Tulisan ini juga disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr

yang sampai sekarang sudah dikunjungi  lebih dari  636  120  kali



 = = = =   = = =   = = =



Menggugat kemerdekaan Indonesia:

membangun republik baru.



Pertemuan «  buka puasa bersama »  oleh Persatuan

Mahasiswa Katolik Republik Indonesia



Menurut berita di « Berdikari Online », website PRD (yang ditulis oleh Data
Brainanta), Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) pada
tanggal 18 Agustus 2010 telah menyelenggarakan  « buka  puasa bersama »
berthemakan “Menggugat kemerdekaan Indonesia: membangun republik baru”.



Acara tersebut melibatkan puluhan aktivis pergerakan yang tergabung dalam
sejumlah organisasi, antara lain PMII, HMI MPO, IMM, KPRM, SMI, PRD, Repdem
dan Serikat Pekerja PLN.

Ilham Syah dari SBTPI dalam kesempatan itu berbicara tentang pentingnya
persatuan di antara kelompok pergerakan dan peran utama buruh dalam
perjuangan bersama ini.



Sementara itu Binbin (aktivis PRD) berpendapat bahwa kaum pergerakan masih
kecil dan perlu  membuka diri terhadap tokoh-tokoh oposisi yang sejalan.
Menurutnya, landasan republik baru dapat mengacu pada pembukaan UUD 45.



Seorang pimpinan KPRM, Suryanta, menganalisa bahwa tenaga produktif adalah
persoalan utama bangsa ini.“Itu hanya bisa dikoreksi bila imperialisme bisa
diusir dari bumi Nusantara.” Menurutnya kaum elit terbukti tidak mampu
membawa perubahan yang diharapkan.



Ridwan dari IMM menambahkan bahwa perjuangan ini perlu dilakukan secara
bergotong royong, sebagaimana dicontohkan dulu oleh Bung Karno. Ia juga
menyitir konsep Trisakti Bung Karno untuk memberikan gambaran lebih detail
tentang prinsip-prinsip yang akan melandasi republik Indonesia yang baru.



Ba’itz dari HMI MPO berpendapat bahwa aktivitas kaum pergerakan hendaknya
tidak terbatas pada aksi-aksi di jalanan saja untuk merespon isu-isu yang
terpisah, tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan konsolidasi yang
berkelanjutan.



Ketua SP-PLN turut memberikan pendapatnya dengan menawarkan suatu proyek
konkrit untuk merespon kenaikan TDL pada 1 Mei tahun depan, sehingga
tersedia waktu yang cukup untuk berkonsolidasi dan mempersiapkan mobilisasi.



“Kegiatan seperti ini harus disambung terus, kita harus terus melakukan
tukar pemikiran seperti ini dan membiasakan diri menerima perbedaan sambil
tetap bekerjasama. Tidak sekedar berebut dan bersaing untuk tampil dalam
aksi” jelas Ilham Syah. (Demikian, antara lain, menurut siaran website «
Berdikari »)



* * *





Dari berita yang disiarkan »Berdikari » ini, kiranya kita semua dapat
melihat adanya berbagai aspek yang menarik dan penting. Di bawah berikut ini
adalah sejumlah bahan-bahan, yang di antaranya dapat dianggap sebagai
sekadar sumbangan untuk pemikiran kita bersama :



-- Pertemuan dalam rangka « buka puasa bersama » ini bisa mempunyai arti
yang jauh jangkauannya. Sebab, pertemuan ini diselenggarakan oleh organisasi
mahasiswa. Ini saja sudah mempunyai arti yang penting, sebagai inisiatif
yang baik dari golongan generasi muda, yang terdiri dari calon kader-kader
bangsa di kemudian hari.





-- Lagi pula, « buka puasa bersama » ini diadakan oleh generasi muda
Katolik,  yang juga punya arti yang besar. Kegiatan ini menceminkan sikap
yang toleran dan hormat dari golongan Katolik kepada golongan Islam, karena
menunjukkan penghargaan kepada salah satu ajaran penting agama Islam.



-- Secara tidak langsung, ini merupakan koreksi atau kritik atau pelajaran
bagi golongan Islam fanatik dan fundamentalis yang suka membakari gereja
atau mengganggu ibadah golongan Katolik atau golongan agama lainnya.



-- Karenanya, pertemuan ini bisa dipandang sebagai miniatur pentrapan dalam
praktek dasar-dasar  negara dan pedoman agung bangsa kita Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika. Sebab, yang hadir dalam « buka puasa bersama » ini
adalah dari unsur-unsur golongan atau aliran nasionalis, agama dan kiri
(komunis atau sosialis).



-- Pada hakekatnya,  pertemuan ini adalah  pelaksanaan salah satu dari
ajaran-ajaran  revolusioner Bung Karno tentang revolusi rakyat Indonesia :
menjebol dan membangun,  untuk membangun republik baru.



-- Thema « buka puasa bersama » itu juga mengandung message (pesan)  yang
besar «  Menggugat kemerdekaan Indonesia : membangun republik baru »
Artinya, menggugat kemerdekaan yang sudah ke 65 tahun, tetapi masih banyak
yang terbengkalai, rusak,  kacau-balau, busuk, dan kehilangan arah.



-- « Membangun republik baru », berarti bahwa Republik Indonesia  yang
sekarang harus dibongkar, atau dirobah, atau dijebol, atau diperbaiki dan
diganti dengan republik baru. Ini berarti perubahan besar-besaran atau
penggantian yang mendasar, yang drastis, yang fundamental.



-- Hadirnya wakil-wakil gerakan buruh/pekerja dalam buka puasa bersama ini
merupakan persatuan atau kerjasama  di antara gerakan generasi muda dengan
gerakan buruh/pekerja. Kalau pola ini bisa dikembangkan lebih luas lagi di
seluruh negeri, maka akan merupakan sumbangan yang besar sekali dalam
pembentukan  front untuk membangun republik baru.



-- Dalam pertemuan ini dikutip berbagai ajaran Bung Karno, antara lain
pentingnya Trisakti (berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan),  jiwa gotong royong, dan perjuangan
terhadap imperialisme.



-- Disebutkannya ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno dalam pertemuan itu
berarti, secara langsung atau tidak langsung, sebagai penolakan terhadap
jiwa Orde  Barunya Suharto (bersama sekutu-sekutunya kaum reaksioner di
dalam dan luar negeri).



-- Semangat kerjasama atau saling pengertian dalam perjuangan yang tercermin
dalam buka puasa bersama yang diselenggarakan  PMKRI dengan berbagai wakil
kelompok pergerakan ini perlu sekali diketahui oleh masyarakat
seluas-luasnya di seluruh negeri.







Mengingat itu semua, nyatalah bahwa inisiatif PMKRI (Persatuan Mahasiswa
Katolik Republik Indonesia) untuk mengadakan « buka puasa bersama » dengan
berbagai organisasi generasi muda, organisasi buruh/pekerja dan golongan
lainnya baru-baru ini adalah peristiwa penting ketika negara dan bangsa
sedang mengalami berbagai kemunduran,  kemerosotan atau keterpurukan
seperti yang sama-sama sedang kita saksikan dewasa ini.



Tekad atau kemauan generasi muda  untuk mengajak berbagai golongan dalam
menggugat kemerdekaan yang sudah ke-65 tahun dan menyerukan perjuangan
bersama untuk membangun  republik baru adalah phenomena yang menggembirakan
bagi semua kalangan dan golongan yang menginginkan  perubahan.



Membangun republik baru merupakan  slogan perjuangan yang besar, yang
dipersembahkan oleh generasi muda kepada bangsa. Kalau seruan ini dilakukan
dengan mentrapkan ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno maka tidak akan
merusak jiwa dan tujuan Republik Indonesia, bahkan sebaliknya ( !!!)  akan
membersihkannya dan memperkuatnya, dengan melaksanakan sungguh-sungguh
Pancasila dan  Bhinneka Tunggal Ika.



Karena itu, Membangun republik baru, bisa menjadi juga program besar bagi
seluruh kekuatan demokratis di Indonesia, terutama bagi semua generasi muda
dan golongan lainnya yang menginginkan adanya perubahan atau  pembaruan
besar-besaran dan fundamental di negara kita. Program besar bersama ini
adalah untuk mencapai tujuan Proklamasi 17 Agustus 45, yang asli dan
semurni-murninya, dan yang tidak diselewengkan, dikotori atau dikhianati.



Dengan begitu, maka  « Membangun republik baru » pada hakekatnya adalah sama
dengan melaksanakan ajaran revolusioner  Pemimpin Besar Revolusi (PBR) Bung
Karno tentang meneruskan  revolusi rakyat, yang pada pokoknya berarti «
menjebol dan membangun (destruksi dan konstruksi) dan « revolusi belum
selesai ».



Paris, 24 Agustus 2010



A. Umar Said



* * *



Keterangan tambahan ; tulisan ini seharusnya sudah disiarkan beberapa hari
yang lalu, namun bau sekarang dapat dilakukan, berhubung dengan kerusakan
komputer sejak tanggal 19 Agustus 2010.






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke