http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/06/25/20320625/ada.ribuan.siswa.miskin.di.yogya

Home/Edukasi/News
Ada Ribuan Siswa Miskin di Yogya

/

Kamis, 25 Juni 2009 | 20:32 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Defri Werdiono

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah warga kurang mampu pemegang Kartu
Menuju Sejahtara atau KMS di Kota Yogyakarta yang telah mendatakan
diri untuk bisa masuk di sekolah negeri hingga Kamis (25/6) siang,
mencapai 1.706 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 986 lulusan SD dan
720 lulusan SMP.

Kepala Unit Pelayanan Teknis Pengelola Jaminan Pendidikan Daerah Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta HM Mawardi Dalga mengemukakan jumlah
orangtua murid pemegang KMS yang memiliki anak duduk di bangku kelas 6
SD mencapai 1.187 orang, sedang kelas 9 SMP/ MTS sebanyak 889 orang.

Lulusan SD akan menggunakan KMS untuk memasuki SMP/MTS, sedang lulusan
SMP/MTS menggunakan KMS untuk masuk ke SMA/SMK/MA. Keberadaan KMS
dipakai untuk mendapatkan jaminan pendidikan dari Pemerintah Kota.
Masih ada 201 pemegang KMS untuk SD dan 169 untuk SMP yang belum
melakukan data diri. Mereka masih punya waktu dua hari sampai Sabtu
besok, ujarnya.

Meski masih ada kesempatan waktu, Mawardi berharap hari ini semua
pemegang KMS sudah bisa mendatakan diri. Sehingga besok pihaknya bisa
mengumumkan rentang nilai (perengkingan). Rentang nilai ini sebaiknya
dipakai sebagai bahan pertimbangan para orangtua untuk memilih sekolah
yang tepat bagi anaknya. Jangan sampai anak yang nilainya tidak
terlalu bagus dipaksakan masuk ke sekolah favorit.

Setelah rentang nilai diumumkan, pada 29 dan 30 Juni dilakukan
pendaftaran peserta didik baru (PPDB) dengan sistem on line. PPDB bagi
pemegang KMS dijadwalkan lebih awal dibanding non-KMS. Tanggal 1 Juli
dilakukan pengumuman siswa baru, siapa saja yang diterima dan tidak.
Hari itu juga dilakukan daftar ulang, ujarnya.

Keluhan

Disinggung mengenai keluhan dari calon siswa, Mawardi mengungkapkan
sebagian orangtua mengeluhkan KMS yang dicabut oleh Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) sehingga tidak bisa
mendatakan diri secepatnya. Ada puluhan orang yang mengeluhkan
pencabutan itu.

Dinas Pendidikan sendiri tidak bisa berbuat banyak karena kebijakan
siapa yang berhak mendapat KMS ada pada Dinsosnakertrans. Alasan
pencabutan, (Dinsosnakertrans) bilang sudah tidak sesuai dengan
parameter (kemiskinan). Sedang, yang bersangkutan (orangtua) bilang
kami masih tetap miskin, kata Mawardi.

Pujiati orangtua calon siswa asal Baciro menuturkan dirinya mendengar
ada tetangga yang KMS-nya dicabut. Namun, ia tidak tahu apakah
tetangganya itu menghadapi kesulitan yang sama. "Saya masih memiliki
KMS, meski BLT (bantuan langsung tunai) jatah saya telah dicabut,"
ujarnya.

Kirim email ke