisa dijadikan teladan. Semua tugas dan kewajiban suami itu sudah saya penuhi. Memang tidak mu- dah mengelola empat keluarga. Yang punya satu istri atau satu rumah tangga saja banyak yang gagal. Bagaimana dengan tugas istri menurut Anda? Tugas istri adalah menjaga dan mengurus rumah, mendidik anak menjadi pemimpin di rumah atau berpe ran sebagai uztadzah ketika suami tak di rumah, melayani suami dengan baik. Istri juga sebagai belahan jiwa suami. Kalau semua kewajiban masing-masing itu dijalani, rumah tangga tak akan ada masalah. Anak-anak juga akan terurus dengan baik, bisa jadi anak saleh, pintar dan tidak keluyuran tak karuan ke mana-mana. Istri harus taat pada suami dalam segala hal, selama suami tidak melanggar hukum. Di mana saja keempat istri Anda tinggal? Dua di Medan, dua di Jakarta. Bagaimana membagi jadwal kunjungannya? Sebelumnya kami adakan konsensus. Seorang istri mendapat jatah seminggu. Jadi seminggu di Medan, seminggu berikutnya di Jakarta, begitu seterusnya. Kecuali jika ada keperluan bisnis, seperti pembukaan outlet baru di satu kota. Yang seharusnya mendapat giliran kunjungan harus mau berubah jadwal. Juga kalau ada shooting televisi umpamanya, padahal giliran Medan, ya harus mau diganti waktunya. Seperti shift tugas begitu, he he he. Dari empat istri itu ada yang paling Anda cintai? Tidak, Saya mencintai semuanya. Mereka sendiri bagaimana? Kalau cuma satu istri, dia bisa seenaknya sendiri, karena tidak ada saingannya. Namun kalau beristri lebih dari satu, masing-masing istri akan bersa- ing untuk lebih mempercantik diri lebih dicintai suami. Pernahkah berkumpul bersama? Ya sering. Seperti ketika kami berlima menunaikan ibadah haji bersama. Apakah tidak jadi perhatian banyak orang di sana? Orang Arab sangat suka melihat kebersamaan kami itu. Kami malah mendapat tempat yang bagus dan dilayani secara khusus. Bila ada semacam seminar yang membahas poligami, istri-istri saya sering tampil bersama. Mereka mengungkapkan secara gamblang bahwa mereka memang bisa memahami dan menerima poligami. Mereka juga berkumpul bersama ketika salah satu istri ada yang punya hajatan seperti menyunatkan anaknya. Anda harus ada di mana saat lebaran? Berkumpul di saat lebaran juga bergiliran. Apakah benar, setiap istri Anda diberi kepemilikan satu outlet Wong Solo? Tidak. Yang mengelola semua outlet milik saya sendiri adalah orang-orang profesional. Saya hanya memberi nafkah atau dukungan finansial kepada setiap istri sesuai kebutuhan masing-masing. Istri tidak harus ikut menjadi pengusaha, dan tak perlu diarahkan menjadi pengusaha, tapi cukup menunjang usaha suami. Cukup suami saja yang mencari nafkcah, dan saya tak mau melibatkan mereka pada kegiatan usaha. Kalau anak-anak, baik lelaki maupun wanita harus jadi pengusaha. Apakah tak sayang titel kesarjanaannya? Seorang istri bergelar sarjana kan tidak harus bekerja di luar rumah. Mengelola rumah tangga, mendidik anak, berperan sebagai kepala rumah tangga ketika saya tak ada di rumah, merupakan karier tersendiri baginya. Bagaimana Anda nanti membagi warisan kepada istri-istri Anda? Ya mengikuti syariat yang ada. Dibagi rata empat istri, dan masing-masing istri akan membagi kepada anak-anaknya. Istri yang memiliki anak terbanyak akan menerima sama besarnya dengan istri yang hanya beranak satu? Ya. Harta warisan dibagi rata masing-masing istri. Besarnya warisan yang diterima setiap istri bukan tergantung jumlah anaknya. Memang begitu aturan atau hukum Islamnya. Bagaimana dengan uang belanja mereka? Saya memberi uang belanja kepada setiap istri sesuai kebutuhan, yang anaknya lebih banyak tentu mendapat uang belanja lebih banyak dibanding istri yang lebih sedikit anaknya. Anak-anak Anda tidak pernah protes? Tidak. Kalau sudah mampu mendidik dan memberi pemahaman kepada semua istri soal poligami, anak-anak mereka akan menerimanya. Bagaimana hubungan Anda dengan anak-anak? Sangat baik. Saya selalu menyempatkan bersama anak-anak setiap giliran bertemu dengan ibunya. Meskipun hanya seminggu bertemu dengan salah satu istri dan anaknya, tapi pertemuan singkat itu selalu saya usahakan berkualitas. Kan banyak suami yang setiap hari bertemu dengan anak istrinya, tapi tetap tidak harmonis keluarganya. Saya juga selalu sempatkan menanyakan bagaimana sekolah anak-anak, dan berbincang segala hal dengan mereka. Saya harus bisa menempatkan diri sebagai ayah sekaligus sebagai sahabat. Setiap hari saya juga selalu menyempatkan menelepon mereka. Bagaimana Anda mendidik anak-anak? Mendidik anak itu paling utama adalah akhlaknya. Rumah kami seperti pondok pesantren. Kami datangkan guru bahasa Inggris dan guru mengaji ke rumah. Anak pertama Anda sudah kuliah? Dia saat ini sedang kuliah bidang akuntansi di Yogyakarta. Mereka akan meneruskan usaha Anda nantinya? Ya. Setelah lulus, anak-anak harus ikut mengelola usaha saya. Namun, dia akan diperlakukan sebagai karyawan biasa, ikut pelatihan dan melakukan pekerjaan dari bawah. Ia harus benar-benar profesional. Kalau memang dia punya kemampuan bagus, tak ada salahnya nanti menjadi pimpinan. Apakah anak-anak Anda tak boleh berkarier sebagai profesional di perusahaan orang lain? Saya selalu ingin semua anak-anak menjadi entreprenur nantinya. Bidang itu yang paling bagus prospeknya, dan peluang suksesnya juga besar. Itu sudah saya kondisikan kepada mereka sejak kecil. Saat libur, ada yang bekerja di salah satu outlet, menjadi tukang bersih-bersih. Anda tega memperlakukan anak seperti itu? Mereka harus mau melakukan itu. Saya ingin menanamkan kemandirian sejak kecil. Mereka saya beri gaji, dan mereka bisa merasakan, kalau mau mendapat uang ya harus bekerja. Apakah anak laki-laki Anda juga diarahkan agar berpoligami nantinya? Anak laki-laki saya harus mengikuti jejak saya nantinya dalam soal poligami. Anak lelaki saya yang baru berusia 8 tahun saja sudah pernah membawa tiga teman perempuannya bertemu saya dan ibunya. Ia menyebutnya sebagai pacar-pacarnya. Saya cuma tertawa melihat tingkahnya. Itu baru anak saya, dan itu baru top, he he he. Anda rela kalau suami anak perempuan Anda juga berpoligami? Itu bagus. Lebih bagus lagi kalau posisi anak perempuan saya sebagai istri kedua. Ia lebih siap mental dan aman. Kalau ia sebagai istri pertama, akan berat posisinya. Bagaimana Anda menjaga stamina badan dalam melayani kebutuhan biologis empat istri itu? Yang paling penting, kondisi pikiran harus sehat dan bahagia. Penyakit kan bisa timbul dari perasaan. Kalau perasaan kita tenang, bahagia, bisa jauh dari penyakit. Saya suka minum jamu tradisional seperti kunyit putih, temulawak, madu, dicampur telur ayam kampung. Tak perlu obat kuat atau viagra? Jamu-jamu atau obat itu sebenarnya tak menolong. Jadi jamunya bukan apa tapi siapa. Bagaimana Anda menjaga kesehatan? Pola makan tetap saya jaga dengan baik. Banyak makan buah, sayur, ikan laut, dan ayam kampung. Dan di sela kesibukan yang cukup padat, saya sempatkan untuk rutin berenang atau jalan pagi. Tak ada pantangan makanan? Tidak. Saya masih suka makan daging kambing seminggu sekali. Masih sempat menonton film? Ya. Kadang-kadang saya juga sempatkan jalan-jalan sambil berbelanja bersama anak-anak dan istri. Kami sempat pula berlibur bersama ke daerah pegunungan atau pantai. Anda masih tertarik melihat wanita cantik? Sebagai lelaki normal, tentu tertarik melihat perempuan cantik. Perempuan seperti apa yang paling menarik bagi Anda? Paling menarik adalah perempuan lembut dan pemalu. Apakah nantinya masih mau menikah lagi? Enggak, sudah cukup empat saja. Memangnya ada larangan untuk beristri lebih dari empat? Boleh, tapi yang kelima dan seterusnya bukan istri, hamba sahaya sebutannya, dan haknya tidak seperti keempat istri. Tapi saya enggak akan seperti itu. Kenapa? Nanti malah akan menimbulkan masalah. Bisa harmonis dengan empat istri ini saja sudah sangat bagus. Kan banyak sekali pria yang hanya beristri satu, namun tak mampu mempertahankan rumah tangganya. Kapan Anda pensiun? Pada usia 60 tahun nanti saya akan pensiun. Namun, usaha ini terus berjalan dikelola para profesional dan anak-anak saya. Saat itu saya akan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Jadi sukses berusaha dan bisa masuk surga. Masih punya obsesi lain? Nantinya, kalau Wong Solo sudah berada di seluruh kota-kota besar Indonesia, saya punya satu obsesi membangun rumah di Medan dan Jakarta. Di masing-masing kota itu akan saya bangun lima rumah dalam satu lokasi, untuk saya sendiri dan setiap istri. Jadi kalau saya sudah pensiun nanti, bisa berkumpul dengan empat istri dalam satu lokasi, ya semacam Kerajaan Wong Solo begitu, he he he. (ME-05-03/CN02) http://www.suaramerdeka.com/harian/0309/03/nas29.htm "Poligami Itu Sing Penting Boyoke..." "PEJUANG" POLIGAMI: H Puspo Wardoyo, sosok "pejuang" poligami saat berbicara dalam pengajian interaktif Qolbun Salim di Hotel Patra, Senin (1/9) malam. Di kanan-kirinya, KH Noer Iskandar SQ, Dra Hj Fatimah Amin Syukur MSi, Hj Munawaroh, dan Dra Ida Budiyati SH LLM. (13) SUASANA yang tercipta pada Pengajian Interaktif Qolbun Salim di ruang Rama-Shinta Hotel Patra Semarang, Senin (1/9) malam memang benar-benar interaktif. Baku tohok pembicara, antusiasme tanggapan dari peserta, tak terkecuali kontroversi pemahaman mengenai poligami yang memang menjadi tajuk pengajian malam itu mulai sekitar pukul 20.00, tercipta secara banal, bahkan begitu acara dipungkasi pukul 22.00 dengan sebuah doa penutup khas Qolbun Salim, yakni jamaah berdoa dengan lampu yang dimatikan di ruangan itu. Ada lima pembicara yang dimoderatori KH Supandi. Yakni, KH Noer Iskandar SQ (pengasuh Ponpes As-Shidiqqiyah Jakarta), H Puspo Wardoyo (Presiden Masyarakat Poligami Indonesia yang sekian lama menjadi jurkam paling antusias mengenai persoalan itu), Dra Hj Fatimah Amin Syukur MSi, Hj Munawaroh, dan Dra Ida Budiyati SH LLM. Noer Iskandar, penganut poligami dengan dua istri yang juga anggota FKB DPR, berbicara sebagai pembuka. Dengan nada pelan bervibrasi berat khas kiai, dia menyitir Alquran Surat An-Nisa Ayat 3. Ayat yang sering kali ditafsirkan sebagai anjuran berpoligami dalam Islam. Ketika sang kiai berbicara, belum ada tanda-tanda interaksi. Jamaah masih santun mendengarkan. Pada giliran Ida Budiyati yang memaparkan persoalan hukum perkawinan dalam UU Perkawinan, jamaah masih tetap sebagai pendengar yang baik. Baru ketika moderator memberikan hak bicara pada Puspo Wardoyo, mulai ada selo-rohan dari mereka. "Iki lakone. (Ini tokohnya)". Moderator ikut menimpali, "Pak Puspo itu hebat banget, ya? Bisa nikah dengan empat istri. Mari dengar apa kata dia mengenai dampak poligami." Puspo yang didaulat segera berbicara. Pada beberapa bagiannya, ia lebih banyak menceritakan pengalamannya sebagai pelaku poligami dengan empat istri (Rini Purwanti SE, Supiyati, Anisa Nasution, dan Intan Ratih Tri Laksmi). "Selama ini, kita memang jarang berbicara soal poligami. Kalau diperbincangkan, lebih pada sisi-sisi negatifnya saja. Misalnya, tentang poligami yang lebih selalu menciptakan penderitaan istri dan anak-anak," ujar pemilik puluhan outlet RM Ayam Bakar Wong Solo itu. Kepuasan Seksual Pengajian berubah menjadi serupa "peperangan terbuka" ketika pembicara perempuan giliran menyampaikan gagasan. Bahkan sebelum Fatimah Amin Syukur berbicara, ada teriakan dari peserta, "Enteki wae, Bu (Habisi saja, Bu!)!" Begitu berbicara, nada keras sudah langsung keluar dari mulut Fatimah, "Kalau saya jadi bapak-bapak yang ada di sini, saya harusnya tersinggung, bukannya tertawa mendengar pernyataan Pak Puspo soal lebih banyak lelaki yang selingkuh daripada yang tidak. Pak Puspo bilang poligami untuk mencegah perselingkuhan dan perzinahan. Saya yakin kok, masih banyak suami yang tak masna wa-tsulasa waruba'a (kutipan istilah dari An-Nisa Ayat 3 yang membolehkan mengawini dua, tiga atau empat perempuan-Red), tapi tak selingkuh. Harusnya bapak-bapak marah." Serangan lebih keras ketika Hj Munawaroh tampil. Di awal pembicaraannya, dia mengutip sebuah hadis yang menganjurkan pemuliaan terhadap perempuan, dia bercerita mengenai pengalaman poligami ayahnya. "Saya punya kisah yang bisa dijadikan contoh bahwa orang yang berpoligami pun tak rela apabila anaknya dipoligami. Ayah saya contohnya. Dia punya dua istri. Kami anaknya ada 10 orang dan semuanya perempuan. Saya pernah tanya, 'Ayah, apabila anak-anak Ayah dipoligami orang, apa setuju?' Spontan dia menjawab: 'Jangan!' Itu bukti. Dan yang terpenting, perempuan yang menikah dalam poligami pasti menderita batinnya." Tak cuma itu, secara khusus dia bahkan menohok Puspo Wardoyo. "Kalau boleh saya bilang, Pak Puspo itu penganut freudian (Sigmund Freud, ahli psikoanalisis-Red) yang menganggap sumber kebahagiaan terletak pada kepuasan seksual semata." Puspo hanya tertawa, juga Noer Iskandar. "Belum lagi persoalan keadilan terhadap istri-istri. Rasulullah sendiri sering berdoa dengan sedih untuk mempertanyakan apakah Beliau telah berlaku adil pada istri-istrinya, eh Pak Puspo malah bangga. Pak Kiai Iskandar malah nantang dan bilang, 'Poligami itu sing penting boyoke (yang penting pinggangnya). Saya punya data, orang yang banyak memakai boyok-nya untuk berhubungan seks lebih cepat mati." Tak pelak lagi jamaah spontan tertawa riuh. Noer Iskandar menanggapi itu cukup dengan tertawa. Tapi, perang terbuka antara perempuan dan laki-laki, paling tidak pada para pembicara di pengajian interaktif itu, seolah-olah lalu patah ketika pada sesi interaksi dengan jamaah, seorang mahasiswi menyatakan kesetujuannya pada poligami. "Saya mungkin satu di antara belum banyak perempuan yang sepakat untuk poligami," ujar Zakiyah, mahasiswi FE Unissula Semarang. "Saya memang belum menikah, jadi tak tahu rasanya dimadu. Tapi saya yakin, saya bisa berpoligami. Saya juga tak sepakat dengan pendapat Bu Munawaroh yang menyebut Pak Puspo hanya mengobarkan hasrat seksual saja dalam berpoligami. Saya katakan, kepuasan seksual itu penting. Bu Fatimah sudah saban hari merasakan itu, tapi banyak yang lainnya belum. Kenapa menolak poligami?" Lalu, meskipun tak secara verbal sepakat dengan poligami, seorang penanya laki-laki dari Qolbun Salim melontarkan pertanyaan yang intinya apabila poligami tak diperbolehkan, dia meminta pembicara yang "seolah-olah" menolak untuk memberikan argumentasi untuk mematahkan Surah An-Nisa Ayat 3. Di luar serunya perseteruan gagasan itu, memang tak ada simpulan mengenai poligami. Persoalan itu tetap kontroversial dan selalu menarik untuk diperbincangkan. "Masalah itu memang kontroversial dan menarik membahasnya dalam forum ini. Apalagi beberapa waktu lalu ada Poligami Award," kata Lilik Agus Gunarto, Ketua I Qolbun Salim. (Saroni Asikin-13) http://muslimdelft.nl/kliping/seharihari/bukan_sekadar_melepas_hasrat_seks.php Bukan Sekadar Melepas Hasrat Seks oleh: DHB Wicaksono GATRA, 26 April 2003 Juragan Ayam Bakar Wong Solo hidup rukun bersama empat istri. Ada suami yang serumah dengan istri-istrinya. KH Noer Muhammad Iskandar cukup happy beristri dua. BERPOLIGAMI tanpa dorongan hasrat seksual, apa mungkin? Bisa iya, bisa pula tidak. Itu pengakuan pelaku poligami. Ada yang mengaku berbini banyak bukan mengejar kepuasan seks, melainkan mewujudkan keluarga besar yang sakinah. Tak sedikit pula yang terus terang bilang bahwa mengawini banyak perempuan, ya, lantaran libidonya menggebu. Puspo Wardoyo, juragan Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo, termasuk yang blak-blakan soal ini. Pengakuannya —sambil senyum-senyum— hasrat seksualnya yang menggelora memaksanya mengambil empat istri. Istri dua atau tiga masih dirasa kurang. ”Bahaya kalau (ketika itu) saya tidak kawin lagi (dan lagi). Saya bisa berzina,” kata pria 46 tahun itu. Wow! Memilih istri muda pun tidak bisa serampangan. Sosok ”pejantan tulen” ini berselera tinggi. Syaratnya: si cewek berjilbab, taat beribadah, dan berakhlak bagus. Kebetulan pula semuanya cantik dan sarjana. Soal usia dan keperawanan? Aha, itu pun syarat penting. Usia 24-26 tahun dan belum pernah berhubungan seksual. Pertimbangannya, ”Mencumbunya nikmat, juga mudah diatur,” kata Puspo, sembari tersenyum. Ehm! Syukurlah, kehidupan keluarga besar dengan 10 anak ini rukun dan bahagia. Sang kepala keluarga menjalankan poligami ”Islami”. Ini istilah Puspo, untuk membedakan berpoligami melulu berdasarkan nafsu dengan yang berlandaskan agama Islam. Secara lahir-batin, kepala keluarga yang berlebihan materi ini bersikap adil dan menyayangi keempat istri dan anak-anaknya. Jodohnya dengan istri pertama, Rini Purwanti, kini 38 tahun, bertaut di Medan, Sumatera Utara. Waktu itu, sarjana pendidikan lulusan Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah, ini mengajar di sekolah menengah di sana. Puspo jatuh hati pada Rini, juga seorang guru, lalu menikahinya di sana tahun 1979. Mereka kemudian membuka warung kaki lima di Bandara Polonia, Medan. Mereka lalu merintis usaha Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo, pada 1991. Hanya dalam tempo beberapa tahun, cabang baru di kota yang sama mereka buka. Tahun 1996, Puspo kebelet mengawini Supiyati, ketika itu berusia 26 tahun, karyawan restorannya. Keduanya menikah tanpa sepengetahuan istri pertama. Kata Puspo, bukan karena Rini menolak poligami, melainkan begitulah pesannya. Ini diakui Rini. ”Sebagai muslimah, saya menerima kehalalan poligami. Cuma, waktu itu saya belum siap. Saya bilang, Mas Puspo kalau mau nikah (lagi) langsung saja, tak usah memberitahu saya,” tutur Rini. Ibu enam anak ini baru tahu dimadu, enam bulan kemudian. Ia sempat menangis. Tapi akhirnya berlapang dada. Malah, ia menemani suami dan madunya itu mencatatkan perkawinan ke kantor urusan agama. Dilamarkan Istri SETAHUN berselang, ketika Supiyati memberinya seorang anak, Puspo menikah lagi. Ia berjodoh dengan Anisa Nasution, 24 tahun, juga karyawan restorannya di Medan. ”Saya pilih Mas Puspo karena akhlaknya baik dan keluarganya rukun,” kata Anisa. Kala melamar Anisa, Puspo didamprat calon mertua. Bagaimanapun, orangtua pasti tak suka anak perempuannya dijadikan istri kesekian. Puspo pun lapor pada Rini. Eh, malah Rini yang mendampinginya melamarkan Anisa lagi. Walhasil, lamaran itu diterima. Agaknya, kegigihan dan kesungguhan itulah yang membuat orangtua Anisa luluh. Seiring dengan itu, restoran ayam bakarnya berkembang menjadi empat cabang. Puspo yakin, setiap perkawinannya membawa rezeki. Maka, pada 1999, ia mengawini istri keempat, Intan Ratih—pilihan istri keduanya. Lagi-lagi karyawan restorannya, cabang Semarang, Jawa Tengah. Dari istri ketiga dan keempat, Puspo memperoleh masing-masing satu dan dua anak. Jumlah anaknya kini 10. Restorannya pun beranak-pinak menjadi 26 cabang di kota-kota besar. Telepon-teleponan KEEMPAT istri Puspo tidak tinggal serumah. Istri pertama dan kedua menetap di Medan. Istri ketiga di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten. Istri ”bontot” di Puri Bintaro, masih di Tangerang. Para istri ini mendapat limpahan materi dari sang suami. Mereka tidak terlibat dalam bisnis restoran, cuma mengawasi standar bumbu masakan. Puspo berusaha bersikap adil, termasuk soal pembagian waktu kunjungan. Sepuluh hari di Medan, 10 hari di Tangerang. Sesekali keempat istrinya diajak kumpul bersama mempererat silaturahmi. Kadang rame-rame dibawa dalam seminar poligami. Istri-istri Puspo sering saling telepon. Selain sekadar berhalo-halo, juga mendiskusikan bagaimana servis terbaik buat suami di kasur. Bukan main! ”Yang muda belajar pada senior. Hubungan mereka sangat akrab, seperti adik-kakak,” kata Puspo, yang tak keberatan anaknya dipoligami orang. Lelaki ini bermaksud menyebarkan kisah suksesnya itu dalam buku Kiat Sukses Beristri Banyak yang tengah digarapnya. Perawan Tak Penting TENTU, jauh sebelum ”buku penuntun” tadi dibuat, banyak pelaku poligami yang sukses mengurusi istri-istrinya. Misalnya Mohamad Rizal Chatib, 44 tahun. Direktur Grup Rufaqa —holding dari PT Hawariyun— ini juga punya bini empat. Semuanya rukun dan patuh pada sang suami. Berbeda dengan alasan Puspo Wardoyo yang terang-terangan mengaku berpoligami antara lain didorong gelora seks, Rizal Chatib lebih melihatnya sebagai jodoh yang tak bisa dihindari. Bukan sekadar seks. ”Bukan saya yang merancang. Kalau bukan jodoh, ya, tak jadi,” kata Rizal. Lantaran bukan didorong nafsu, Rizal tidak mensyaratkan macam-macam pada jodohnya. Istri keempatnya, Andi Suaibah, misalnya, adalah janda dengan seorang anak —kini berusia 16 tahun. Suaibah dinikahi Rizal pada 2001 atas prakarsa istri sejawatnya. Suaibah, yang menetap di Jakarta, bahagia menjadi istri keempat. Ia melihat poligami tidak merendahkan wanita. Malah menguntungkan. Sebab, adakalanya bisa terbebas dari tugas keseharian melayani suami dan anak. ”Kalau monogami, harus siap 24 jam tiap hari. Bayangkan, sanggup nggak?” ujar Suaibah kepada GATRA. Rizal pertama kali menikah pada 1986. Dia meminang Sufiah, asal Bukittinggi, Sumatera Barat. Perkawinan ini dikaruniai lima anak. Sepuluh tahun berselang, Rizal menikahi Athirah, wanita Aceh, yang memberinya seorang keturunan. Tahun 1999, ia memperistri Kamariah, perempuan asal Malaysia, yang memberinya seorang anak. Ketiga istrinya ini menetap di Pekanbaru, Riau. Mereka mengelola boarding school milik Grup Rufaqa. Tinggal Seatap SEJAWAT Rizal di Rufaqa, Dr. Abdurahman Riesdam Efendi, juga sukses berpoligami. Wakil Presiden Grup Rufaqa itu punya bini empat, dan memperoleh empat anak. Ia menikahi Dr. Gina Puspita, teman kuliah di ITB, sebagai istri pertama. Mereka dikarunia tiga anak. Tahun 1995, ia kawin dengan Basyiroh Cut Mutia yang memberinya seorang anak. Enam tahun berselang, ia kawin lagi dengan Siti Salwa asal Malaysia. Tahun lalu, ia kawin dengan Fatimah. Ketiga istri mudanya ini merupakan pilihan istri pertama. Mereka rukun dan bahagia. Kebetulan mereka bekerja di kantor yang sama. Malah mereka menetap serumah, di Taman Rempoa Indah, Ciputat, Tangerang. ”Kalau suami sedang dengan istri yang lain, kami bertiga ngobrol-ngobrol di satu kamar,” tutur Gina. Bila berada di luar kota, mereka bertukar pesan lewat SMS. Pokoknya, akrab. ”Poligami yang didasarkan pada Allah SWT tidak akan menimbulkan masalah,” Gina menambahkan. Gina dan Rizal menyayangkan adanya organisasi yang mewadahi pelaku poligami. ”Tak perlu diorganisir, yang penting diamalkan. Dengan membentuk organisasi malah membuka front, mengundang lawan,” kata Rizal. Contohnya Masyarakat Poligami Indonesia, bentukan Puspo Wardoyo tahun 2001, yang ditentang gerakan feminisme. Wapres Hamzah Haz Juga Berpoligami SEBAGAI Presiden Masyarakat Poligami Indonesia, Puspo memang gencar mengampanyekan poligami lewat seminar dan talkshow. Ia terang-terangan mengajak orang untuk berpoligami. Malah, dalam waktu dekat, ia akan menggelar Polygamy Award 2003. Seorang nominatornya, Wakil Presiden Hamzah Haz. Pertimbangannya? ”Dia berani menambah istri secara terbuka di saat menjabat di pemerintahan. Banyak orang berpoligami tapi sembunyi-sembunyi,” kata Puspo, serius. Agaknya Hamzah memang layak menjadi nominator. Hamzah diketahui punya tiga istri, hidup rukun dan damai. Paling tidak, itu diakui istri ketiganya, Soraya Smith, yang bersikap cukup terbuka. ”Hubungan kami (sesama istri) baik-baik saja. Demi Allah, mereka sangat baik. Benar-benar tidak ada problem,” kata Soraya kepada Luqman Hakim Arifin dari GATRA. Istri pertama Hamzah bernama Asmaniah, kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, 27 Juli 1942. Dia menetap di Jalan Tegalan, Jakarta Timur, rumah yang dihuni Hamzah sejak 1982. Istri kedua, Titin Kartini, kelahiran 4 Mei 1946, tinggal di Bogor, Jawa Barat. Dari kedua istri ini, Hamzah memperoleh 12 anak, sembilan di antaranya dari istri pertama. Istri ketiga, Soraya Smith, kelahiran Lampung, 17 Oktober 1963. Nama janda cantik —dengan tiga anak dari dua suami terdahulu— ini sempat menyeruak bersamaan heboh penangkapan Ibra Azhari dalam kasus narkoba, Februari silam. Waktu itu beredar isu bahwa Laura Wendari, teman Ibra, tak lain anak tiri Wakil Presiden (Wapres) Hamzah. Soraya menggelar pertemuan pers dan menjelaskan bahwa Laura bukan anak tiri wapres. Soraya dan Hamzah menikah dua tahun silam, sebelum Hamzah menjabat wapres. Hamzah tadinya pasien Soraya, yang sudah lama membuka semacam klinik pengobatan alternatif. Si pasien yang menderita sakit di ulu hati ternyata punya masalah dengan terapi sentuh sang ”tabib” yang tujuh tahun menjanda itu. Ia tak bersedia disenggol perempuan bukan muhrim. Sebagai jalan keluar, mereka harus menikah. ”Pak Hamzah baik sekali. Saya yang memintanya menjadi muhrim saya, dan Bapak (Hamzah) bersedia,” tutur Soraya. ”Saya bercita-cita punya suami ketiga sekaligus istri ketiganya. Saya berdoa, mudah-mudahan mendapat jodoh. Alhamdulillah, tercapai juga,” ia menambahkan. Bukan Seks Semata SORAYA tak keberatan berbicara soal kehidupan seksnya. Pengusaha di banyak bidang —antara lain garmen, marmer, dan hasil bumi— ini menuturkan, Hamzah berusaha membagi waktu untuk istri-istrinya secara adil. Minggu pertama full untuk istri pertama. Minggu kedua, Sabtu dan Minggu, bersama istri kedua. Pada minggu ketiga, juga Sabtu dan Minggu, giliran kumpul dengan istri ketiga. Cukupkah pertemuan itu? Soraya mengaku cukup, karena ia juga memaklumi kesibukan sang suami sebagai wapres. Ia pun mengatakan dirinya tidaklah memikirkan seks saja. Ia bahagia dengan kondisi sekarang ini. Apalagi, katanya, sang suami sering berucap, ”Aku paling bahagia punya istri patuh-patuh padaku.” Kata Soraya, ”Kebahagiaan dan kasih sayang itu nomor satu, bukan nafsu. Kuncinya: anak, ibadah, dan kuat menerima takdir. Kan, dinikmati saja hidup ini.” Bahagia di Hari Tua DALAM hal mengambil bini baru, Debby Nasution agaknya juga berprinsip seperti Hamzah Haz dan Rizal: janda pun tak mengapa, yang penting jodoh. Debby, pemusik dan mubalig, menjadikan Sitoresmi sebagai istri keempatnya, pada 1996. Sito, kini 53 tahun, sudah dua kali menjanda. Mula-mula jadi janda budayawan W.S. Rendra, 1979. Ketika itu, ia menjadi istri kedua Rendra (dari tiga istri). Sepuluh tahun berselang, ia menikah dengan Sjukri Fadholi, seorang ulama — kini Wakil Wali Kota Yogyakarta. Perkawinan keduanya ini kandas pada 1996. Tak lama setelah masa idah rampung, ia tak keberatan dilamar Debby Nasution —dua istrinya telah meninggal. Perempuan bernama lengkap Hajah Raden Ayu Sitoresmi Prabudiningrat itu mengaku amat bahagia di hari tuanya. Ia termasuk orang yang lantang mendukung poligami. ”Saya siap kalau Bang Debby menikah lagi,” kata perempuan yang masih cantik ini. Poligami ”Irit” KIAI Haji Noer Muhammad Iskandar,SQ, termasuk penganut poligami ”irit”. Pengasuh Pondok Pesantren Asshidiqiyah itu baru punya dua istri: Nur Jazilah dan Khusnul Khotimah. Hidup berpoligami dilakoninya sejak 1993. Atas anjuran istri pertama yang merasa tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai istri secara sempurna, ia menikahi Khusnul, janda berusia 27 tahun. Tentu atas dukungan empat anaknya, serta keluarga istri pertama. ”Dengan bismillah, semuanya dilalui dengan lancar,” kata anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR-RI berusia 48 tahun itu. Ia merasa happy. Khusnul Khotimah diberi jabatan sebagai pengasuh 2.000-an santri di Pesantren Asshidiqiyah Batuceper, Tangerang. Nur Jazilah menjadi pengasuh 1.500-an santri di Pesantren Asshidiqiyah Pusat di Kedoya, Jakarta Barat. Mereka mendapat materi cukup dari suami. Keduanya diberi rumah dan mobil, masing-masing Toyota Kijang dan Daihatsu Taruna. Sang kiai sendiri naik Honda Odyssey berpelat nomor N-1-SQ. Soal membagi waktu? Noer Iskandar berusaha seadil-adilnya. Pada pribadi kedua istrinya, ia menanamkan pengertian bahwa membagi kasih adalah ibadah dunia-akhirat, sehingga tidak ada keinginan monopoli di satu pihak. Kiai kondang itu menyediakan waktu tiga hari berselang kepada kedua istrinya. Uniknya, bila ia lupa jadwal kumpul, kedua istrinya bergantian mengingatkannya. Untuk lebih mempererat silaturahmi, setidaknya dua bulan sekali kedua istrinya dipertemukan dalam rapat di yayasan. Walhasil, kedua istri itu rukun dan akrab. Begitulah sekelumit kisah happy para pelaku poligami. Semuanya terdengar indah, bukan? TAUFIK ALWIE, ASRORI S. KARNI, MUJIB RAHMAN, RACHMAT HIDAYAT, DAN JOKO SYAHBAN (YOGYAKARTA) --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business - Try our new resources site! [Non-text portions of this message have been removed] PENTING..! attachment akan dihapus & tidak diteruskan kepada seluruh member. dilarang beriklan. pelanggaran atas peraturan ini akan dikenai sanksi berupa pencabutan membership. terutama bagi pengguna ms outlook/outlook express, dihimbau untuk selalu mengupdate antivirusnya. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/kisunda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/