Jum'at, 15-05-09 | 11:28 | 367
*Boediono Tak Bersih dari Skandal BLBI*

JAKARTA -- Anggota DPR dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi (F-BPD), Ir H
Nizar Dahlan, mengingatkan agar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Partai
Demokrat kembali mempertimbangkan keputusannya lagi untuk mengambil Gubernur
Bank Indonesia (BI) Boediono sebagai cawapres SBY dalam Pilpres 2009
mendatang.

Saran agar SBY dan PD kembali mempertimbangkan keputusan tersebut
dikarenakan reputasi dan track record Boediono sebagai ekonom yang tak
sebaik seperti disebut-sebut selama ini .

*"Ingat kasus pengucuran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebesar Rp
400 triliun, masing-masing Rp 144,8 triliun untuk bank swasta dan Rp 267
triliun untuk bank pemerintah, yang bermuara pada kesengsaraan rakyat
Indonesia," *kata Nizar Dahlan, 14 Mei 2009.

Berpindah tangannya uang rakyat kepada segelintir pengusaha bank tersebut,
kata Nizar Dahlan pula, bisa terjadi justru *ketika Boediono menjadi
Direktur BI urusan analisa kredit dari tahun 1997 hingga 1998. "Ketika BLBI
itu menjadi masalah, bahkan dikemplang oleh para koruptor, ternyata Boediono
lepas tanggung jawab," *tambahnya.

Lalu pada tahun 1998, ketika Boediono menjadi Kepala Bapenas di era Habibie,
cawapres pilihan SBY itu, lanjut Nizar Dahlan, juga mengucurkan dana rekap
perbankan sebesar Rp 600 triliun. Nyatanya, semua tidak bisa dikembalikan.

*"Konyolnya, kenapa harus rakyat yang menanggung akibat dari kecerobohan
Boediono tersebut" Bayangkan, melalui APBN, rakyat harus menutupi sebesar Rp
80 triliun yang dicicil melalui APBN hingga tahun 2032 nanti," *kata Nizar
pula.

Selain itu, lanjut anggota Komisi VII DPR RI itu, ketika Boediono menjadi
Menteri Keuangan di era Presiden Megawati Soekarnoputri, Boediono adalah
aktor di balik kebijakan privatisasi dan divestasi 'ugal-ugalan' yang
ditandai dengan aksi menjual aset strategis bangsa.

*"Setelah itu para pengemplangnya justru diberikan release and discharger. *Ini
membuat mereka melenggang bebas dan rakyat yang menanggung hutang ratusan
triliun rupiah," tandasnya. (fas/jpnn)
  http://fajar.co.id/index.php?act=news&id=60823


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke