On 4/20/05, Rumy Taulu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Pertanyaan saya mungkin begini :
> "Memangnya ada yang namanya *Gerakan Linux di Indonesia* ?
> Sepanjang yang saya tahu, dari dulu Linux Grup Indonesia *cuma*
> sekumpulan orang yang senang Linux (that's it), saya dulu ketemu MDAMT
> karena senang Linux, ketemuan di pau-mikro dengan teman-teman lain
> (Mohammad DAMT, Ronny Haryanto, P. Suryono Adisoematra. dr. Adi Prasaja,
> Made Wiryana, Harry Sufehmi dan teman-teman lain) kemudian lahirnya
> linux.or.id, yg kemudian menelurkan infolinux saya tahu karena semua
> *cinta* Linux ... dan ingin mengenalkannya di Indonesia.
> 

"Gerakan" itu memang tdk ada deklarasinya. Tapi kegiatan org2 yg
*cinta* linux itulah yg jadi gerakan yg terjadi secara natural.
Pada masa-masa awal booming Linux dulu nama Linux jadi terdengar
*indah* shungga byk yg jatuh cinta yg akhirnya membawa dampak
meningkatnya perkembangan Linux di masyarakat (bukan hanya pada kaum
teknis saja).
Dilihat dari sisi jumlah org yg mengenal Linux, kegiatan org2 yg
*cinta* linux td terlihat menonjol krn yg kenal Linux baru dikit. Nah
skrg dgn jumlah yg kenal Linux lebih byk dan kegiatan para pemuja
Linux yg *gitu-gitu* aja bisa dikatakan "gerakannya" melamban.

Kalo ini dibiarkan terus Linux bakal dipakai HANYA oleh org2 yg
fanatik *cinta* Linux.

Apakah tujuan para aktivis2 spt pak Rumy, dll itu hanya sekedar
"mengenalkannya di Indonesia" (that's all)?

> Pada dasarnya ... pengguna Linux Indonesia masih seperti dulu, tidak
> pernah berubah, berkembang, tapi tetap seperti itu ... *sekumpulan
> orang-orang yang menyukai Linux*
> 

Yup. Idealismenya memang kuat.

> 
> Powernya ada pada pengguna Linux.
> 

Sekumpulan pengguna bisa disebut komunitas kan? :D

> 
> Jangan mengharapkan banyak dari orang-orang yg punya hobi Linux, karena
> mereka juga punya kesibukan lain, setiap kegiatan butuh waktu dan uang.
> 

Pak Rumy, apakah tidk terlalu sempit mengatakan "komunitas" Linux ini
hanya berisi para hobbiests aja??
Aku pikir komunitas tdk hanya terdiri org2 yg hobi saja.

> 
> Dua Harisesi saya ttg Linux di salah satu TV swasta di Manado cukup
> menunjukkan bahwa yg "mengenal" Linux sudah banyak (dan yang ingin
> mengenal juga banyak - dilihat dari presentasi telepon saat itu),
> 

Cara promosi yg efektif memang. :D
Boleh ditiru nih.. :D

> 
> Tidak berhasil? ... saya rasa buku-buku Linux bahasa Indonesia dan
> majalah Linux lebih dari berhasil dalam hal ini, dibandingkan saat saya
> mengenal Linux dulu (dulu dokumentasi yg ada hanya README, LDP, FAQ dan
> HOWTO - belum lagi masalah bahasa yg membuat beberapa pengguna Indonesia
> susah mencari solusi masalah Linux)
> 

Benar. Tapi di lapangan saya menemukan para newbie tsb juga senang
jika bisa "bergabung" dgn komunitas. Kenapa? Krn stereotipnya Linux
selalu punya komunitas. Ini adalah image yg telah terbangun sejak awal
perkembangan Linux.
Makanya selain mereka bisa mendapatkan jwban dari media2 tsb, mrk juga
masih butuh komunitas.

> >>Mungkin akan ada yg komentar, "anda sendiri aktif gak? mana kontribusi anda?
> >>
> >>Saya pribadi mengakui mengurangi aktivitas di komunitas Linux, bukan
> >>krn Linux tdk menarik lagi, terus terang krn butuh makan. Saya
> 
> See?
> 

Iya mengerti.

> >>terlanjur menggantungkan hidup di sini (membuat sw). Saya banyak
> >>berhutang pada komunitas ini. Cuma saya belum nemu gimana caranya
> >>bayarnya. Mimpi saya sih bisa punya usaha yg ngasi gw makan sekaligus
> >>kasi kontribusi buat komunitas. But how?
> >>Bagaimana dgn yg lain? Apa sih sebenarnya masalahnya??
> 
> Tidak ada masalah ... anda berharap terlalu banyak.
> 

Hehe.. ya sudahlah.. :D


-- 
-Ananda Putra-

--
Berhenti langganan: [EMAIL PROTECTED]
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis

Kirim email ke