Kammi Pusat: "Tolak Capres-Cawapres Pendukung Rezim Neo-Liberal yang Tidak
Pro Rakyat!"
Senin, 18/05/2009 11:05 WIB


Assalamualaikum wr wb.

Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Nasib lima tahun
kedepan bangsa ini akan ditentukan hari ini ketika para calon presiden dan
wakil presiden mendaftarkan diri.

Kemarin di Bandung kita telah disajikan sebuah deklarasi supremasi dan
arogansi asing atas Indonesia. Sebuah rezim ekonomi politik neoliberal
kembali dikukuhkan. Dan tragisnya 21 partai politik (49,17 % suara)
mendukungnya dengan gegap gempita.

Permintaan penangguhan utang untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan
kompensasi penempatan Boediono sebagai wakil presiden adalah pilihan yang
menunjukkan betapa tidak berdaulatnya pemerintah.

Penetapan Boediono sebagai cawapres adalah bentuk intervensi negara-negara
donor yang tidak bisa ditampik oleh SBY.

Masih hangat dalam memori kita bahwa pada tahun 96-98 ketika Boediono
menjabat sebagai Direktur I BI urusan analisa kredit, terkucurlah Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebesar 400 T. Kemudian ketika Boediono
jadi Kepala Bappenas, dalam masa itu terkucurlah dana rekap perbankan 600 T.
Dan semua itu masih harus ditanggung oleh rakyat hingga tahun 2032. Kita
juga tidak lupa pada tahun 2001-2004 ketika Boediono menjadi Menkeu, pada
saat itu keluarlah kebijakan privatisasi dan divestasi yang ugal-ugalan.
Banyak aset strategis yang dilego: Indosat, BCA, tanker, dll.

Dan yang paling menyakitkan adalah para obligor BLBI justru diberikan
Release and Discharge dengan kata lain dibebaskan dari masalah hukum..
sementara mereka yang menikmati BLBI melenggang, uang rakyat ratusan Trilyun
melayang...dan rakyat juga yang harus membayarnya.

Kita telah muak menyaksikan paket kebijakan ekonomi yang selalu disertai
dengan pencabutan subsidi, penambahan utang, membuka lebar&karpet merah
untuk investasi asing yang itu benar-benar berdasarkan rumus neoliberalisme.
Semestinya kita belajar dari ambruknya ekonomi dunia karena sunami krisis
global, yang itu menegaskan betapa rapuhnya ekonomi neoliberal.

Solusi yang ditawarkan terbukti tidak menciptakan jalan keluar, justru malah
semakin membuka pintu ekonomi nasional untuk digempur oleh krisis ekonomi
global.

Pemilu 2009 harus menjadi upaya kita bersama untuk keluar dari jeratan
ekonomi neoliberalisme. Jangan sampai kita biarkan neoliberalisme semakin
menghegemoni Indonesia jika tidak ingin negeri ini akan terus mengalami
keterpurukan. Sudah saatnya, kekuatan rakyat bersatu-padu untuk menegaskan
penentangan terhadap jalan neoliberalistik, sembari mendorong penyelamatan
ekonomi nasional, yang berisikan ekonom-ekonom, politisi, dan intelektual
anti neoliberal dan pro-rakyat.

Jangan sampai kita biarkan mereka semakin menjerumuskan bangsa Indonesia ke
arah kehancuran.

Karena itulah pada hari ini KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
menyatakan:

1. Menolak pasangan capres-cawapres serta pendukung rezim ekonomi politik
neo-liberal
2. Menolak pasangan capres-cawapres yang meneguhkan supremasi asing atas
kedaulatan Indonesia.
3. Mengajak rakyat bersatu-padu menentang jalan ekonomi neoliberalistik dan
memperjuangkan kedaulatan berdasar pada ekonomi konstitusi.

Mengutip kata Bung Hatta, sang proklamator "Lebih baik kami melihat
Indonesia tenggelam di dasar lautan daripada menjadi embel-embel bangsa
lain..."

Allahu Akbar...Merdeka

Wassalamualaikum wr wb

Jakarta 16 Mei 2009

Widya Supena
Ketua KAMMI Pusat


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke