mbah surip telah tiada....sosok sederhana yg fenomenal...menginspirasikan kita 
semua ttg syair2 lagunya yg simple ?
dibalik lagu + syair ternyata ada maksud + tujuan dan filosofinya
dan punya makna yg sangat dalam, .......
tetapi semuanya terpulang dari kemampuan kita dalam mencernanya !  
semoga mampu meng-inspirasi kita semua !

............................................................................................................................Dari:
 DODY ISKANDAR dinata
  <dody_...@yahoo.co.id>

  Judul: [patrapnet] " Tak Gembol kemana - mana "


  
   
  " Tak Gembol kemana - mana " 
  


  Dalam tahun ini saya telah kehilangan beberapa orang yang menjadi contoh laku
  hidup yang baik. Dua yang terakhir adalah : pertama, teman bercanda, sahabat,
  orang tua sekaligus pembimbing hidup. Tak perlu sebut nama, toh beliau bukan
  konsumsi publik dan jauh dari potongan ngetop. Yang penting saya bisa
  menyaksikan dengan mata kepala bahwa : beliau ikhlas dalam membimbing saya.
  Tak sepeserpun minta imbalan. Baik melalui keringat, ataupun harta
  sepeserpun, entah atas nama sodaqoh, mahar ataupun infaq. Bahkan beliau
  selalu tombok..


  Hal lain, dalam sakitnya yang lebih dari setahun hanya terbaring dalam tidur,
  beliau tak pernah mengeluh. Bahkan setiap ucapannya hanyalah canda tawa dan
  cuma satu pesan : "sing kenceng" alias yang lurus. Hidup cuma ikut
  Satu.


  Bahkan dengan santainya beliau berpesan pada keluarga : Minggu depan pukul
  16.30 persis saya sudah kembali ke Asal. Jadi kamu-kamu nggak usah sedih.
  Bergembira saja, bikin kambing guling atau apalah .. hidup yang enak .. Dan
  benar, tiga hari sebelum meninggal, beliau mandi bersih, puasa bicara, plas
  ...! persis tiga hari kemudian pukul 16.30, Kamis, beliau wafat dengan
  senyuman sumeleh.


  Ah, tapi tiga paragraf di atas bukanlah bagian penting untuk anda baca..
  Lewati saja...karena memang siklusnya demikian. Karena toh beberapa tahun ke
  depan kita juga akan banyak kehilangan para penjaga ruhani. Nggak perlu
  terlalu larut, toh ada tunas baru yang akan di persiapkan Allah, walau terasa
  agak lama kalau kita nggak sabar.


  Contoh laku hidup kedua, tentu saja konsumsi publik, dan ini yang akan kita
  ulas. Adalah Mbah Surip.


  Setelah meninggalnya sahabat dan pembimbing saya, eh .. anak saya kok ya
  serasa menyindir saya terus. Lagu mbah Surip "tak gendhong kemana -
  mana" selalu dia diplesetkan " tak gembol kemana - mana, bauk tauk
  ! ". Plak ! syair plesetan itu memaksa saya untuk kembali berposisi
  ihdinasiraatal mustaqim ...


  Apa beda tak gendhong dengan tak gembol ? Filosofi dan pemaknaan tak ghendong
  adalah posisi mendekap, mengayomi, menyenangkan dan mengantarkan.Tak gendhong
  identik dengan kekuatan dalam kelembutan.


  Sedangkan tak gembol masih wilayah mental khawatir, egosentris, takut
  kehilangan, dan mental keterpaksaan akan sebuah kewajiban. Tak ada kesadaran
  dan kebesaran hati. Tak gembol selalu membawa beban, sarat permasalahan.
  Gembolan adalah sesuatu yang rasa - rasanya hanya ia pribadi yang memiliki
  dan sifatnya juga sangat pribadi. Dan gembolan orang modern tentunya berupa
  dompet atau hp beserta segala isinya....



  Kalau kita melihat Mbah Surip secara dangkal, mungkin kita hanya menyamakan
  dengan kengetopan artis umumnya. Padahal dalam kandungan ruhani beliau, ada
  sesuatu yang luar biasa. Syair yang demikian mudahnya masuk ingatan, bukanlah
  suatu kebetulan. Perjalanan panjang hidupnya adalah kekuatan syair itu. Ini
  semacam lagu jaman wali Lir-lir yang bagi kebanyakan orang nggak paham
  kandungan nilai, dianggap sekedar nyanyian pelepas penat.


  Karakter lagu lir ilir atau tak gendhong ini adalah karakter patrap. Karakter
  yang bisa mengakomodir setiap pejalanan ruhani tergantung dimana ia berada.
  Dalam arti trap -trap atau wilyah pijakan akan men"jujurkan" dimana
  sesungguhnya seseorang bermukim di wilayah bathin masing-masing. Tentu untuk
  di bimbing sampai tujuan akhir. Kalau kita menganggap lucu ya lucu, mainan ya
  mainan. Tapi bagi yang terbuka kesadaran spiritualnya, tentu hal itu bukanlah
  syair sembarangan.


  **


  Ketika dalam sebuah pentas panggung kecil mengatakan bahwa lagu ini
  diciptakan ketika berada di Amerika, banyak orang menganggap guyonan. Orang
  terlanjur menganggap remeh dan tidak mungkin benar orang ini. Seperti biasa,
  belaiu tidak merasa terhina karena eksistensinya yang sering keliling dunia
  tak diakui. Jawabannya hanyalah .."ha .. ha .. ha I love you full "
  bukan main ! cibiran dibalas cinta !


  Karakter Mbah Surip adalah orang yang tak tega menggurui, mengingat beliau
  seniman yang berolah rasa. Setiap kata yang disampaikan adalah sindiran atau
  nasehat super halus sehingga kita yang menyimak seakan menganggap itu bukan
  nasehat atau sindiran.


  Coba kita lihat korelasi syair tak gendong dan wawancaranya oleh satu koran.
  Beliau menyebutkan bahwa tak gendhong itu adalah filosofi bis umum. Setiap
  penumpang siapapun dia, entah pencopet, karyawan, bos atau pelajar ya
  sama-sama diantarkan ke tujuan tanpa pilih kasih. 


  Lha kalau saya yang jadi Mbah Surip, supaya meyakinkan penyimak dan terkesan
  berwibawa, pasti pemilihan kata saya lebih menjurus sok intelek atau sok
  alim. Pasti kalau saya yang diwawancarai banyakan njawab model  begini
  " tak gendhong itu kan sesungguhnya prinsip dienul Islam. Kosmologinya
  masuk wilayah Rahmatan lil alamien. Ketika seorang menjadi kyai,ustadz atau
  warasatul anbiya, ia harus mempunyai hati super lapang dan wawasan luas,
  entah mulai wawasan jadoel perdukunan sampai post modern. Mulai mahluk halus
  genderuwo sampai inti atom "


  " Sebab bila tidak demikan, ia hanya jadi bahan tertawaan karena tidak
  bisa mengantarkan penumpang yang bermacam-macam profesi sampai tujuan yang
  semestinya. Kendaraannnya masih kelas kendaraan pribadi yang hanya bisa
  mengangkut orang tertentu yang ia kenal dan sukai. Alias belum sampai tahap
  rahmatan lil alamien "


  Syair lain seperti bangun tidur, tidur lagi, bangun lagi tidur lagi .... kalau
  bangun terus mandi  ... senam pagi ... kalau lupa tidur lagi, juga bukan
  main ! Nggak mungkin seorang yang pernah menjadi engineer ahli pengeboran
  minyak kelas multinasional hanya terkesan berucap ngawur tanpa ada pesan
  mendalam yang sesungguhnya. 


  Sekali lagi, sekedar mencoba mblejeti, sesungguhnya syair itu mengidentikkan
  bahwa bangun adalah makna kesadaran. Tidur adalah makna ketidaksadaran alias
  kehilafan. Dan proses manusia selalu pada wilayah itu. Belajar, berjuang,
  jatuh lupa lagi, memulai lagi, membersihkan diri dan refreshing tafakur (
  mandi dan senam pagi ) dst..Dalam hal bertauhid ya berarti orang itu kadang
  ingat kadang lupa, alias kadang kafir kadang mukmin. Dan jiwa murtad ini bisa
  terjadi detik demi detik silih berganti. Nggak nunggu murtad secara formal.
  Jadi hati-hati bikin statement mengkafirkan atau memurtadkan orang ...


  Ada juga lagu yang saya suka ...aku sudah sembuh .. aku jadi ganteng. Ini
  semacam pergumulan bathin seorang anak manusia yang berhasil melewati
  kekusutan alur pikiran untuk menemui kekhusyukan diri. Jangan dibayangkan
  model kehusyukan Mbah Surip dengan model kita. Wujud kekhusyukannya adalah
  ha..ha..ha..Tertawanya adalah aplikasi memandang bahwa semua itu Satu adanya.
  Sebab kata kekhusyukan toh berasal dari makna awas, tersadar, terjaga,
  terbebas merdeka ....


  Siratan syair ini mengungkapkan pernyataan tersembunyi bahwa beliau sudah
  sembuh dari tekanan peradaban dunia. " aku masuk ruang hampa, lima menit
  kemudian aku berubah jadi ganteng ha ... ha .. ha .." Itulah ketauhidan
  beliau. Memasuki wilayah hampa tak ternilai, tak terhingga, tak terucap, tak
  terfikir, sangat luas dan nyaman. Sehingga sejenak saja orang yang pernah
  memasuki wilayah itu, hidupnya jadi ganteng, sip tenan ..... 


  Dan terakhir cita- cita beliau 40 hari sebelum meninggal sudah berpesan ingin
  punya helikopter. Orang - orang pada tertawa. Padahal pemaknaan helikopter
  adalah sebuah sarana transendental ilahi. Beliau ingin mi'raj tanpa take off
  yang terlalu memakan lahan. Sifat helikopter tidak seperti pesawat terbang.
  Helikopter hanya membutuhkan lahan sedikit untuk naik secara vertikal. 


  Pesawat terbang itu ketika akan menuju langit butuh lahan yang panjang..
  Maksudnya orang kebanyakan seperti kita ini kalau mau ngomong syukur kan
  nunggu cita-cita terlaksana. Tentu saja cita-cita itu selalu berhubungan
  dengan perolehan kandungan tanah. Rata-rata orang bisa khusyu setelah
  fasilitas rumah, mobil, perhisan dan sejenisnya tercukupi dengan lengkap,
  bila perlu lebih. Baru setelah terpenuhi semua, orang dengan gagah berani
  merasa paling dekat dengan Tuhan.


  Prinsip ini telah beliau buktikan kesetiaan pada dunia kreatifitasnya yang
  berpuluh tahun tanpa tersentuh hasil kemakmuran dunia. Tidak harus nunggu
  sukses untuk menyetiai perjalanan hidup. Bahkan setelah royalti bermilyar
  -milyar, ia tetap hidup sederhana merasa gak punya apa -apa. Cita -citanya
  hanya ingin membagikan hartanya pada anak yatim piatu.


  Seakan-akan Mbah Surip menyindir," Ah..coba kalau semua perolehan itu
  tidak kamu miliki atau dikukuti satu persatu. Bisakah kamu terbang menjulang
  tinggi gagah berani seperti Kanjeng Nabi ? Bagaimana bisa kamu ingin mendapat
  hidayah khusyu' sedang di dalam pikiranmu masih suka nyanyi tak gembol 
kemana-mana
  ? "



  ( Tulisan ini sekedar mengingat dua tokoh yang bagi saya pribadi sudah pada
  wilayah tak gendhong .... orang yang tahu tapi tak pernah merasa tahu ...)



  Wassalam, belum kuat nggendhong


Dody Ide


  http://www.padhangjingglang.blogspot.com
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  

  


      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke