Namo Buddhaya,

Bersama ini kami dari Yayasan Hadaya Vatthu memberitahukan 
akan diadakannya retreat meditasi Samatha dan Vipassana 
selama 3 bulan penuh yang akan dibimbing oleh Y.M. Pa Auk 
Sayadaw, guru meditasi yang sangat terkenal dari Myanmar.

Selain itu ada juga retreat meditasi 9 hari yang akan 
dibimbing oleh Sayalay Dipankara, asisten dari Pa Auk 
Sayadaw dengan perincian sebagai berikut:

Retreat Samatha dan Vipassana Pa Auk Sayadaw dan 
asistennya Sayadaw U Agganna
Tanggal: 10 Desember 2008 - 10 Maret 2009 (3 bulan penuh)
Tempat : Kayagata-sati Meditation Centre, Cibodas


Retreat Samatha dan Vipassana Sayalay Dipankara, asisten 
dari Pa Auk Sayadaw
Tanggal: 13 - 21 Desember 2008
Tempat : Jhana Manggala Meditation Centre, Gunung Geulis, 
Bogor

Berbahagialah bagi yang dapat mengikuti retreat 3 bulan yg 
akan dibimbing oleh Y.M. Pa Auk Sayadaw ini karena cukup 
jarang ada kesempatan untuk dibimbing langsung oleh beliau 
selama 3 bulan penuh. Semoga kualitas batin umat Buddhis 
di Indonesia dapat terus berkembang.

Retreat ini akan diikuti oleh 70 peserta umat dan lebih 
dari 20 Bhikkhu/ Bhiksuni/ Sayalay dari dalam dan luar 
negeri.

Bagi yang ingin info lebih lanjut, berdana tenaga (sebagai 
volunteer), makanan maupun uang, dapat menghubungi:

     * Karman: [EMAIL PROTECTED] ; telpon ke 0812 832 
5692
     * charles : 0812 105 0996, 9276 3112

Terlampir poster Retreat Pa Auk Sayadaw

Riwayat singkat Y.M. Pa Auk Sayadaw :

Bhikkhu Bhaddanta Acinna, yang lebih dikenal sebagai Pa 
Auk Sayadaw lahir tahun 1934 dan sejak tahun 1981 menjadi 
kepala vihara dan guru utama dari Pa Auk Forest Monastery.

Beliau diupasampada menjadi Samanera pada saat berusia 10 
tahun, kemudian saat belajar Vinaya, Sutta dan Abhidhamma, 
Beliau juga telah menyelesaikan Bahasa Pali tingkat 
terakhir.

Tahun 1954,  Beliau diupasampada menjadi bhikkhu dan terus 
mempelajari Tipitaka hingga dua tahun kemudian, sehingga 
tahun 1956 mendapat gelar Dhammacariya.

Tahun 1964, Setelah memperdalam Dhamma dari beberapa orang 
Sayadaw terkemuka di Myanmar, di masa vasa kesepuluh, 
Beliau memperdalam meditasinya secara intensif dan 
menjalani kehidupan kebhikkhuan di hutan.

Setelah 16 tahun menjalani praktek utamanya sebagai 
"bhikkhu hutan", tahun 1981 Beliau diminta untuk memimpin 
Pa Auk Tawya Forest Monastery, menggantikan Sayadaw 
Aggapanna yang meninggal. Dan sejak itu Beliau dikenal 
sebagai Pa Auk Tawya Sayadaw, selama memimpin Monastery, 
beliau selalu menyediakan sebagian besar waktunya untuk 
bermeditasi di kuti bambu sederhana.

Sejak 1983 beliau mulai membimbing meditasi dan sejak 
tahun 1990 banyak orang asing yang mulai datang untuk 
dibimbing oleh beliau. Dengan semakin terkenalnya reputasi 
beliau, dari sebuah kuti bambu berkembang menjadi Pa Auk 
Forest Monastery yang sekarang ini dimana sekitar lebih 
dari 1000 orang asing dan ribuan orang Myanmar yang 
berlatih setiap tahunnya di Monastery.

Tahun 1997, Pa Auk Sayadaw menerbitkan buku karya 
terbesarnya, berisi 5 volume yang berjudul "The Practice 
that Leads to Nibbana". Buku ini menjelaskan seluruh 
pengajaran secara detil dan didukung dengan 
kutipan-kutipan dari TIPITAKA– sekarang ini tersedia hanya 
dalam bahasa Burma dan Sinhalese. Pada 4 Januari 1999, 
atas pencapaian/hasil Sayadaw yg sudah diketahui secara 
umum, pemerintah menganugerahinya Agga Maha 
Kammatthanacariya, yang berarti "Guru Meditasi Yang Sangat 
Terhormat".

Metode Meditasi oleh Pa-Auk Sayadaw :

Seperti kita ketahui sila, samadhi dan panna merupakan 3 
tahap dari praktek ajaran Buddha. Melalui praktek dengan 
melatih ketiga hal tersebut, seorang umat biasa dapat 
mencapai kesucian dan Nibbana.

Visuddhi Magga yang dirangkum oleh Bhikkhu Buddhaghosa 
merupakan penjelasan  akan 3 tahap latihan tersebut. Itu 
berdasarkan Tipitaka dan kitab penjelasannya, menjelaskan 
tujuh tahap  pemurnian batin dan enam belas pencapaian 
pengetahuan-batin.  Tetapi bagaimana caranya 
mencapai?Mereka mempunyai suatu pertanyaan yang sulit 
untuk semua umat Buddha diatas banyak generasi.

Untuk ini, kita beruntung masih memiliki YM. Pa-Auk Tawya 
Sayadaw dari Pa-Auk Forest Monastery. Pengajarannya adalah 
sama dan lebih detail seperti apa yang digambarkan di 
dalam Visuddhi Magga. Yang didasarkan pada sumber yang 
sungguh sama, komentar-komentar teks-teks Pali dan 
Visuddhi Magga diri sendiri, Sayadaw mengajar yogi-yogi, 
secara bertahap, bagaimana caranya mencapai 
langkah-langkah pemurnian batin dan pencapaian pengetahuan 
batin.

Arah pengajaran Pa-Auk Forest Monastery adalah sesuai 
dengan otentik tipitaka, untuk merealisasikan Nibbana 
dalam kehidupan ini. Untuk merealisasikan Nibbana, 
yogi-yogi harus memahami semua unsur mental, material, 
yang dikenal sebagai lima khanda/ kumpulan, sebagai 
ketidak-kekalan, ketidak-puasan, dan tidak adanya aku.

Perihal dengan objek meditasi Vipassana-nya, bukan hanya 
lima khanda yang internal dan eksternal, tetapi juga lima 
khanda dari yang lampau, saat ini dan yang mendatang, 
 kasar dan halus, kuat dan lemah, jauh dan dekat. Hanya 
setelah mengerti semuanya dengan penembusan sebagai 
ketidak-kekalan, ketidak-puasan, dan tidak adanya aku, 
 yogi-yogi dapat merealisasikan jalan dan buah dari Jalan 
Mulia, dan secara berangsur-angsur mengurangi berbagai 
kekotoran batin.

Setelah merealisasikan Nibbana untuk pertama kali, yogi 
dapat melihat jelas bahwa mereka sudah mencapai jalan dan 
buahnya yang pertama; kekotoran batin apa yang sudah 
ditinggalkan, dan kekotoran batin yang mereka masih perlu 
untuk ditinggalkan. Untuk kemudian mereka melanjutkan 
untuk berlatih Vipassana untuk merealisasikan jalan dan 
buahnya lebih tinggi sampai ke tingkat Arahat, dimana 
tidak ada lagi sebab kelahiran-kembali, dan merealisasikan 
Nibbana sepenuhnya setelah kematian.
Biography of Pa Auk Sayadaw :

The Venerable Acinna, commonly referred to as the 
"Venerable Pa-Auk Tawya Sayadaw" (and, in less formal 
circumstances, as "Pa-Auk Sayadaw"), is the current abbot 
and principal teacher at Pa-Auk Forest Monastery. 
"Sayadaw" is a Burmese honorific title meaning "respected 
teacher."

The Sayadaw was born in 1934, in Leigh-Chaung Village, 
Hinthada Township, in the delta region about one hundred 
miles northwest of the capital, Yangon. In 1944, at age 
ten, he ordained as a novice monk (*samanera) at a 
monastery in his village. During the next decade, he 
pursued the life of a typical scholar-novice, studying the 
Pali Texts (including Vinaya, Suttas and Abhidhamma) under 
various teachers. He passed the three Pali language 
examinations while still a novice.
In 1954, at age twenty, the Sayadaw received the higher 
ordination as a bhikkhu. He continued his studies of the 
Pali Texts under the guidance of learned elder monks. In 
1956 he passed the prestigious Dhammacariya examination. 
This is equivalent to a BA in Buddhist Pali Studies and 
confers the title of "Dhamma Teacher."

During the next eight years, the Sayadaw continued his 
investigation into the Dhamma, travelling throughout 
Myanmar to learn from various well-known teachers. In 
1964, during his tenth "rains retreat" (vassa), he turned 
his attention to intensifying his meditation practice and 
began to practise "forest dwelling." Although he continued 
with his study of the Pali Texts, he now sought out and 
gained instruction from the revered meditation teachers of 
those times.

For the next sixteen years, he made forest dwelling his 
primary practice. He spent these years in the southern 
part of Myanmar, in Mon State: three years in Mudon 
Township (just south of Mawlamyine) and thirteen years in 
Ye Township (approximately one hundred miles down the 
coast). During this period, he lived a very simple life, 
devoting his time to meditation and study of the Pali 
Texts.

In 1981 the Sayadaw received a message from the abbot of 
Pa-Auk Forest Monastery, the Venerable Aggapañña. The 
abbot was dying and asked the Venerable Acinna to look 
after his monastery. Five days later, the Venerable 
Aggapañña passed away. As the new abbot of the monastery, 
the Venerable Acinna became known as the "Pa-Auk Tawya 
Sayadaw." Although he oversaw the running of the 
monastery, the Sayadaw would spend most of his time in 
seclusion, meditating in a bamboo hut in the upper 
forested area, which covered a deserted range of hills 
running along the base of the Taung Nyo Mountain Range. 
This area later came to be known as the Upper Monastery.

Since 1983, both monastics and laity have been coming to 
study meditation with the Sayadaw. Foreign meditators 
began to arrive at the monastery in the early 1990's. As 
the Sayadaw's reputation steadily grew, the Upper 
Monastery gradually expanded from a simple bamboo hut and 
a handful of disciples to more than two hundred and fifty 
kutis (meditators' huts) in the forest; a large two-storey 
meditation hall for the men; a library (with office, 
computer room and  men's dormitory on the lower levels); a 
clinic; a hospital; an almsgiving hall; a two-storey 
refectory; and a reception hall and dwelling for the 
Sayadaw. In the Lower Monastery, facilities include more 
than 180 kutis, a new kitchen and, for the women, a large 
three-storey meditation hall (with sleeping quarters on 
the ground floor) and a five-storey dormitory (still under 
construction).

In March 2007, there are more than one hundred and thirty 
foreign monks, nuns and lay practitioners residing at 
Pa-Auk Forest Monastery. During our three-month rains 
retreat, the total monastic population averages between 
six and seven hundred. Together with laypeople, the 
monastery population sometimes tops fifteen hundred during 
festival times.

In 1997 the Sayadaw published his Magnum Opus, an enormous 
five-volume tome titled The Practice that Leads to 
Nibbana, explaining the entire course of teaching in 
detail and supported by copious quotations from the Pali 
Texts – it is currently available only in Burmese and 
Sinhalese. On January 4, 1999, in public recognition of 
the Sayadaw's achievements, the government bestowed upon 
him the title Agga Maha Kammatthanacariya, which means 
"Highly Respected Meditation Teacher."

The Sayadaw speaks fluent English and has lectured and led 
retreats outside of Myanmar since 1997. In December of 
2006, he travelled to Sri Lanka to undertake a long-term 
personal retreat, staying in seclusion and suspending his 
teaching schedule throughout 2007. As of this printing, 
his teaching schedule for 2008 includes a four-month 
retreat in the United States, July – October, to be held 
at the Forest Refuge in Barre, Massachusetts.
Goal of Meditation

by Pa-Auk Sayadaw

As most of us know, the three trainings of morality, 
concentration, and wisdom, are the three stages of 
Buddhist practice. Through the practice of the three 
trainings, an ordinary person can attain supreme Nibb

āna, and become a noble one.

The Visuddhi Magga compiled by the Venerable Buddhaghosa 
is an exposition of the three trainings. It is based on 
the Pāëi texts and commentaries, and explains the 
seven stages of purification, and sixteen 
insight-knowledges. But how to attain them has been a 
difficult question for all Buddhists over many 
generations. For this, we are fortunate to have the 
Venerable Pa-Auk Tawya Sayadaw of Pa-Auk Forest Monastery. 
His teaching is the same as, Indeed it is in much more 
detail than, what is described in the Visuddhi Magga. 
Based on the very same sources, the Pāëi texts 
commentaries and the Visuddhi Magga itself, the Sayadaw 
teaches yogis, step by step, how to attain those stages of 
purification, and insight-knowledges.

The goal of the teaching at Pa-Auk Forest Monastery is, in 
accordance with the ancient texts, to realize Nibbāna 
in this very life. To achieve that end, yogis must 
comprehend all mentality-materiality, also known as the 
five aggregates, as impermanence, suffering, and non-self. 
As for the objects of Vipassanā meditation, they are 
not only the internal and external five aggregates, but 
also the five aggregates of past, future and present, 
gross and subtle, superior and inferior, far and near. 
Only after comprehending all of them penetratively as 
impermanence, suffering, and non-self, can yogis attain 
the noble paths and fruitions, and thereby gradually 
eradicate or reduce various defilements. After having seen 
Nibbana for the first time, yogis can see clearly that 
they have attained the first path and fruition; whatd 
efilements they have abandoned; and what defilements they 
still need to abandon. Then they continue to practise 
Vipassanā to attain the higher paths and fruitions up 
to Arahantship, whereby they are no longer subject to 
rebirth, and will attain final Nibbāna after death.
============================================================================================================================
"Flexi - Gratis bicara sepanjang waktu se-Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta."

"Speedy - Gratis internetan unlimited dari pkl. 20.00 s/d 08.00 se-Jabodetabek, 
Banten, Karawang dan Purwakarta."
============================================================================================================================
“Nikmati akses TelkomNet Instan Week End Net hanya Rp 1.000/jam. Berlaku untuk 
Sabtu-Minggu, khusus Jawa Tengah dan DIY s/d 

31 Desember 2008”.
============================================================================================================================
“Speedy Paket Merdeka 2008, hanya Rp 99ribu sudah mendapatkan modem dan 
registrasi, diskon abonemen 50% 3 bulan pertama tidak 

termasuk Speedy Warnet). Berlaku khusus Jawa Tengah dan DIY s/d 30 September 
2008”.
============================================================================================================================
"Kini telah hadir Protector, layanan keamanan online yang dapat digunakan 
langsung saat menjelajahi internet kapan saja dan 

di mana saja. Dapatkan secara GRATIS layanan Protector hingga 31 Agustus 2008. 
Klik ke: http://protector.telkomspeedy.com";.

Kirim email ke