Bissmillahirrohmaanirrohiim 

 

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. QS.
An-Nisa [4] : 36 (peng)

 

Di Kufah, Abu Hanifah
mempunyai tetangga tukang sepatu, Sepanjang hari bekerja, menjelang malam ia
baru pulang ke rumah. Biasanya ia membawa oleh-oleh berupa daging untuk dimasak
atau seekor ikan besar untuk dibakar. Selesai makan, ia terus minum tiada 
henti-hentinya
sambil bemyanyi, dan baru berhenti jauh malam setelah ia merasa mengantuk 
sekali,
kemudian tidur pulas. 

 

Abu Hanifah yang sudah
terbiasa melaksanakan salat sepanjang malam, tentu saja merasa terganggu oleh
suara nyanyian si tukang sepatu tersebut. Tetapi, ia diamkan saja. Pada suatu 
malam,
Abu Hanifah tidak mendengar tetangganya itu bernyanyi nyanyi seperti biasanya. 
Sesaat
ia keluar untuk mencari kabarnya. 

 

Ternyata menurut keterangan
tetangga lain, ia baru saja ditangkap polisi dan ditahan. Selesai salat subuh,
ketika hari masih pagi, Abu Hanifah naik bighalnya ke istana. Ia ingin menemui
Amir Kufah. Ia disambut dengan penuh khidmat dan hormat. Sang Amir sendiri yang
berkenan menemuinya.

 

"Ada yang bisa aku
bantu?" tanya sang Amir. "Tetanggaku tukang sepatu kemarin ditangkap
polisi. Tolong lepaskan ia dari tahanan, Amir, " jawab Abu Hanifah. "Baikiah,"
kata sang Amir yang segera menyuruh seorang polisi penjara untuk melepaskan 
tetangga
Abu Hanifah yang baru ditangkap kemarin petang. 

 

Abu Hanifah pulang dengan
naik bighalnya pelan-pelan. Sementara, si tukang sepatu berjalan kaki di
belakangnya. Ketika tiba di rumah, Abu Hanifah turun dan menoleh kepada 
tetangganya
itu seraya berkata, "Bagaimana? Aku tidak mengecewakanmu kan?" "Tidak,
bahkan sebaliknya." Ia menambahkan, "Terima kasih. 

 

Semoga Allah memberimu balasan
kebajikan." Sejak itu ia tidak lagi mengulangi kebiasaannya, sehingga Abu
Hanifah dapat merasa lebih khusyu' dalam ibadahnya setiap malam. 

 

Created by: Syihab

 

Sumber: Al-Thabaqat
al-Saniyyat fi Tajarun al-Hanafiyat, Taqiyyuddin bin Abdul Qadir al-Tammii 
Al-Islam - Pusat
Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia.




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke