SAHABAT KECIL DALAM KENANGAN. We are the champions – my friends And we’ll keep on fighting – till the end We are the champions – we are the champions No time for loser Cause we are the champions – of the world Queen….hadir melalui lyrics inspiratif, memotivasi untuk terus berjuang, berkumandang lantang menyambut penuh semangat menggelora, menggugah jiwa para pelajar di salah satu” Sekolah Menengah Pertama”, setelah berhasil mengukir prestasi dalam suatu proses pergelutan panjang yang begitu menguras energy setelah menyelesaikan Ujian Nasional (UN) beberapa waktu lalu. Dalam sebuah Aula tanpa air condition, sebagian kipas anginpun tidak berfungsi , namun para tamu undangan tetap antusias mengikuti tahap demi tahap acara graduasi, suasana riuh gegap gempita tidak menyurutkan siswa – siswi beserta orang tua murid melebur dalam berbagai ekspresi kegembiraan, walaupun harus berkipas ria mengusir hawa panas dari terik matahari yang begitu menyengat pada siang itu, pintu dan jendela yang dibuka lebar tidak sanggup menghadirkan desir angin, pohon – pohon rindang tidak bergoyang, daun –daun pun enggan melambai. Retorika kehidupan kadang diliputi nuansa ironis, sedangkan pada sisi lain dalam jangka waktu relatif singkat, fenomena kontradiktif berkaitan” Ujian Nasional”, justru meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan, disuatu tempat, dalam skala ruang yang berbeda, program eksprimen dilematis ini telah mengubur impian, memporak poranda masa depan seorang anak pelajar SMP, meciptakan kesedihan yang melanda rombongan saat sedang membaca do’a – do’a suci, mengantar kepergiannya untuk selama – lamanya. Belum sempat aku sempat mengenalmu, tapi izinkanlah aku mengenangmu sebagai sahabat kecilku, namun cerita kepergianmu begitu tragis sangat menyentuh hati, membuatku menatap tajam foto polos yang masih menghias meja perabuan di salah satu sudut Vihara,terpancar sorot mata bening menatap dalam kebisuan, tampak sebuah jeruk Bali yang sudah terkupas kulit bagian atasnya masih tersaji utuh diantara sepasang lilin merah berbentuk buah nanas, kedua sumbu dalam keadaan tidak menyala, seolah melambangkan pupusnya kehidupan dalam perjalanan yang masih sangat panjang. Terlalu dini untuk aku pahami, misteri kejiwaan dibalik keputusan nekad untuk mengahiri hidupmu dengan cara melompat dari ketinggian, yang hanya aku ketahui dari berbagai sumber, adanya kondisi ketakutan tidak lulus “Ujian Nasional” menghantui dirimu secara terus menerus, kekuatiran berlebihan akan harapan menjelma menjadi kekecewaan, ataukah dirimu adalah korban dari suatu sistim pendidikan yang masih mencari bentuk. Perjuangan memang harus dilalui dengan pengorbanan, setiap perjalanan menuju jenjang harapan mengandung berbagai tahapan konsekwensi, terkadang tidak pernah sampai ketitik terdekatpun, kesuksesan melesat terlalu cepat untuk digapai, karena kita hanyalah anak waktu yang mengalir menuju rentetan persinggahan sementara. Sahabat kecil dalam kenangan, keputusan sudah dilaksanakan, baik buruk, terpuji atau tidak, biarkanlah semua itu menjadi wacana perdebatan, setidaknya dirimu pernah hadir sebagai putra kesayangan , pernah dicintai dan mencintai, kau pernah ada dibumi ini, meninggalkan jejak yang penuh kenangan, tidak ada yang kalah maupun menang, tidak ada juara yang abadi, biarkanlah eforia “WE ARE THE CHAMPIONS” terus bergema, selamat jalan sahabat kecilku, terimalah sebatang dupa persembahanku untuk mengantarmu ke gerbang perpisahan. Dan Kahlil Gibranpun berucap : “ PUTRAMU BUKANLAH PUTRAMU, MEREKA ADALAH PUTRA – PUTRI KEHIDUPAN YANG MENDAMBAKAN HIDUP MEREKA SENDIRI, MEREKA DATANG MELALUI KAMU, TETAPI BUKAN DARI KAMU DAN SUNGGUHPUN BERSAMAMU, MEREKA BUKANLAH MILIKMU “. KUNARDY, MEI 2010. SELAMAT MERAYAKAN “TRI SUCI WAISAK” 2554 SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA.